Ekspor April Menurun
A
A
A
JAKARTA - Nilai ekspor Indonesia pada April 2015 hanya mencapai USD13,08 miliar. Penurunan tajam harga minyak dan gas (migas) memengaruhi nilai ekspor dan impor.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, ekspor April sebesar USD13,08 miliar itu turun 4,04% dibanding ekspor di bulan sebelumnya senilai USD13,71 miliar. Sementara, bila dibandingkan ekspor April tahun sebelumnya, tercatat penurunan sebesar 8,46%.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Sasmito Hadi Wibowo mengatakan, penurunan ekspor pada April dibanding Maret 2015 bersifat musiman karena perbedaan jumlah hari perdagangan yang selisih satu hari. ”Sedangkan jika dibanding April 2014, penurunan tajam disebabkan harga migas yang turun tajam,” ujarnya saat memaparkan kinerja ekspor dan impor di gedung BPS Jakarta, akhir pekan lalu.
Adapun, ekspor non-migas pada April 2015 mencapai USD11,63 miliar atau turun 0,17% dibanding Maret 2015 dan turun 0,13% dibanding ekspor April 2014. Dari sisi volume, ekspor non-migas April mengalami penurunan 3,52% dibanding Maret 2015. ”Di saat volume turun 3,52%, nilainya hanya turun 0,17%. Artinya secara kasar, rata-rata harga produk kita di pasar dunia naik. Kenaikannya rata-rata 3,3%. Sehingga untuk memperbaikinya, hanya perlu menaikkan volumenya,” tuturnya.
Penurunan terbesar ekspor non-migas April 2015 terhadap Maret 2015 terjadi pada bahan bakar mineral sebesar USD199,3 juta (11,73%), sedangkan peningkatan terbesar terjadi pada lemak dan minyak hewan/ nabati sebesar USD270,8 juta (17,18%). Secara kumulatif nilai ekspor Indonesia Januari-April 2015 mencapai USD52,14 miliar atau turun 11,02% dibanding periode yang sama tahun 2014. Adapun, kumulatif nilai impor mencapai USD49,36 miliar atau turun 17,02%.
Sementara, impor pada April 2015 tercatat USD12,63 miliar atau naik 0,16% dibanding Maret 2015. Dengan nilai ekspor USD13,08 miliar, maka neraca perdagangan April 2015 kembali membukukan surplus USD454,4 Juta. Sasmito memproyeksikan tren surplus bulanan masih bisa berlanjut di bulan Mei, mengingat saat ini harga-harga barang yang diimpor Indonesia cenderung murah akibat adanya ”perang harga” oleh negaranegara produsen terutama di ASEAN.
”Jadi meskipun dolar naik, harga turunnya lebih tajam lagi. Impor kita yang besar kan barang listrik dan mekanik. Itu produsennya banyak di luar negeri termasuk ASEAN. Jadi, antar-negara di ASEAN ini bersaing dalam harga dan kita pun mumpung harga murah, jadi beli,” paparnya.
Kendati demikian, Sasmito menilai surplus pada bulanbulan mendatang cenderung mengecil karena impor akan semakin meningkat, salah satunya untuk proyek infrastruktur. Kenaikan impor non-migas pada April 2015 terutama disebabkan kenaikan nilai impor migas sebesar 3% dibanding Maret 2015 sementara nonmigas turun 0,64%. Jika dibanding April 2014, impor pada April 2015 turun 22,31% terutama disebabkan penurunan harga migas yang tajam.
Peningkatan impor nonmigas terbesar April 2015 adalah golongan binatang hidup USD0,05 miliar (153,28%), sedangkan penurunan terbesar adalah golongan mesin dan peralatan mekanik USD0,19 miliar (9,09%). Terpisah, Menteri Koordinator bidang Perekonomian Sofyan Djalil mengatakan bahwa neraca perdagangan tidak harus selalu surplus. Menurut dia, kenaikan impor pun penting asalkan untuk kepentingan produktif.
”Kita bersyukur tentu kalau surplus ini terjadi, tapi kalau sektor impor yang berkurang itu justru bahan baku atau bahan penolong sebenarnya harus dikhawatirkan,” ujarnya baru-baru ini. Menurut Sofyan, berkurangnya impor bahan baku ini terjadi karena sampai bulan April, investasi pemerintah masih belum jalan.
Berkurangnya impor berkaitan dengan perlambatan ekonomi dalam negeri di kuartal pertama. Namun, memasuki kuartal kedua kondisi ini diharapkan berubah karena proyek-proyek pemerintah akan banyak menyerap bahan baku.
Inda susanti/ rabia edra
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, ekspor April sebesar USD13,08 miliar itu turun 4,04% dibanding ekspor di bulan sebelumnya senilai USD13,71 miliar. Sementara, bila dibandingkan ekspor April tahun sebelumnya, tercatat penurunan sebesar 8,46%.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Sasmito Hadi Wibowo mengatakan, penurunan ekspor pada April dibanding Maret 2015 bersifat musiman karena perbedaan jumlah hari perdagangan yang selisih satu hari. ”Sedangkan jika dibanding April 2014, penurunan tajam disebabkan harga migas yang turun tajam,” ujarnya saat memaparkan kinerja ekspor dan impor di gedung BPS Jakarta, akhir pekan lalu.
Adapun, ekspor non-migas pada April 2015 mencapai USD11,63 miliar atau turun 0,17% dibanding Maret 2015 dan turun 0,13% dibanding ekspor April 2014. Dari sisi volume, ekspor non-migas April mengalami penurunan 3,52% dibanding Maret 2015. ”Di saat volume turun 3,52%, nilainya hanya turun 0,17%. Artinya secara kasar, rata-rata harga produk kita di pasar dunia naik. Kenaikannya rata-rata 3,3%. Sehingga untuk memperbaikinya, hanya perlu menaikkan volumenya,” tuturnya.
Penurunan terbesar ekspor non-migas April 2015 terhadap Maret 2015 terjadi pada bahan bakar mineral sebesar USD199,3 juta (11,73%), sedangkan peningkatan terbesar terjadi pada lemak dan minyak hewan/ nabati sebesar USD270,8 juta (17,18%). Secara kumulatif nilai ekspor Indonesia Januari-April 2015 mencapai USD52,14 miliar atau turun 11,02% dibanding periode yang sama tahun 2014. Adapun, kumulatif nilai impor mencapai USD49,36 miliar atau turun 17,02%.
Sementara, impor pada April 2015 tercatat USD12,63 miliar atau naik 0,16% dibanding Maret 2015. Dengan nilai ekspor USD13,08 miliar, maka neraca perdagangan April 2015 kembali membukukan surplus USD454,4 Juta. Sasmito memproyeksikan tren surplus bulanan masih bisa berlanjut di bulan Mei, mengingat saat ini harga-harga barang yang diimpor Indonesia cenderung murah akibat adanya ”perang harga” oleh negaranegara produsen terutama di ASEAN.
”Jadi meskipun dolar naik, harga turunnya lebih tajam lagi. Impor kita yang besar kan barang listrik dan mekanik. Itu produsennya banyak di luar negeri termasuk ASEAN. Jadi, antar-negara di ASEAN ini bersaing dalam harga dan kita pun mumpung harga murah, jadi beli,” paparnya.
Kendati demikian, Sasmito menilai surplus pada bulanbulan mendatang cenderung mengecil karena impor akan semakin meningkat, salah satunya untuk proyek infrastruktur. Kenaikan impor non-migas pada April 2015 terutama disebabkan kenaikan nilai impor migas sebesar 3% dibanding Maret 2015 sementara nonmigas turun 0,64%. Jika dibanding April 2014, impor pada April 2015 turun 22,31% terutama disebabkan penurunan harga migas yang tajam.
Peningkatan impor nonmigas terbesar April 2015 adalah golongan binatang hidup USD0,05 miliar (153,28%), sedangkan penurunan terbesar adalah golongan mesin dan peralatan mekanik USD0,19 miliar (9,09%). Terpisah, Menteri Koordinator bidang Perekonomian Sofyan Djalil mengatakan bahwa neraca perdagangan tidak harus selalu surplus. Menurut dia, kenaikan impor pun penting asalkan untuk kepentingan produktif.
”Kita bersyukur tentu kalau surplus ini terjadi, tapi kalau sektor impor yang berkurang itu justru bahan baku atau bahan penolong sebenarnya harus dikhawatirkan,” ujarnya baru-baru ini. Menurut Sofyan, berkurangnya impor bahan baku ini terjadi karena sampai bulan April, investasi pemerintah masih belum jalan.
Berkurangnya impor berkaitan dengan perlambatan ekonomi dalam negeri di kuartal pertama. Namun, memasuki kuartal kedua kondisi ini diharapkan berubah karena proyek-proyek pemerintah akan banyak menyerap bahan baku.
Inda susanti/ rabia edra
(ars)