Aktivitas Manufaktur China Terkontraksi Lagi
A
A
A
BEIJING - Aktivitas manufaktur China mengalami kontraksi untuk tiga bulan berturut-turut pada Mei dan produksi menyusut pada tingkat tercepat dalam lebih dari satu tahun.
Survei swasta menunjukkan, pelemahan ekonomi terbesar kedua di dunia tersebut memerlukan dukungan tambahan kebijakan.
Data yang minim dan suram pada April lalu, memberikan pandangan analis bahwa pemerintah harus mengambil langkah-langkah berani untuk memerangi perlambatan berlarut-larut karena pertumbuhan ekonomi bisa di bawah 7% untuk kali pertama sejak krisis keuangan global.
Indeks HSBC/Markit Purchasing Manager Index (PMI) turun menjadi 49,1 pada Mei, di bawah tingkat aman 50. Angka tersebut di bawah proyeksi ekonom yang disurvei Reuters sebesar 49,3, sedikit lebih kuat dari April sebesar 48,9. Setelah rebound pada Februari, indeks kembali di wilayah negatif selama tiga bulan berturut-turut.
Subindeks pesanan baru ekspor jatuh ke level terendah dalam 23 bulan terakhir menjadi 46,8 pada Mei. Sementara pesanan baru secara keseluruhan menyusut dalam tiga bulan berturut-turut, meskipun dengan kecepatan yang lebih lambat.
Subindeks produksi mengalami kontraksi untuk kali pertama tahun ini, ke level terendah dalam 13 bulan di 48,4, sedangkan subindeks pekerjaan menurun selama 19 bulan berturut-turut.
"Permintaan yang menurun, baik di dalam negeri dan di luar negeri, ditambah dengan PHK lebih lanjut menunjukkan bahwa sektor tersebut mungkin sulit berkembang, setidaknya dalam waktu dekat karena melemahnya permintaan," kata ekonom di Markit Annabel Fiddes seperti dilansir dari Reuters, Kamis (21/5/2015).
Menurut dia, tekanan deflasi relatif kuat, dengan permintaan dan penawaran terus menurun, meninggalkan banyak ruang bagi pemerintah untuk menerapkan langkah-langkah stimulus lebih lanjut jika diperlukan.
Bank sentral diharapkan menurunkan suku bunga lebih lanjut dalam beberapa bulan mendatang dan menurunkan giro wajib minimum.
Sementara pemerintah meningkatkan belanja fiskal, dengan fokus pada proyek-proyek infrastruktur. China telah menyetujui mengalokasikan 250 miliar yuan atau USD40,30 miliar untuk proyek kereta api dan kereta bawah tanah sepanjang tahun ini.
Pertumbuhan ekonomi China melambat dalam enam tahun terakhir menjadi 7% pada kuartal I, terbebani melemahnya sektor properti serta menurunnya permintaan domestik dan ekspor.
Data terbaru menunjukkan penurunan lebih lanjut pada kuartal II, dengan pertumbuhan investasi pada Januari-April jatuh ke level terendah dalam hampir 15 tahun.
Ini meningkatkan risiko bahwa pemerintah tidak akan memenuhi target pertumbuhan ekonomi setahun penuh sekitar 7%, bahkan dengan langkah-langkah stimulus tambahan.
Survei swasta menunjukkan, pelemahan ekonomi terbesar kedua di dunia tersebut memerlukan dukungan tambahan kebijakan.
Data yang minim dan suram pada April lalu, memberikan pandangan analis bahwa pemerintah harus mengambil langkah-langkah berani untuk memerangi perlambatan berlarut-larut karena pertumbuhan ekonomi bisa di bawah 7% untuk kali pertama sejak krisis keuangan global.
Indeks HSBC/Markit Purchasing Manager Index (PMI) turun menjadi 49,1 pada Mei, di bawah tingkat aman 50. Angka tersebut di bawah proyeksi ekonom yang disurvei Reuters sebesar 49,3, sedikit lebih kuat dari April sebesar 48,9. Setelah rebound pada Februari, indeks kembali di wilayah negatif selama tiga bulan berturut-turut.
Subindeks pesanan baru ekspor jatuh ke level terendah dalam 23 bulan terakhir menjadi 46,8 pada Mei. Sementara pesanan baru secara keseluruhan menyusut dalam tiga bulan berturut-turut, meskipun dengan kecepatan yang lebih lambat.
Subindeks produksi mengalami kontraksi untuk kali pertama tahun ini, ke level terendah dalam 13 bulan di 48,4, sedangkan subindeks pekerjaan menurun selama 19 bulan berturut-turut.
"Permintaan yang menurun, baik di dalam negeri dan di luar negeri, ditambah dengan PHK lebih lanjut menunjukkan bahwa sektor tersebut mungkin sulit berkembang, setidaknya dalam waktu dekat karena melemahnya permintaan," kata ekonom di Markit Annabel Fiddes seperti dilansir dari Reuters, Kamis (21/5/2015).
Menurut dia, tekanan deflasi relatif kuat, dengan permintaan dan penawaran terus menurun, meninggalkan banyak ruang bagi pemerintah untuk menerapkan langkah-langkah stimulus lebih lanjut jika diperlukan.
Bank sentral diharapkan menurunkan suku bunga lebih lanjut dalam beberapa bulan mendatang dan menurunkan giro wajib minimum.
Sementara pemerintah meningkatkan belanja fiskal, dengan fokus pada proyek-proyek infrastruktur. China telah menyetujui mengalokasikan 250 miliar yuan atau USD40,30 miliar untuk proyek kereta api dan kereta bawah tanah sepanjang tahun ini.
Pertumbuhan ekonomi China melambat dalam enam tahun terakhir menjadi 7% pada kuartal I, terbebani melemahnya sektor properti serta menurunnya permintaan domestik dan ekspor.
Data terbaru menunjukkan penurunan lebih lanjut pada kuartal II, dengan pertumbuhan investasi pada Januari-April jatuh ke level terendah dalam hampir 15 tahun.
Ini meningkatkan risiko bahwa pemerintah tidak akan memenuhi target pertumbuhan ekonomi setahun penuh sekitar 7%, bahkan dengan langkah-langkah stimulus tambahan.
(rna)