Ekonomi Afrika Tumbuh 4,5% meski Harga Komoditas Melemah
A
A
A
JOHANNESBURG - Ekonomi Afrika akan tumbuh 4,5% pada tahun ini meski harga komoditas melemah dan epidemi Ebola. Pertumbuhan ekonomi di masa depan akan didorong oleh populasi benua tersebut yang naik dua kali lipat, menjadi 2 miliar jiwa, selama 35 tahun mendatang.
”Pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) Afrika diperkirakan menguat menjadi 4,5% pada 2015 dan 5% pada 2016 setelah ekspansi pada 2013 sebesar 3,5% dan 3,9% pada 2014,” ungkap laporan yang ditulis oleh Organisasi untuk Kerja sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD), Bank Pembangunan Afrika (ADB), dan Program Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNDP).
”Afrika sejauh ini relatif tangguh pada penurunan tajam pada harga komoditas internasional,” ungkap laporan tersebut. Penurunan tajam terjadi pada harga minyak mentah yang melemah lebih dari 50% antara Juni dan Januari. Jika harga komoditas tetap rendah, laporan itu memperingatkan bahwa sejumlah negara yang kaya sumber daya alam, seperti eksportir minyak Nigeria dan Angola, mungkin mengalami penurunan ekonomi saat pemerintah mengurangi belanja.
Proyeksi terbaru revisi penurunan dari proyeksi yang dibuat pada 2014, menunjukkan ekonomi Afrika tumbuh 5,7% tahun ini. Pada saat bersamaan para ekonom menyatakan peningkatan populasi Afrika dapat mendorong pertumbuhan dengan cara yang sama, seperti ledakan populasi yang mendorong pembangunan di China dan India.
”Fenomena ini mungkin membantu seperti kasus di India dan China karena keuntungan demografi biasanya membantu pertumbuhan,” papar Direktur Pusat Pembangunan OECD Mario Pezzini kepada kantor berita AFP. ”Meski demikian, jika Afrika gagal menyerap para pemuda di pasar tenaga kerja, Anda mungkin akan mengalami tekanan yang kuat.” ”Tahun ini sekitar 23 juta pemuda diperkirakan memasuki pasar tenaga kerja Afrika,” ungkap laporan tersebut.
Dari jumlah tersebut, 4 juta jiwa ada di Afrika Utara, wilayah yang mengalami penurunan tingkat pertumbuhan pada tahun lalu, sebagai akibat terjadinya Arab Spring pada 2011. Ekonomi kawasan itu hanya tumbuh 1,7% pada tahun lalu. Adapun Afrika Selatan, negara paling maju di benua itu, karena kerusuhan buruh, mengalami penurunan pertumbuhan hanya 1,5% pada 2014.
”Tingkat terendah pertumbuhan ekonomi di Afrika terkait krisis sosial di Afrika Selatan dan kami perkirakan itu berkurang sekarang dan seperti Afrika Selatan akan mengalami pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan sebelumnya,” tutur Pezzini. Kendati mengalami wabah virus Ebola yang mematikan, wilayah Afrika Barat relatif baik, membukukan pertumbuhan rata-rata 6% tahun lalu.
Nigeria yang kaya minyak tidak berada di pusat krisis Ebola dan membukukan pertumbuhan 6,3% pada 2014 didorong oleh sektor non-minyak. Adapun, ekonomi negaranegara yang terkena wabah Ebola seperti Liberia, Ghana, dan Sierra Leone, diperkirakan tetap lemah. Untuk Sierra Leone, ekonomi diperkirakan menyusut dari sebelumnya mengalami pertumbuhan 10%.
Syarifudin
”Pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) Afrika diperkirakan menguat menjadi 4,5% pada 2015 dan 5% pada 2016 setelah ekspansi pada 2013 sebesar 3,5% dan 3,9% pada 2014,” ungkap laporan yang ditulis oleh Organisasi untuk Kerja sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD), Bank Pembangunan Afrika (ADB), dan Program Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNDP).
”Afrika sejauh ini relatif tangguh pada penurunan tajam pada harga komoditas internasional,” ungkap laporan tersebut. Penurunan tajam terjadi pada harga minyak mentah yang melemah lebih dari 50% antara Juni dan Januari. Jika harga komoditas tetap rendah, laporan itu memperingatkan bahwa sejumlah negara yang kaya sumber daya alam, seperti eksportir minyak Nigeria dan Angola, mungkin mengalami penurunan ekonomi saat pemerintah mengurangi belanja.
Proyeksi terbaru revisi penurunan dari proyeksi yang dibuat pada 2014, menunjukkan ekonomi Afrika tumbuh 5,7% tahun ini. Pada saat bersamaan para ekonom menyatakan peningkatan populasi Afrika dapat mendorong pertumbuhan dengan cara yang sama, seperti ledakan populasi yang mendorong pembangunan di China dan India.
”Fenomena ini mungkin membantu seperti kasus di India dan China karena keuntungan demografi biasanya membantu pertumbuhan,” papar Direktur Pusat Pembangunan OECD Mario Pezzini kepada kantor berita AFP. ”Meski demikian, jika Afrika gagal menyerap para pemuda di pasar tenaga kerja, Anda mungkin akan mengalami tekanan yang kuat.” ”Tahun ini sekitar 23 juta pemuda diperkirakan memasuki pasar tenaga kerja Afrika,” ungkap laporan tersebut.
Dari jumlah tersebut, 4 juta jiwa ada di Afrika Utara, wilayah yang mengalami penurunan tingkat pertumbuhan pada tahun lalu, sebagai akibat terjadinya Arab Spring pada 2011. Ekonomi kawasan itu hanya tumbuh 1,7% pada tahun lalu. Adapun Afrika Selatan, negara paling maju di benua itu, karena kerusuhan buruh, mengalami penurunan pertumbuhan hanya 1,5% pada 2014.
”Tingkat terendah pertumbuhan ekonomi di Afrika terkait krisis sosial di Afrika Selatan dan kami perkirakan itu berkurang sekarang dan seperti Afrika Selatan akan mengalami pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan sebelumnya,” tutur Pezzini. Kendati mengalami wabah virus Ebola yang mematikan, wilayah Afrika Barat relatif baik, membukukan pertumbuhan rata-rata 6% tahun lalu.
Nigeria yang kaya minyak tidak berada di pusat krisis Ebola dan membukukan pertumbuhan 6,3% pada 2014 didorong oleh sektor non-minyak. Adapun, ekonomi negaranegara yang terkena wabah Ebola seperti Liberia, Ghana, dan Sierra Leone, diperkirakan tetap lemah. Untuk Sierra Leone, ekonomi diperkirakan menyusut dari sebelumnya mengalami pertumbuhan 10%.
Syarifudin
(bbg)