Vale Komitmen Tetap Berinvestasi
A
A
A
SOROWAKO - Manajemen PT Vale Indonesia Tbk (INCO) memastikan fluktuasi harga nikel di pasar global tidak memengaruhi komitmen investasi perseroan. Perusahaan pertambangan ini hanya akan menyesuaikan pelaksanaan investasi dengan kondisi ke depan.
”Harga nikel yang fluktuatif dan sekarang melandai memang jadi concern . Tapi, kami tetap optimistis dengan prospek pertumbuhan perusahaan,” ujar Presiden Direktur Vale Indonesia Nico Kanter di sela kunjungan media ke tambang perusahaan di Sorowako, Luwu Timur, Sulawesi Selatan, Rabu (27/5) malam.
Perseroan, lanjut dia, berkomitmen menanamkan investasi dalam beberapa tahun ke depan sebesar USD2 miliar untuk peningkatan kapasitas produksi pabrik pengolahan di Sorowako dan pengembangan tambang Bahodopi di Sulawesi Tengah. Vale juga merencanakan investasi dengan nilai yang sama untuk pengembangan proyek Pomalaa di Sulawesi Tenggara.
”Rencana tersebut terbagi dalam beberapa tahapan. Tentunya timing nanti akan kita sesuaikan,” tuturnya. Direktur Keuangan Vale Febriany Eddy menambahkan, pelaksanaan ekspansi perusahaan tersebut bisa memakan waktu beberapa tahun. Proyek yang paling dekat pelaksanaannya, jelas dia, adalah peningkatan kapasitas produksi pabrik pengolahan di Sorowako yang kini telah memasuki tahap studi kelayakan final.
Perusahaan berencana meningkatkan kapasitas produksi pabrik dari 70.000-80.000 ton menjadi 90.000 ton nikel dalam matte per tahun, guna mengutilisasi kapasitas produksi listrik dari PLTA Karebbe yang mulai dioperasikan perusahaan sejak 2011. ”Kita masih tunggu perizinan. Kalau sudah selesai kita harap bisa segera,” ujarnya.
Namun, imbuh dia, pelaksanaan proyek tahap pertama ini saja butuh waktu setidaknya tiga tahun. Untuk pengembangan proyek Pomalaa, lanjut Febriany, perusahaan masih melanjutkan studi kelayakan yang sempat tertunda akibat perizinan. Pada proyek ini Vale bekerja sama dengan Sumitomo, salah satu pemegang saham perusahaan, untuk menerapkan teknologi pengolahan HPAL yang efisien dan sesuai dengan karakteristik bijih nikel di wilayah tambang tersebut.
”Izin (pengapalan sampel bijih) baru kita dapat Agustus 2014. Kami harap hasil uji sampel dapat diperoleh tahun ini. Kalau hasilnya baik, lanjut ke final feasibility study, yang butuh waktu satu sampai satu setengah tahun,” paparnya.
M faizal
”Harga nikel yang fluktuatif dan sekarang melandai memang jadi concern . Tapi, kami tetap optimistis dengan prospek pertumbuhan perusahaan,” ujar Presiden Direktur Vale Indonesia Nico Kanter di sela kunjungan media ke tambang perusahaan di Sorowako, Luwu Timur, Sulawesi Selatan, Rabu (27/5) malam.
Perseroan, lanjut dia, berkomitmen menanamkan investasi dalam beberapa tahun ke depan sebesar USD2 miliar untuk peningkatan kapasitas produksi pabrik pengolahan di Sorowako dan pengembangan tambang Bahodopi di Sulawesi Tengah. Vale juga merencanakan investasi dengan nilai yang sama untuk pengembangan proyek Pomalaa di Sulawesi Tenggara.
”Rencana tersebut terbagi dalam beberapa tahapan. Tentunya timing nanti akan kita sesuaikan,” tuturnya. Direktur Keuangan Vale Febriany Eddy menambahkan, pelaksanaan ekspansi perusahaan tersebut bisa memakan waktu beberapa tahun. Proyek yang paling dekat pelaksanaannya, jelas dia, adalah peningkatan kapasitas produksi pabrik pengolahan di Sorowako yang kini telah memasuki tahap studi kelayakan final.
Perusahaan berencana meningkatkan kapasitas produksi pabrik dari 70.000-80.000 ton menjadi 90.000 ton nikel dalam matte per tahun, guna mengutilisasi kapasitas produksi listrik dari PLTA Karebbe yang mulai dioperasikan perusahaan sejak 2011. ”Kita masih tunggu perizinan. Kalau sudah selesai kita harap bisa segera,” ujarnya.
Namun, imbuh dia, pelaksanaan proyek tahap pertama ini saja butuh waktu setidaknya tiga tahun. Untuk pengembangan proyek Pomalaa, lanjut Febriany, perusahaan masih melanjutkan studi kelayakan yang sempat tertunda akibat perizinan. Pada proyek ini Vale bekerja sama dengan Sumitomo, salah satu pemegang saham perusahaan, untuk menerapkan teknologi pengolahan HPAL yang efisien dan sesuai dengan karakteristik bijih nikel di wilayah tambang tersebut.
”Izin (pengapalan sampel bijih) baru kita dapat Agustus 2014. Kami harap hasil uji sampel dapat diperoleh tahun ini. Kalau hasilnya baik, lanjut ke final feasibility study, yang butuh waktu satu sampai satu setengah tahun,” paparnya.
M faizal
(bbg)