Mentan Sebut Isu Beras Plastik Hanya Sampah
A
A
A
JAKARTA - Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman menyebut, isu peredaran beras plastik hanya sampah dan angin lalu yang meresahkan masyarakat. Bahkan, konsentrasinya sempat buyar lantaran isu tersebut.
"Muncul lagi beras plastik. Ini mengganggu, kita harus selesaikan. Padahal kita membahas sampah (beras plastik), cuma angin. Jadi cuma meresahkan saja, konsentrasi kita buyar," ucapnya saat media visit ke MNC Plaza, Jakarta, Jumat (29/5/2015).
Dia menegaskan, sejak awal isu beras plastik tidak benar. Sebab, harga plastik lebih mahal atau sekitar Rp12.000 per kilogram (kg), sementara harga beras hanya sekitar Rp7.000 per liter. "Jadi, enggak mungkin dikomersilkan. Itu mustahil," imbuh Amran.
Terbukti, saat pemerintah melalui Kementerian Pertanian (Kementan), Kementerian Perdagangan (Kemendag), Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), dan Polri melakukan uji laboratorium pada beras yang diduga plastik tersebut, hasilnya negatif.
"Langsung kami melalukan riset sebelum muncul isu. Badan penyidik, kementerian hasilnya enggak ada. Perlu kami luruskan bahwa kita menganalisa dari Mabes Polri setelah itu Kementerian Perdagangan mengambil sampel ke Sucofindo sampel yang sama. Tetap hasilnya negatif. Kami pastikan itu hanya isu," tegasnya.
Sementara, terkait perbedaan hasil uji lab yang dilakukan pemerintah dan tim audit PT Superintending Company of Indonesia atau Sucofindo, Mentan mengungkapkan bahwa itu hanya perbedaan metode penelitian.
Sekadar mengingatkan, Sucofindo menyatakan sampel beras yang mereka terima dari Bekasi menyebutkan positif mengandung senyawa kimia yang biasa digunakan dalam proses produksi benda berbahan plastik.
"Metodenya berbeda (uji lab beras plastik). Tapi kami mengatakan pas ratas (rapat terbatas) kesimpulannya beras plastik enggak ada. Tenang enggak usah gelisah, kami imbau kepada masyarakat," pungkas Amran.
Baca:
Ini Hasil Uji Lab Beras Plastik
Hasil Lab Sucofindo dan BPOM soal Beras Plastik Beda
Ini Pengakuan si Penemu Beras Plastik
"Muncul lagi beras plastik. Ini mengganggu, kita harus selesaikan. Padahal kita membahas sampah (beras plastik), cuma angin. Jadi cuma meresahkan saja, konsentrasi kita buyar," ucapnya saat media visit ke MNC Plaza, Jakarta, Jumat (29/5/2015).
Dia menegaskan, sejak awal isu beras plastik tidak benar. Sebab, harga plastik lebih mahal atau sekitar Rp12.000 per kilogram (kg), sementara harga beras hanya sekitar Rp7.000 per liter. "Jadi, enggak mungkin dikomersilkan. Itu mustahil," imbuh Amran.
Terbukti, saat pemerintah melalui Kementerian Pertanian (Kementan), Kementerian Perdagangan (Kemendag), Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), dan Polri melakukan uji laboratorium pada beras yang diduga plastik tersebut, hasilnya negatif.
"Langsung kami melalukan riset sebelum muncul isu. Badan penyidik, kementerian hasilnya enggak ada. Perlu kami luruskan bahwa kita menganalisa dari Mabes Polri setelah itu Kementerian Perdagangan mengambil sampel ke Sucofindo sampel yang sama. Tetap hasilnya negatif. Kami pastikan itu hanya isu," tegasnya.
Sementara, terkait perbedaan hasil uji lab yang dilakukan pemerintah dan tim audit PT Superintending Company of Indonesia atau Sucofindo, Mentan mengungkapkan bahwa itu hanya perbedaan metode penelitian.
Sekadar mengingatkan, Sucofindo menyatakan sampel beras yang mereka terima dari Bekasi menyebutkan positif mengandung senyawa kimia yang biasa digunakan dalam proses produksi benda berbahan plastik.
"Metodenya berbeda (uji lab beras plastik). Tapi kami mengatakan pas ratas (rapat terbatas) kesimpulannya beras plastik enggak ada. Tenang enggak usah gelisah, kami imbau kepada masyarakat," pungkas Amran.
Baca:
Ini Hasil Uji Lab Beras Plastik
Hasil Lab Sucofindo dan BPOM soal Beras Plastik Beda
Ini Pengakuan si Penemu Beras Plastik
(izz)