Dari Jualan Kue Saleh Husin Menjadi Seorang Menteri
A
A
A
KERJA keras dan kejujuran menjadi kunci sukses Saleh Husin. Pria yang kini menjabat sebagai Menteri Perindustrian ini menceritakan kisah hidupnya yang bekerja keras sejak belia.
"Masa kecil saya di Rote, Nusa Tenggara Timur (NTT). Saya sangat termotivasi oleh cerita guru SD bahwa banyak orang hebat Indonesia dari Rote," ujarnya, saat memberikan kuliah umum di Auditorium Universitas Teknologi Sumbawa (UTS), NTB, Sabtu (30/5/2015).
Dia menuturkan, sejak itu Saleh mulai bermimpi menjadi orang sukses seperti diceritakan guru-gurunya. Tapi, untuk meraihnya tidak mudah, penuh jalan berliku.
"Dari kelas 5 SD sampai 3 SMP, saya jualan kue bikinan Ibu. Untuk apa? Ya agar bisa meringankan beban orang tua, agar saya dan adik-adik bisa sekolah," kenangnya.
Kerja keras Saleh juga didasari optimisme. Di bangku SMA di Kupang, dia sudah mengincar cita-cita menjadi tentara. "Saya pengen jadi jenderal!" katanya.
Sayang, kendala penglihatan membuatnya gugur dalam dua kali tes masuk Akabri (saat itu). Menyerahkah Saleh Husin?
"Saya lantas berpikir, mungkin militer bukan jalan hidup saya dan saat itu juga memantapkan diri untuk kuliah," ujarnya.
Dia juga mulai berbisnis. "Mainan" pertamanya adalah bisnis sablon banner kain untuk anak-anak SMA. Bermodal uang kiriman dari ibunya sebesar Rp500 ribu, dia memesan banner di Bandung. Itupun Saleh hanya mampu membayar separo ke percetakan.
"Banner pertama itu untuk Perguruan Cikini. Dalam setengah jam ludes terjual berkat bantuan teman-teman," ujarnya, sembari menuturkan uang yang diperoleh dari usaha perdana itu sebesar Rp2,5 juta.
Kemudian, yang dia lakukan adalah segera datang ke percetakan di Bandung untuk melunasi kekurangan pembayaran. "Bagi saya kejujuran itu nomor satu. Apalagi percetakan lebih dulu percaya sama saya," kata Saleh.
Berikutnya satu bisnis ke bisnis lain berlanjut, seiring jaringan yang meluas. Gelar sarjana pun berhasil diraih di Jakarta.
"Selain jujur, prinsip saya ialah berani bermimpi, pintar-pintar membawa diri, tidak mengambil yang bukan hak saya, dan kerja keras, serta berdoa. Insya Allah, ada saja jalan yang kita dapatkan," terangnya.
Kepada para mahasiswa, ayah tiga anak ini juga menyinggung karier politiknya dan hingga menjadi Menteri Perindustrian.
"Terpilih menjadi anggota DPR dan menteri atau nanti para mahasiswa lulus dan berkarya, tidak terlepas dari benih manfaat yang telah kita tebarkan ke sekitar. Di situlah tumbuh kepercayaan dan kemudahan," pungkasnya.
"Masa kecil saya di Rote, Nusa Tenggara Timur (NTT). Saya sangat termotivasi oleh cerita guru SD bahwa banyak orang hebat Indonesia dari Rote," ujarnya, saat memberikan kuliah umum di Auditorium Universitas Teknologi Sumbawa (UTS), NTB, Sabtu (30/5/2015).
Dia menuturkan, sejak itu Saleh mulai bermimpi menjadi orang sukses seperti diceritakan guru-gurunya. Tapi, untuk meraihnya tidak mudah, penuh jalan berliku.
"Dari kelas 5 SD sampai 3 SMP, saya jualan kue bikinan Ibu. Untuk apa? Ya agar bisa meringankan beban orang tua, agar saya dan adik-adik bisa sekolah," kenangnya.
Kerja keras Saleh juga didasari optimisme. Di bangku SMA di Kupang, dia sudah mengincar cita-cita menjadi tentara. "Saya pengen jadi jenderal!" katanya.
Sayang, kendala penglihatan membuatnya gugur dalam dua kali tes masuk Akabri (saat itu). Menyerahkah Saleh Husin?
"Saya lantas berpikir, mungkin militer bukan jalan hidup saya dan saat itu juga memantapkan diri untuk kuliah," ujarnya.
Dia juga mulai berbisnis. "Mainan" pertamanya adalah bisnis sablon banner kain untuk anak-anak SMA. Bermodal uang kiriman dari ibunya sebesar Rp500 ribu, dia memesan banner di Bandung. Itupun Saleh hanya mampu membayar separo ke percetakan.
"Banner pertama itu untuk Perguruan Cikini. Dalam setengah jam ludes terjual berkat bantuan teman-teman," ujarnya, sembari menuturkan uang yang diperoleh dari usaha perdana itu sebesar Rp2,5 juta.
Kemudian, yang dia lakukan adalah segera datang ke percetakan di Bandung untuk melunasi kekurangan pembayaran. "Bagi saya kejujuran itu nomor satu. Apalagi percetakan lebih dulu percaya sama saya," kata Saleh.
Berikutnya satu bisnis ke bisnis lain berlanjut, seiring jaringan yang meluas. Gelar sarjana pun berhasil diraih di Jakarta.
"Selain jujur, prinsip saya ialah berani bermimpi, pintar-pintar membawa diri, tidak mengambil yang bukan hak saya, dan kerja keras, serta berdoa. Insya Allah, ada saja jalan yang kita dapatkan," terangnya.
Kepada para mahasiswa, ayah tiga anak ini juga menyinggung karier politiknya dan hingga menjadi Menteri Perindustrian.
"Terpilih menjadi anggota DPR dan menteri atau nanti para mahasiswa lulus dan berkarya, tidak terlepas dari benih manfaat yang telah kita tebarkan ke sekitar. Di situlah tumbuh kepercayaan dan kemudahan," pungkasnya.
(dmd)