Ekonomi India Tumbuh 7,3%
A
A
A
MUMBAI - India membukukan pertumbuhan tahunan 7,3%, dan melebihi China pada kuartal I/2015. Meski demikian, para analis memperingatkan pemerintah perlu menerapkan langkah-langkah baru untuk mendorong perekonomian.
Tingkat pertumbuhan untuk tahun fiskal yang berakhir 31 Maret 2015, sedikit lebih rendah dibandingkan 7,4% yang diprediksi Kementerian Statistik India pada Februari lalu. Meski demikian, India tumbuh 7,5% pada kuartal IV, mengalahkan China. China membukukan pertumbuhan 7% pada kuartal I/2015. Data terbaru ini menjadi dorongan kuat bagi Perdana Menteri (PM) India Narendra Modi setahun setelah dia terpilih.
Menteri Keuangan India Arun Jaitley menjelaskan, data terbaru itu menunjukkan perekonomian sedang pulih. “Manufaktur dan jasa mengindikasikan bahwa kita telah memiliki potensi tumbuh 8-9% dan lebih besar lagi,” ungkap Jaitley, dikutip kantor berita Press Trust of India.“Sangat jelasbahwaekonomi dalam kondisi pemulihan.” Data yang dirilis akhir pekan lalu merupakan data Produk Domestik Bruto (PDB) pertama yang dirilis sejak pemerintah menerapkan formula baru untuk menghitung PDB.
“Momentum ekonomi riil tidak menguat,” ujar kepala ekonom YES Bank, Shubhada Rao, pada kantor berita AFP. Menurut Rao, Bank Sentral India (Reserve Bank of India/- RBI) masih perlu mengurangi suku bunga untuk ketiga kali pada tahun ini. “Sektor-sektor kunci seperti pertanian dan konstruksi melemah. Angka PDB ini sebagian besar didorong oleh pengumpulan pajak yang kuat. Pemerintah sekarang harus bergerak untuk mengatasi penurunan momentum ekonomi dan mendorong pertumbuhan. Pemangkasan 25 basis poin dari RBI sudah jelas ada dalam opsi,” katanya.
RBI telah memangkas tingkat suku bunga dua kali tahun ini dengan total 50 basis poin menjadi 7,50%. Pemerintahan sayap kanan Modi ingin Gubernur RBI Raghuram Rajan untuk memangkas tingkat suku bunga pinjaman untuk perbankan komersial. GubernurRBImenjadikanpengendalian inflasi sebagai prioritas dan tetap dalam target RBI sebesar 6%.
“Dengan inflasi yang tetap lunak, langkah bank sentral menurunkansukubu-ngahingga seperempat persen poin sangat dimungkinkan,” kata Dharmakirti Joshi, kepala ekonom lembaga pemeringkat Crisil. Joshi menambahkan, aktivitas ekonomi riil tidak sesuai dengan tingkat pertumbuhan. Dia menjelaskan, para analis masih tidak yakin tentang cara baru kalkulasi angka PDB. Pemerintah India mengubah caranya mengalkulasi PDB pada Januari.
Para pejabat menyatakan metode baru ini lebih mendekati standar internasional. Perubahan utama ialah India sekarang mengukur pertumbuhan ekonominya pada harga pasar untuk menggabungkan penambahan nilai bruto barang dan jasa serta pajak tidak langsung. Basis tahun untuk kalkulasi PDB India juga dimajukan menjadi 2011-2012 dari 2004-2005. Meski demikian, analis menyatakan data baru itu tidak terkait dengan beberapa indikator ekonomi lainnya, termasuk data produksi industri dan laba perusahaan tahun lalu.
Maret lalu, RBI mengumumkan pemangkasan suku bunga kedua dalam dua bulan. Langkah ini diambil setelah memproyeksikan menurunnya inflasi. Kebijakan bank sentral mengakibatkan menguatnya harga saham di India. RBI menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin menjadi 7,5%. “Melemahnya inflasi diperkirakan terjadi pada semester I/2015 sebelum menguat lagi di bawah 6% pada semester II/2015. Konsekuensinya, kami memutuskan mengurangi suku bunga hingga 25 basis poin dari 7,75% menjadi 7,5% yang segera berlaku,” ungkap Gubernur RBI Raghuram Rajan, dikutip kantor berita AFP.
Kebijakan ini mengagetkan banyak pengamat karena komite pembuat kebijakan RBI tidak menggelar rapat hingga 7 April dan dilakukan setelah bank sentral menerapkan langkah serupa dengan memangkas suku bunga 25 poin pada pertengahan Januari. Ini merupakan pengurangan suku bunga pertama dalam 20 bulan.
Deputi Menteri Keuangan India Jayant Sinha memuji langkah RBI karena mendukung upaya mendorong perekonomian dalam jangka pendek. Kebijakan RBI juga membuat bursa saham semakin memiliki harapan dan bergerak ke arah positif.
Syarifudin
Tingkat pertumbuhan untuk tahun fiskal yang berakhir 31 Maret 2015, sedikit lebih rendah dibandingkan 7,4% yang diprediksi Kementerian Statistik India pada Februari lalu. Meski demikian, India tumbuh 7,5% pada kuartal IV, mengalahkan China. China membukukan pertumbuhan 7% pada kuartal I/2015. Data terbaru ini menjadi dorongan kuat bagi Perdana Menteri (PM) India Narendra Modi setahun setelah dia terpilih.
Menteri Keuangan India Arun Jaitley menjelaskan, data terbaru itu menunjukkan perekonomian sedang pulih. “Manufaktur dan jasa mengindikasikan bahwa kita telah memiliki potensi tumbuh 8-9% dan lebih besar lagi,” ungkap Jaitley, dikutip kantor berita Press Trust of India.“Sangat jelasbahwaekonomi dalam kondisi pemulihan.” Data yang dirilis akhir pekan lalu merupakan data Produk Domestik Bruto (PDB) pertama yang dirilis sejak pemerintah menerapkan formula baru untuk menghitung PDB.
“Momentum ekonomi riil tidak menguat,” ujar kepala ekonom YES Bank, Shubhada Rao, pada kantor berita AFP. Menurut Rao, Bank Sentral India (Reserve Bank of India/- RBI) masih perlu mengurangi suku bunga untuk ketiga kali pada tahun ini. “Sektor-sektor kunci seperti pertanian dan konstruksi melemah. Angka PDB ini sebagian besar didorong oleh pengumpulan pajak yang kuat. Pemerintah sekarang harus bergerak untuk mengatasi penurunan momentum ekonomi dan mendorong pertumbuhan. Pemangkasan 25 basis poin dari RBI sudah jelas ada dalam opsi,” katanya.
RBI telah memangkas tingkat suku bunga dua kali tahun ini dengan total 50 basis poin menjadi 7,50%. Pemerintahan sayap kanan Modi ingin Gubernur RBI Raghuram Rajan untuk memangkas tingkat suku bunga pinjaman untuk perbankan komersial. GubernurRBImenjadikanpengendalian inflasi sebagai prioritas dan tetap dalam target RBI sebesar 6%.
“Dengan inflasi yang tetap lunak, langkah bank sentral menurunkansukubu-ngahingga seperempat persen poin sangat dimungkinkan,” kata Dharmakirti Joshi, kepala ekonom lembaga pemeringkat Crisil. Joshi menambahkan, aktivitas ekonomi riil tidak sesuai dengan tingkat pertumbuhan. Dia menjelaskan, para analis masih tidak yakin tentang cara baru kalkulasi angka PDB. Pemerintah India mengubah caranya mengalkulasi PDB pada Januari.
Para pejabat menyatakan metode baru ini lebih mendekati standar internasional. Perubahan utama ialah India sekarang mengukur pertumbuhan ekonominya pada harga pasar untuk menggabungkan penambahan nilai bruto barang dan jasa serta pajak tidak langsung. Basis tahun untuk kalkulasi PDB India juga dimajukan menjadi 2011-2012 dari 2004-2005. Meski demikian, analis menyatakan data baru itu tidak terkait dengan beberapa indikator ekonomi lainnya, termasuk data produksi industri dan laba perusahaan tahun lalu.
Maret lalu, RBI mengumumkan pemangkasan suku bunga kedua dalam dua bulan. Langkah ini diambil setelah memproyeksikan menurunnya inflasi. Kebijakan bank sentral mengakibatkan menguatnya harga saham di India. RBI menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin menjadi 7,5%. “Melemahnya inflasi diperkirakan terjadi pada semester I/2015 sebelum menguat lagi di bawah 6% pada semester II/2015. Konsekuensinya, kami memutuskan mengurangi suku bunga hingga 25 basis poin dari 7,75% menjadi 7,5% yang segera berlaku,” ungkap Gubernur RBI Raghuram Rajan, dikutip kantor berita AFP.
Kebijakan ini mengagetkan banyak pengamat karena komite pembuat kebijakan RBI tidak menggelar rapat hingga 7 April dan dilakukan setelah bank sentral menerapkan langkah serupa dengan memangkas suku bunga 25 poin pada pertengahan Januari. Ini merupakan pengurangan suku bunga pertama dalam 20 bulan.
Deputi Menteri Keuangan India Jayant Sinha memuji langkah RBI karena mendukung upaya mendorong perekonomian dalam jangka pendek. Kebijakan RBI juga membuat bursa saham semakin memiliki harapan dan bergerak ke arah positif.
Syarifudin
(ars)