Asing Kuasai Pasar Semen RI
A
A
A
SEMARANG - Sektor Industri semen saat ini tengah digempur perusahaan asing yang bermain di pasar Indonesia. Saat ini perusahaan asing dan swasta menguasai lebih dari separuh produksi semen secara nasional.
Sekretaris Perusahaan PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR) Agung Wiharto mengatakan, hingga akhir 2015 terdapat empat perusahaan swasta yang akan memasarkan produknya di Indonesia. Perusahaan tersebut yakni Siam Sement dari Thailand yang memiliki kapasitas produksi 2 juta ton, diprediksikan akhir tahun ini akan beroperasi di Sukabumi.
”Semen Merah Putih mereka akan mendirikan pabrik baru di Banten dengan memproduksi 4 juta ton semen, tahun ini mereka akan beroperasi. Semen Panasia juga akan beroperasi pada akhir tahun,” ungkapnya dalam acara media gathering di Semarang pekan lalu.
Dia melanjutkan, selain empat perusahaan, ada pula Anhui Conch Cement pada kuartal II/ 2015 sudah siap beroperasi di pabrik yang berada di Kalimantan, dengan kapasitas produksi 2 juta ton. ”Namun, barangnya saat ini sudah ada di pasar Kalimantan dan Pulau Jawa. Mereka juga mendirikan satu unit pabrik penggilingan semen di Jawa Barat,” imbuhnya.
Kemudian Ultratech yang masih bersiap-siap untuk membangun pabrik di Wonogiri. Disusul Semen Puger di Jawa Timur yang sudah berproduksi, kemudian di Sulawesi Selatan ada Semen Barru. ”Jui shin Indonesia dari Taiwan sudah beroperasi di Karawang, semen Gombong dan semen Grobogan akan menyusul di Jawa Tengah,” paparnya.
Dia mengatakan, kapasitas produksi semen perusahaan plat merah hanya mampu menguasai 44%. Sementara penguasaan produksi semen di Indonesia, mayoritas dikuasai oleh perusahaan semen swasta dan asing dengan angka sebanyak 56%.
”Dengan banyaknya pemain yang akan masuk di Indonesia, diprediksikan pada tahun 2018- 2020 banyak tambahan kapasitas semen di Indonesia. Jadi tantangan kita terberat yakni bagaimana kita bisa memproduksi dengan efisiensi dan akhirnya kita bisa berkompetisi dengan mereka,” ungkapnya.
Agung mengatakan, untuk menjaga pangsa pasar sebesar 44%, perseroan juga melakukan efisiensi. Dia mengakui perseroan melakukan efisiensi dari sisi indeks pemakaiannya. ”Begitu juga dalam pengoperasian pabrik jangan sampai down energinya. Jika sampai down untuk mengangkatnya lagi pasti memerlukan biaya yang besar. Selain itu, kita juga disiplin dalam hal maintenance produksi,” ungkapnya.
Dia mengatakan, kapasitas semen di Indonesia harus tetap kuat dan ekspansi kapasitas jangan sampai berhenti. Untuk menambah kapasitas, saat ini perseroan tengah membangun pabrik di Rembang untuk menghadang perusahaan swasta dan asing yang masuk ke Indonesia. ”Kita berharap menjadi BUMN yang menjaga ketahanan industri semen nasional sebagai BUMN dan ini menjadi proyek kunci,” tandasnya.
Selain bermanfaat bagi perseroan, lanjutnya, pabrik semen ini juga akan meningkatkan kesejahteraan desa serta masyarakat sekitar. Pabrikiniakanmenyerap sekitar400orangpekerja. ”Per31 Maret 2015 itu ada sekitar 1.126 orang (pekerja) dan mayoritasnya Warga Ring 1. Jika pabrik ini resmi beroperasi, diperkirakan akan mempekerjakan sekitar 4.000-an orang,” sebutnya.
Agung juga menjelaskan, setelah pabrik Rembang rampung, perseroan akan membuat pabrik di Aceh, Sumatera, dan Kalimantan. ”Papua juga jadi target kami ke depannya. Yang penting adalah ekspansi kapasitas jangan sampai berhenti,” pungkasnya.
Menurut dia, kondisi seperti ini sudah seharusnya perusahaan BUMN memiliki sinergi yang kuat seperti perusahaan konstruksi seharusnya menggunakan produk-produk dalam negeri dengan kualitas yang mumpuni dan harga yang pantas.
Pada kesempatan yang sama, Kepala Proyek Pabrik SMGR Rembang Heru Indra Wijayanto memaparkan, per 23 Mei 2015 proyek pembangunan pabrik baru di Rembang tersebut telah mencapai 45,6%. ”Memang agak meleset dari target. Harusnya, per Mei 2015 itu pembangunan bisa mencapai 47%. Tidak sesuainya target tersebut karena faktor cuaca yang kurang mendukung,” ungkapnya.
Pabrik berkapasitas 3 juta ton per tahun tersebut membutuhkan dana investasi sebesar Rp3,7 triliun. Pembangunan di Rembang sudah dimulai pekerjaannya sejak Februari 2014 dan ditargetkan akan selesai pada akhir 2016. Perusahaan berharap pabrik Rembang bisa beoperasi secara komersial awal 2017.
”Kami telah mulai pekerjaan sejak Februari 2014 dan diperkirakan pada kuartal kedua 2016 bisa selesai (termasuk commisioning),” paparnya.
Arsy ani s
Sekretaris Perusahaan PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR) Agung Wiharto mengatakan, hingga akhir 2015 terdapat empat perusahaan swasta yang akan memasarkan produknya di Indonesia. Perusahaan tersebut yakni Siam Sement dari Thailand yang memiliki kapasitas produksi 2 juta ton, diprediksikan akhir tahun ini akan beroperasi di Sukabumi.
”Semen Merah Putih mereka akan mendirikan pabrik baru di Banten dengan memproduksi 4 juta ton semen, tahun ini mereka akan beroperasi. Semen Panasia juga akan beroperasi pada akhir tahun,” ungkapnya dalam acara media gathering di Semarang pekan lalu.
Dia melanjutkan, selain empat perusahaan, ada pula Anhui Conch Cement pada kuartal II/ 2015 sudah siap beroperasi di pabrik yang berada di Kalimantan, dengan kapasitas produksi 2 juta ton. ”Namun, barangnya saat ini sudah ada di pasar Kalimantan dan Pulau Jawa. Mereka juga mendirikan satu unit pabrik penggilingan semen di Jawa Barat,” imbuhnya.
Kemudian Ultratech yang masih bersiap-siap untuk membangun pabrik di Wonogiri. Disusul Semen Puger di Jawa Timur yang sudah berproduksi, kemudian di Sulawesi Selatan ada Semen Barru. ”Jui shin Indonesia dari Taiwan sudah beroperasi di Karawang, semen Gombong dan semen Grobogan akan menyusul di Jawa Tengah,” paparnya.
Dia mengatakan, kapasitas produksi semen perusahaan plat merah hanya mampu menguasai 44%. Sementara penguasaan produksi semen di Indonesia, mayoritas dikuasai oleh perusahaan semen swasta dan asing dengan angka sebanyak 56%.
”Dengan banyaknya pemain yang akan masuk di Indonesia, diprediksikan pada tahun 2018- 2020 banyak tambahan kapasitas semen di Indonesia. Jadi tantangan kita terberat yakni bagaimana kita bisa memproduksi dengan efisiensi dan akhirnya kita bisa berkompetisi dengan mereka,” ungkapnya.
Agung mengatakan, untuk menjaga pangsa pasar sebesar 44%, perseroan juga melakukan efisiensi. Dia mengakui perseroan melakukan efisiensi dari sisi indeks pemakaiannya. ”Begitu juga dalam pengoperasian pabrik jangan sampai down energinya. Jika sampai down untuk mengangkatnya lagi pasti memerlukan biaya yang besar. Selain itu, kita juga disiplin dalam hal maintenance produksi,” ungkapnya.
Dia mengatakan, kapasitas semen di Indonesia harus tetap kuat dan ekspansi kapasitas jangan sampai berhenti. Untuk menambah kapasitas, saat ini perseroan tengah membangun pabrik di Rembang untuk menghadang perusahaan swasta dan asing yang masuk ke Indonesia. ”Kita berharap menjadi BUMN yang menjaga ketahanan industri semen nasional sebagai BUMN dan ini menjadi proyek kunci,” tandasnya.
Selain bermanfaat bagi perseroan, lanjutnya, pabrik semen ini juga akan meningkatkan kesejahteraan desa serta masyarakat sekitar. Pabrikiniakanmenyerap sekitar400orangpekerja. ”Per31 Maret 2015 itu ada sekitar 1.126 orang (pekerja) dan mayoritasnya Warga Ring 1. Jika pabrik ini resmi beroperasi, diperkirakan akan mempekerjakan sekitar 4.000-an orang,” sebutnya.
Agung juga menjelaskan, setelah pabrik Rembang rampung, perseroan akan membuat pabrik di Aceh, Sumatera, dan Kalimantan. ”Papua juga jadi target kami ke depannya. Yang penting adalah ekspansi kapasitas jangan sampai berhenti,” pungkasnya.
Menurut dia, kondisi seperti ini sudah seharusnya perusahaan BUMN memiliki sinergi yang kuat seperti perusahaan konstruksi seharusnya menggunakan produk-produk dalam negeri dengan kualitas yang mumpuni dan harga yang pantas.
Pada kesempatan yang sama, Kepala Proyek Pabrik SMGR Rembang Heru Indra Wijayanto memaparkan, per 23 Mei 2015 proyek pembangunan pabrik baru di Rembang tersebut telah mencapai 45,6%. ”Memang agak meleset dari target. Harusnya, per Mei 2015 itu pembangunan bisa mencapai 47%. Tidak sesuainya target tersebut karena faktor cuaca yang kurang mendukung,” ungkapnya.
Pabrik berkapasitas 3 juta ton per tahun tersebut membutuhkan dana investasi sebesar Rp3,7 triliun. Pembangunan di Rembang sudah dimulai pekerjaannya sejak Februari 2014 dan ditargetkan akan selesai pada akhir 2016. Perusahaan berharap pabrik Rembang bisa beoperasi secara komersial awal 2017.
”Kami telah mulai pekerjaan sejak Februari 2014 dan diperkirakan pada kuartal kedua 2016 bisa selesai (termasuk commisioning),” paparnya.
Arsy ani s
(ftr)