OPEC Diprediksi Tak Pangkas Produksi, Minyak Stabil
A
A
A
SINGAPURA - Harga minyak mentah dunia stabil pada Selasa karena permintaan meningkat di awal perdagangan di tengah ekspektasi bahwa Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) tidak akan memangkas produksinya pada pertemuan pekan ini.
OPEC akan melekukan pertemuan pada akhir pekan ini di Wina untuk membahas strategi produksi. Citi Bank AS mengatakan bahwa OPEC akan mempertahankan produksi saat ini.
Harga minyak didukung penyataan Menteri Perminyakan Arab Saudi Ali al-Naimi bahwa permintaan minyak akan meningkat pada semester II tahun ini.
"Komentar dari Menteri Perminyakan Arab Saudi Ali al-Naimi yang bersifat optimistis mengakui saat ini terjadi surplus di pasar, tetapi mengantisipasi kuatnya permintaan babak kedua dan rebalancing di pasar," kata Citi dalam catatannya seperti dilansir dari Reuters, Selasa (2/6/2015).
Minyak mentah berjangka Brent untuk kontrak bulan depan jatuh ke titik terendah di USD64,71/barel pada Selasa, sebelum merayap kembali ke USD64,85 pada pukul 0345 GMT.
Sementara minyak mentah AS berada di USD60,23/barel, naik 3 sen dari penutupan terakhir dan turun 14 sen ke USD60,09/barel.
Analis mengatakan bahwa permintaan kilang perusahaan juga mendukung harga minyak. Sementara Phillip Futures yang berbasis di Singapura menyatakan bahwa harga kemungkinan akan jatuh kembali akhir pekan ini karena keputusan OPEC untuk tidak memangkas produksinya akan memberi ruang pada memburuknya kelebihan pasokan.
Naimi adalah arsitek utama dari keputusan OPEC pada pertemuan terakhir di November 2014. OPEC tidak memangkas produksi minyak mentah meskipun berlimpahnya pasokan global ditambah ledakan di kilang AS, yang memicu anjloknya harga minyak.
OPEC akan melekukan pertemuan pada akhir pekan ini di Wina untuk membahas strategi produksi. Citi Bank AS mengatakan bahwa OPEC akan mempertahankan produksi saat ini.
Harga minyak didukung penyataan Menteri Perminyakan Arab Saudi Ali al-Naimi bahwa permintaan minyak akan meningkat pada semester II tahun ini.
"Komentar dari Menteri Perminyakan Arab Saudi Ali al-Naimi yang bersifat optimistis mengakui saat ini terjadi surplus di pasar, tetapi mengantisipasi kuatnya permintaan babak kedua dan rebalancing di pasar," kata Citi dalam catatannya seperti dilansir dari Reuters, Selasa (2/6/2015).
Minyak mentah berjangka Brent untuk kontrak bulan depan jatuh ke titik terendah di USD64,71/barel pada Selasa, sebelum merayap kembali ke USD64,85 pada pukul 0345 GMT.
Sementara minyak mentah AS berada di USD60,23/barel, naik 3 sen dari penutupan terakhir dan turun 14 sen ke USD60,09/barel.
Analis mengatakan bahwa permintaan kilang perusahaan juga mendukung harga minyak. Sementara Phillip Futures yang berbasis di Singapura menyatakan bahwa harga kemungkinan akan jatuh kembali akhir pekan ini karena keputusan OPEC untuk tidak memangkas produksinya akan memberi ruang pada memburuknya kelebihan pasokan.
Naimi adalah arsitek utama dari keputusan OPEC pada pertemuan terakhir di November 2014. OPEC tidak memangkas produksi minyak mentah meskipun berlimpahnya pasokan global ditambah ledakan di kilang AS, yang memicu anjloknya harga minyak.
(rna)