Transformasi Model Bisnis
A
A
A
Model bisnis merupakan peta dan gambaran bagaimana sebuah perusahaan memakai dan memanfaatkan sumberdaya dimiliki dan diperoleh, baik dari internal maupun eksternal.
Sumber daya tersebut kemudian diolah berdasarkan pola bisnis tertentu untuk meningkatkan nilai, penjualan dan selanjutnya memberikan keuntungan. Menurut Henry Chesbrough dan Richard S Rosenbloom yang melakukan penelitian di Xerox dan kemudian karya tulisnya dimuatdi Harvard Business Review (HBR) denganjudul The Roleof the Business Model in Capturing Value from Innovation, ada enam elemen yang membentuk model bisnis yakni:
Pertama, value proposition. Pada bagian ini pembeli dan pemakai menghargai nilai dari sebuah produk karena fungsinya yang mampu menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi. Kedua, segmentasi pasar. Bagaimana produk diposisikan di pasar yang bervariasi. Ketiga, value chain structure atau struktur mata rantai di mana perusahaan dapat menangkap peningkatan nilai dari pergeseran mata rantai.
Keempat, revenue generation and profitmaking. Yakni cara bagaimana penjualan termasuk penyewaan ditingkatkan dan pada saat yang sama keuntungan diperoleh. Kelima, position in value networks, di mana semua jaringan yang digunakan mampu meningkatkan nilai di mata konsumen.
Keenam, strategi persaingan melalui berbagai cara baik dalam biaya, diferensiasi dan pasar ceruk. Model bisnis ada yang betulbetul disiapkan dengan matang, ada yang dilakukan sambil berjalan, terbentuk secara alamiah. Ada juga yang terbentuk setelah sekian tahun berlalu dan menjadi cukup rumit dengan proses serta upaya tambal sulam yang dilakukan dengan sengaja maupun tidak sengaja.
Karena itu, seiring dengan perjalanan waktu dan perkembangan perusahaan, model bisnis perlu ditinjau apakah masih tetap efektif dan efisien, atau sebaliknya. Tekanan pasar tidak memungkinkan bagi perusahaan yang tidak mampu mengatur operasi secara efisien bersaing karena harga adalah salah satu daya tarik yang kuat bagi pembeli, pemakai dan pelanggan.
Dengan mengubah dan melakukan penyesuaian model bisnis kita dapat menghadapi tantangan ke depan, dan perusahaan Anda akan tetap mampu bahkan dapat memenangkan persaingan.
Berikut beberapa pemikiran yang melatarbelakangi serta upaya untuk menyesuaikan model bisnis agar tetap mutakhir dan tetap relevan.
Pertama, antisipasi datangnya ketidakpastian yang timbul akibat berbagai hal termasuk kemajuan teknologi informasi dan globalisasi. Akselerasi dalam berbagai aspek kehidupan manusia dan praktek bisnis yang berubah sangat cepat kerap menimbulkan kebingungan serta ketidakpastian bagi para pelaku bisnis. Untuk itu, komunikasi dengan pasar harus diperlancar. Apa yang diharapkan oleh pembeli, bagaimana mereka memperbandingkan produk kita dengan produk pesaing.
Kedua, ikuti perubahan yang terjadi pada tingkat pembeli dan pemakai, bukan saja berbicara selera dan kebutuhan akan tetapi perubahan pola membeli akibat lesunya ekonomi yang berdampak luas. Pembeli dan pemakai memiliki skala prioritas yang berbeda dibandingkan sebelumnya.
Ketiga, pikirkan dan lakukan inovasi pada produk kita yang dapat mengubah pemikiran dan pertimbangan pemakai dan karenanya menganggap sebuah kerugian jika tidak membeli produk kita. Kita tahu ada produk-produk yang meninggikan atau meningkatkan gengsi ketika yang bersangkutan memakainya, dan sebaliknya merasa ketinggalan dan minder ketika tidak memakainya.
Keempat, pikirkan dan cari peluang baru, produk baru, pasar baru. Jangan hanya berpikir untuk mengurangi dan memotong biaya terlebih yang berhubungan langsung dengan penjualan. Dalam situasi sulit para pemasok perlu dirangkul untuk dimintakan agar memberikan potongan harga dan perpanjangan kredit. Jika itu mempengaruhi penjualan mereka biasanya mereka bersedia memberikan apa yang kita minta ketimbang kehilangan penjualan dan pelanggan. Namun, itu tidak mengubah keadaan, tetap jauh lebih baik jika kita dapat meningkatkan penjualan dengan produk baru dan pasar baru.
Kelima, janganpanikdankehilangan harapan ketika datang masasulit, justruharusdijadikan waktu untuk menganalisa dan mengevaluasi apa yang dapat dilakukan oleh perusahaan agar dapat tetap bertahan dengan berpikir lebih mendalam, bekerja lebih keras, dan mengamati lebih jeli.
Keenam, penghambat dan penghalang utama biasanya bukan berada di luar lingkungan kita namun dalam lingkungan kita sendiri dan bahkan tidak jarang diri kita sendiri yang tidak mau berubah karena merasa sudah mapan. Tidak berani dan tidak mau mengambil risiko.
Ketika keadaan ekonomi dan pasar berubah satu-satunya cara untuk bertahan adalah melakukan perubahan, menyesuaikan diri, mencari dan memanfaatkan peluang yang justru timbul karena situasi berubah, jauh lebih baik atau sebaliknya jauh lebih buruk.
Ketujuh, sekali lagi pikirkan pelanggan karena mereka akan menjadi penolong kita dalam kesulitan. Pelanggan mengalami pasang surut dalam bisnis mereka seperti halnya kita juga. Ada para pelanggan yang tadinya kecil menjadi besar atau sebaliknya, itulah sebabnya kita perlu tetap menjaga hubungan baik dengan mereka.
Para pelanggan yang merasa berhutang budi dan pada posisi sekarang memungkinkan untuk menolong kita, pasti bersedia menolong kita untuk membeli lebih banyak, membayar lebih cepat dan berbagai pertolongan lain yang kita butuhkan. Dekati mereka dan jangan sungkan untuk meminta bantuan.
DR. ELIEZER H. HARDJO PH.D., CM
Ketua Dewan Juri Rekor Bisnis (ReBi) & The Institute of Certified Professional Managers (ICPM)
Sumber daya tersebut kemudian diolah berdasarkan pola bisnis tertentu untuk meningkatkan nilai, penjualan dan selanjutnya memberikan keuntungan. Menurut Henry Chesbrough dan Richard S Rosenbloom yang melakukan penelitian di Xerox dan kemudian karya tulisnya dimuatdi Harvard Business Review (HBR) denganjudul The Roleof the Business Model in Capturing Value from Innovation, ada enam elemen yang membentuk model bisnis yakni:
Pertama, value proposition. Pada bagian ini pembeli dan pemakai menghargai nilai dari sebuah produk karena fungsinya yang mampu menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi. Kedua, segmentasi pasar. Bagaimana produk diposisikan di pasar yang bervariasi. Ketiga, value chain structure atau struktur mata rantai di mana perusahaan dapat menangkap peningkatan nilai dari pergeseran mata rantai.
Keempat, revenue generation and profitmaking. Yakni cara bagaimana penjualan termasuk penyewaan ditingkatkan dan pada saat yang sama keuntungan diperoleh. Kelima, position in value networks, di mana semua jaringan yang digunakan mampu meningkatkan nilai di mata konsumen.
Keenam, strategi persaingan melalui berbagai cara baik dalam biaya, diferensiasi dan pasar ceruk. Model bisnis ada yang betulbetul disiapkan dengan matang, ada yang dilakukan sambil berjalan, terbentuk secara alamiah. Ada juga yang terbentuk setelah sekian tahun berlalu dan menjadi cukup rumit dengan proses serta upaya tambal sulam yang dilakukan dengan sengaja maupun tidak sengaja.
Karena itu, seiring dengan perjalanan waktu dan perkembangan perusahaan, model bisnis perlu ditinjau apakah masih tetap efektif dan efisien, atau sebaliknya. Tekanan pasar tidak memungkinkan bagi perusahaan yang tidak mampu mengatur operasi secara efisien bersaing karena harga adalah salah satu daya tarik yang kuat bagi pembeli, pemakai dan pelanggan.
Dengan mengubah dan melakukan penyesuaian model bisnis kita dapat menghadapi tantangan ke depan, dan perusahaan Anda akan tetap mampu bahkan dapat memenangkan persaingan.
Berikut beberapa pemikiran yang melatarbelakangi serta upaya untuk menyesuaikan model bisnis agar tetap mutakhir dan tetap relevan.
Pertama, antisipasi datangnya ketidakpastian yang timbul akibat berbagai hal termasuk kemajuan teknologi informasi dan globalisasi. Akselerasi dalam berbagai aspek kehidupan manusia dan praktek bisnis yang berubah sangat cepat kerap menimbulkan kebingungan serta ketidakpastian bagi para pelaku bisnis. Untuk itu, komunikasi dengan pasar harus diperlancar. Apa yang diharapkan oleh pembeli, bagaimana mereka memperbandingkan produk kita dengan produk pesaing.
Kedua, ikuti perubahan yang terjadi pada tingkat pembeli dan pemakai, bukan saja berbicara selera dan kebutuhan akan tetapi perubahan pola membeli akibat lesunya ekonomi yang berdampak luas. Pembeli dan pemakai memiliki skala prioritas yang berbeda dibandingkan sebelumnya.
Ketiga, pikirkan dan lakukan inovasi pada produk kita yang dapat mengubah pemikiran dan pertimbangan pemakai dan karenanya menganggap sebuah kerugian jika tidak membeli produk kita. Kita tahu ada produk-produk yang meninggikan atau meningkatkan gengsi ketika yang bersangkutan memakainya, dan sebaliknya merasa ketinggalan dan minder ketika tidak memakainya.
Keempat, pikirkan dan cari peluang baru, produk baru, pasar baru. Jangan hanya berpikir untuk mengurangi dan memotong biaya terlebih yang berhubungan langsung dengan penjualan. Dalam situasi sulit para pemasok perlu dirangkul untuk dimintakan agar memberikan potongan harga dan perpanjangan kredit. Jika itu mempengaruhi penjualan mereka biasanya mereka bersedia memberikan apa yang kita minta ketimbang kehilangan penjualan dan pelanggan. Namun, itu tidak mengubah keadaan, tetap jauh lebih baik jika kita dapat meningkatkan penjualan dengan produk baru dan pasar baru.
Kelima, janganpanikdankehilangan harapan ketika datang masasulit, justruharusdijadikan waktu untuk menganalisa dan mengevaluasi apa yang dapat dilakukan oleh perusahaan agar dapat tetap bertahan dengan berpikir lebih mendalam, bekerja lebih keras, dan mengamati lebih jeli.
Keenam, penghambat dan penghalang utama biasanya bukan berada di luar lingkungan kita namun dalam lingkungan kita sendiri dan bahkan tidak jarang diri kita sendiri yang tidak mau berubah karena merasa sudah mapan. Tidak berani dan tidak mau mengambil risiko.
Ketika keadaan ekonomi dan pasar berubah satu-satunya cara untuk bertahan adalah melakukan perubahan, menyesuaikan diri, mencari dan memanfaatkan peluang yang justru timbul karena situasi berubah, jauh lebih baik atau sebaliknya jauh lebih buruk.
Ketujuh, sekali lagi pikirkan pelanggan karena mereka akan menjadi penolong kita dalam kesulitan. Pelanggan mengalami pasang surut dalam bisnis mereka seperti halnya kita juga. Ada para pelanggan yang tadinya kecil menjadi besar atau sebaliknya, itulah sebabnya kita perlu tetap menjaga hubungan baik dengan mereka.
Para pelanggan yang merasa berhutang budi dan pada posisi sekarang memungkinkan untuk menolong kita, pasti bersedia menolong kita untuk membeli lebih banyak, membayar lebih cepat dan berbagai pertolongan lain yang kita butuhkan. Dekati mereka dan jangan sungkan untuk meminta bantuan.
DR. ELIEZER H. HARDJO PH.D., CM
Ketua Dewan Juri Rekor Bisnis (ReBi) & The Institute of Certified Professional Managers (ICPM)
(ftr)