Kemenperin Tetapkan Lima Pusat Industri Berbasis TIK
A
A
A
JAKARTA - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mencanangkan lima pusat industri berbasis teknologi informasi dan komunikasi (TIK).
Kelima pusat industri tersebut berada di Pulau Jawa, Bali, Sumatera, dan Sulawesi. ”Pembangunan pusat-pusat industri berbasis TIK tersebut disarankan dapat menggunakan green technology atau low carbon technology,” ujar Menteri Perindustrian (Menperin) Saleh Husin pada acara Indonesia Green Infratructure Summit, di Jakarta, kemarin.
Menurutnya, dalam peta jalan (road map ) pengembangan industri TIK nasional telah menargetkan kemandirian produksi perangkat keras dan konten. Sejak 2011 hingga akhir 2015 ini, tengah dipacu industri manufaktur dan komponen perangkat TIK yang mendukung pembangunan infrastruktur TIK. Termasuk berkembangnya industri animasi, konten dan aplikasi untuk pasar dalam negeri dan berkembangnya produk-produk pendukung wireless communication.
”Hingga saat ini sudah ada tujuh pelaku usaha yang telah mendirikan industrinya di dalam negeri dan tiga pelaku usaha juga sedang mempersiapkan pendirian industrinya,” kata Saleh. Dipacunya industri strategis ini lantaran Indonesia terbelit impor yang lebih besar dibandingkan dengan ekspor untuk produk TIK. Oleh karena itu, Kemenperin mendorong TIK, perangkat lunak, dan konten multimedia.
”Salah satunya dengan mewajibkan importir untuk mendirikan industrinya di dalam negeri dengan jangka waktu paling lama tiga tahun,” tegas Menperin. Pada fase berikutnya, 2016- 2020, sasarannya ialah industri manufaktur dan komponen perangkat TIK, termasuk industri konten dan aplikasi dalam negeri, mampu memenuhi pasar domestik dan menjadi basis produksi untuk pasar regional.
Infrastruktur Hijau
Pada tahun ini, industri automotif nasional difokuskan pada pengembangan multipurpose vehicle (MPV), truk dengan kapasitas hingga 24 ton, sport utility vehicle dan sedan kecil yang ramah lingkungan dan hemat BBM.
Seluruhnya juga didukung oleh industri mesin dan komponen domestik. Menperin menekankan, investasi hijau di bidang transportasi dan TIK sangat dibutuhkan untuk mendukung terwujudnya infrastruktur hijau di Indonesia. Untuk itu, diperlukan dukungan dan kerja sama dari berbagai pihak.
Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla yang hadir membuka acara tersebut menegaskan, butuh investasi yang tinggi untuk mengembangkan infrastruktur hijau. ”Maka diharapkan, adanya kerja sama dan kemitraan investasi dengan lembaga keuangan,” katanya.
Sementara, World Bank Group Managing Director Sri Mulyani Indrawati menyatakan pertumbuhan harus bersifat inklusif dan ramah lingkungan secara berkelanjutan. Merujuk Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), antara 2010- 2014, total investasi PMA yang termasuk kelompok usaha hijau sebesar USD26,81 miliar dan PMDN Rp139 triliun.
Oktiani endarwati
Kelima pusat industri tersebut berada di Pulau Jawa, Bali, Sumatera, dan Sulawesi. ”Pembangunan pusat-pusat industri berbasis TIK tersebut disarankan dapat menggunakan green technology atau low carbon technology,” ujar Menteri Perindustrian (Menperin) Saleh Husin pada acara Indonesia Green Infratructure Summit, di Jakarta, kemarin.
Menurutnya, dalam peta jalan (road map ) pengembangan industri TIK nasional telah menargetkan kemandirian produksi perangkat keras dan konten. Sejak 2011 hingga akhir 2015 ini, tengah dipacu industri manufaktur dan komponen perangkat TIK yang mendukung pembangunan infrastruktur TIK. Termasuk berkembangnya industri animasi, konten dan aplikasi untuk pasar dalam negeri dan berkembangnya produk-produk pendukung wireless communication.
”Hingga saat ini sudah ada tujuh pelaku usaha yang telah mendirikan industrinya di dalam negeri dan tiga pelaku usaha juga sedang mempersiapkan pendirian industrinya,” kata Saleh. Dipacunya industri strategis ini lantaran Indonesia terbelit impor yang lebih besar dibandingkan dengan ekspor untuk produk TIK. Oleh karena itu, Kemenperin mendorong TIK, perangkat lunak, dan konten multimedia.
”Salah satunya dengan mewajibkan importir untuk mendirikan industrinya di dalam negeri dengan jangka waktu paling lama tiga tahun,” tegas Menperin. Pada fase berikutnya, 2016- 2020, sasarannya ialah industri manufaktur dan komponen perangkat TIK, termasuk industri konten dan aplikasi dalam negeri, mampu memenuhi pasar domestik dan menjadi basis produksi untuk pasar regional.
Infrastruktur Hijau
Pada tahun ini, industri automotif nasional difokuskan pada pengembangan multipurpose vehicle (MPV), truk dengan kapasitas hingga 24 ton, sport utility vehicle dan sedan kecil yang ramah lingkungan dan hemat BBM.
Seluruhnya juga didukung oleh industri mesin dan komponen domestik. Menperin menekankan, investasi hijau di bidang transportasi dan TIK sangat dibutuhkan untuk mendukung terwujudnya infrastruktur hijau di Indonesia. Untuk itu, diperlukan dukungan dan kerja sama dari berbagai pihak.
Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla yang hadir membuka acara tersebut menegaskan, butuh investasi yang tinggi untuk mengembangkan infrastruktur hijau. ”Maka diharapkan, adanya kerja sama dan kemitraan investasi dengan lembaga keuangan,” katanya.
Sementara, World Bank Group Managing Director Sri Mulyani Indrawati menyatakan pertumbuhan harus bersifat inklusif dan ramah lingkungan secara berkelanjutan. Merujuk Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), antara 2010- 2014, total investasi PMA yang termasuk kelompok usaha hijau sebesar USD26,81 miliar dan PMDN Rp139 triliun.
Oktiani endarwati
(ars)