RI Berpotensi Jadi Pusat Keuangan Syariah

Senin, 15 Juni 2015 - 09:44 WIB
RI Berpotensi Jadi Pusat Keuangan Syariah
RI Berpotensi Jadi Pusat Keuangan Syariah
A A A
JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyakini Indonesia berpotensi menjadi pusat perkembangan keuangan syariah global, mengingat jumlah pelaku dan aktivitas keuangan syariah yang sudah cukup besar.

Tercatat, nasabah perbankan syariah saat ini sudah mencapai sekitar 18 juta rekening, jumlah entitas lembaga keuangan mikro di Indonesia merupakan yang terbesar di dunia (sebagian berbentuk BMT dan koperasi jasa keuangan syariah), serta salah satu negara penerbit sukuk negara terbesar dan satusatunya negara yang menerbitkan sukuk ritel.

”Ini harus dikembangkan melalui pengembangan UMKM dan infrastruktur. Kalau bisa dimaksimalkan dan semua potensi yang ada dikelola baik, Indonesia menjadi pusat keuangan syariah global,” kata Jokowi saat meresmikan Pasar Rakyat Syariah dan Pencanangan Kampanye Nasional gerakan ‘Aku Cinta Keuangan Syariah’ di Lapangan Parkir Selatan Senayan, Jakarta, kemarin.

Kampanye ini, kata presiden, harus dapat dukungan bersama. ”Ini modal awal dalam peningkatan perekonomian dan pembangunan nasional,” sambungnya. Untuk itu, guna mencapai keinginan menjadi leader dalam pengembangan keuangan syariah global dan memanfaatkan perkembangan sektor jasa keuangan syariah, Jokowi meminta semua kementerian, lembaga pemerintah dan lembaga non-pemerintah mendukung pengembangan sektor jasa keuangan syariah.

Jokowi menyatakan, pemerintah akan memberikan perhatian khusus untuk sektor jasa keuangan Syariah karena terus tumbuh, tetapi masih belum tumbuh optimal dari potensi yang ada. Menurut laporan dari Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Muliaman D Hadad, pangsa pasar keuangan syariah per Maret 2015 baru mencatatkan sekira 4,8% atau total asetnya mencapai sekira Rp264,81 triliun.

”Padahal peluang untuk berkembang bagi industri keuangan ini masih terbuka luas, karena masyarakat belum punya akses jasa keuangan formal. Catatan bank dunia hanya 3,16% punya akun di lembaga keuangan formal,” kata Jokowi.

Selain itu, Jokowi menjelaskan, faktor lainnya adalah bonus demografi dan pertumbuhan kelas menengah masyarakat Indonesia, sehingga membutuhkan jasa keuangan yang beragam. ”Peluang terbuka lebar, ekonomi Syariah mempunyai peran strategis dalam pembangunan nasional. Saat ini jumlah nasabah bank Syariah 18 juta rekening,” kata Jokowi

Dirinya pun menyambut baik acara ini sebagai salah satu upaya untuk menyosialisasikan dan mengedukasi ekonomi keuangan Syariah kepada setiap lapisan masyarakat, sehingga dapat mengerti dasar pemikiran dan peluang manfaat dari layanan keuangan Syariah.

Industri jasa keuangan syariah di Indonesia yang terus bertumbuh kembang masih belum optimal jika dibandingkan dengan potensi yang masih belum tergali. Padahal, tercatat sudah dua dasawarsa sejak kelahiran bank syariah pertama di Tanah Air pada 1992. Industri jasa keuangan syariah di Indonesia yang terus bertumbuh kembang masih belum optimal jika dibandingkan dengan potensi yang masih belum tergali.

Padahal, tercatat sudah dua dasawarsa sejak kelahiran bank syariah pertama di Tanah Air pada 1992. Ketua Dewan Komisioner OJK Muliaman D Hadad mengatakan, tidak sebatas perbankan syariah saja, tetapi melingkupi juga industri keuangan non-bank syariah seperti asuransi syariah, dana pensiun syariah, perusahaan pembiayaan syariah, obligasi syariah, reksadana syariah dan aktivitas pasar modal lainnya.

”Penetrasi pasar dan kontribusinya terhadap GDP masih jauh, masih 5% saja dari total aset bank konvensional,” kata Muliaman. Data OJK per Maret 2015 mencatat, industri perbankan syariah terdiri dari 12 Bank Umum Syariah, 22 Unit Usaha Syariah yang dimiliki oleh Bank Umum Konvensional dan 163 BPRS dengan total aset sebesar Rp264,81 triliun dengan pangsa pasar 4,88%.

Menurut Muliaman, pada kuartal I-2015, total aset perbankan syariah mencapai Rp264,81 triliun, sementara aset industri keuangan nonbank (IKNB) syariah mencapai Rp50 triliun lebih.

”OJK memandang bahwa salah satu upaya kita adalah untuk meningkatkan pemahaman dan ekonomi dan keuangan syariah melalui edukasi dan sosialisasi. Penguatan lembaga keuangan di sektor riil juga perlu terus didorong agar berkembang, agar bisa bermanfaat dan berkontribusi dalam pembiayaan,” paparnya.

Muliaman menjelaskan, untuk itu OJK bersama stakeholders terkait melakukan kampanye ‘Aku Cinta Keuangan Syariah’ yang bertujuan mendorong kesadaran kolektif untuk memahami, mengenal dan mencintai produk keuangan Syariah untuk bahu membahu mendorong ekonomi Indonesia.

Dalam kesempatan tersebut, OJK juga menggalakkan budaya menabung sejak dini dengan meluncurkan produk tabungan Simpel iB (Simpanan Pelajar Perbankan Syariah). Setoran minimal yang bisa dibayarkan bagi para siswa ini sebesar Rp1.000 dan maksimal tidak terbatas. Muliaman mengungkapkan, buku tabungan ini membidik siswa mulai dari PAUD, TK, SD, SMP dan SMA. Produk Simpel iB terbagi dua, untuk pelajar umum dan syariah.

Produk ini merupakan penyegaran dari produk tabungan sejenis seperti TABANAS dan lainnya. Tingkat tabungan di Indonesia masih lebih rendah dibanding negara tetangga.

Hafid fuad/okezone
(ftr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 2.4115 seconds (0.1#10.140)