Target Lifting Minyak Hanya 830.000 Bph
A
A
A
JAKARTA - Kinerja sektor perminyakan belum menunjukkan perbaikan berarti. Itu tampak dari target lifting minyak dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2016 yang hanya 800.000- 830.000 barel per hari (bph).
Pemerintah dan Komisi VII DPR dalam pembahasan asumsi makro RAPBN 2016 kemarin menyimpulkan, target lifting di kisaran itulah yang dinilai realistis dengan kondisi saat ini. Untuk mengejar target lifting minyak tahun depan, pemerintah masih tetap mengandalkan Lapangan Banyu Urip Blok Cepu yang puncak produksinya diperkirakan baru tercapai pada paruh pertama tahun ini.
Ketua Komisi VII DPR KardayaWarnikamengatakan, besaran lifting tersebut merupakan kisaran dari angka yang diajukan masing-masingfraksi. Diketahui, dalam menentukan target lifting minyak, setiap kelompok fraksi (poksi) telah melakukan diskusi secara internal.
Adapun, besaran yang diusulkan Fraksi PDI-P di kisaran 810.000-830.000 bph; Partai Golkar 820.000-850.000 bph; Partai Gerindra 800.000-830.000 bph; Partai Demokrat 810.000-830.000 bph; PAN 800.000-830.000 bph; PKB 760.000-800.000 bph; PKS 800.000-830.000 bph; Nasdem 800.000 bph; PPP 800.000-830.000 bph; dan Hanura 820.000-850.000 bph.
”Berdasarkan usulan masingmasing poksi tersebut, akhirnya diputuskan besaran lifting minyak di kisaran 800.000- 830.000 bph. Semua fraksi menyepakati usulan itu,” kata Kardaya di Jakarta kemarin. Usai pembahasan tersebut, Menteri ESDM Sudirman Said mengatakan bahwa kisaran lifting minyak 800.000-830.000 bph cukup realistis.
Sejalan dengankeputusanitu, sambungdia, Kementerian ESDM akan terus memantau pergerakan produksi minyak dari setiap kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) migas. Seperti diketahui, hingga Mei tahun ini lifting minyak baru mencapai 752.000 bph. ”Melihat kinerja tahun ini, maka range lifting sebesar itu cukup realistis.
Tapi, kami akan terus memantau jalannya produksi minyak di akhir tahun sehingga bisa menentukan patokan lifting tahun depan,” ujar dia. Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Amien Sunaryadi juga mengatakan bahwa angka lifting minyak di kisaran 800.000-830.000 bph sudah realistis sehingga dapatmenjadipeganganSKKMigas untuk mencapai target tersebut.
Kendati demikian, anggota Komisi VII Harry Purnomo meminta aktualisasi lifting minyak bisa lebih tinggi dari yang telah ditetapkan sebesar 830.000 bph. Dia menuding terdapat indikasi supervisi yang tidak maksimal sehingga banyak terjadi penyimpangan di lapangan dan menyebabkan realisasi lifting selalu di bawah target. ”Lifting aktual pada dasarnya bisa lebih tinggi.
Masalahnya, ada indikasi supervisi tidak maksimal, jadi banyak loose -nya,” cetusnya. Anggota DPR dari Fraksi Gerindra ini pun meminta pemerintah dan SKK Migas tidak berpangku tangan dan bekerja keras untuk mencapai target lifting yang telah ditetapkan bersama antara pemerintah dengan DPR. Hal senada juga dikatakan oleh anggota Komisi VII lainnya, Mercy Criesty.
Dia meminta lifting minyak mampu digenjot sesuai target yang telah ditetapkan. Dia merujuk pada target lifting tahun ini sebesar 825.000 bph, namun hingga Mei tahun ini realisasinya baru mencapai 752.000 bph. Menteri ESDM Sudirman Said menegaskan, untuk mengejar target lifting minyak tahun depan, pemerintah akan mengandalkan Lapangan Banyu Urip Blok Cepu. Dia berharap, puncak produksi blok migas yang dikelola ExxonMobil ini sudah bisa dicapai sesuai perkiraan, yakni pada paruh pertama tahun ini.
”Dua kali kami ke Blok Cepu dan dua kali review, apa peak produksi Juni bisa dicapai, dan jawabannya masih optimistis,” kata Sudirman. Adapun, target puncak produksi Blok Cepu mencapai 165.000 bph. Namun, Wakil Kepala SKK Migas MI Zikrullah mengatakan, puncak produksi di Blok Cepu hanya bisa terealisasi bila gangguan operasi tidak terjadi. Begitu pun dengan berbagai fasilitas yang menopang produksi diharapkan bisa berjalan sesuai harapan.
Nanang wijayanto
Pemerintah dan Komisi VII DPR dalam pembahasan asumsi makro RAPBN 2016 kemarin menyimpulkan, target lifting di kisaran itulah yang dinilai realistis dengan kondisi saat ini. Untuk mengejar target lifting minyak tahun depan, pemerintah masih tetap mengandalkan Lapangan Banyu Urip Blok Cepu yang puncak produksinya diperkirakan baru tercapai pada paruh pertama tahun ini.
Ketua Komisi VII DPR KardayaWarnikamengatakan, besaran lifting tersebut merupakan kisaran dari angka yang diajukan masing-masingfraksi. Diketahui, dalam menentukan target lifting minyak, setiap kelompok fraksi (poksi) telah melakukan diskusi secara internal.
Adapun, besaran yang diusulkan Fraksi PDI-P di kisaran 810.000-830.000 bph; Partai Golkar 820.000-850.000 bph; Partai Gerindra 800.000-830.000 bph; Partai Demokrat 810.000-830.000 bph; PAN 800.000-830.000 bph; PKB 760.000-800.000 bph; PKS 800.000-830.000 bph; Nasdem 800.000 bph; PPP 800.000-830.000 bph; dan Hanura 820.000-850.000 bph.
”Berdasarkan usulan masingmasing poksi tersebut, akhirnya diputuskan besaran lifting minyak di kisaran 800.000- 830.000 bph. Semua fraksi menyepakati usulan itu,” kata Kardaya di Jakarta kemarin. Usai pembahasan tersebut, Menteri ESDM Sudirman Said mengatakan bahwa kisaran lifting minyak 800.000-830.000 bph cukup realistis.
Sejalan dengankeputusanitu, sambungdia, Kementerian ESDM akan terus memantau pergerakan produksi minyak dari setiap kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) migas. Seperti diketahui, hingga Mei tahun ini lifting minyak baru mencapai 752.000 bph. ”Melihat kinerja tahun ini, maka range lifting sebesar itu cukup realistis.
Tapi, kami akan terus memantau jalannya produksi minyak di akhir tahun sehingga bisa menentukan patokan lifting tahun depan,” ujar dia. Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Amien Sunaryadi juga mengatakan bahwa angka lifting minyak di kisaran 800.000-830.000 bph sudah realistis sehingga dapatmenjadipeganganSKKMigas untuk mencapai target tersebut.
Kendati demikian, anggota Komisi VII Harry Purnomo meminta aktualisasi lifting minyak bisa lebih tinggi dari yang telah ditetapkan sebesar 830.000 bph. Dia menuding terdapat indikasi supervisi yang tidak maksimal sehingga banyak terjadi penyimpangan di lapangan dan menyebabkan realisasi lifting selalu di bawah target. ”Lifting aktual pada dasarnya bisa lebih tinggi.
Masalahnya, ada indikasi supervisi tidak maksimal, jadi banyak loose -nya,” cetusnya. Anggota DPR dari Fraksi Gerindra ini pun meminta pemerintah dan SKK Migas tidak berpangku tangan dan bekerja keras untuk mencapai target lifting yang telah ditetapkan bersama antara pemerintah dengan DPR. Hal senada juga dikatakan oleh anggota Komisi VII lainnya, Mercy Criesty.
Dia meminta lifting minyak mampu digenjot sesuai target yang telah ditetapkan. Dia merujuk pada target lifting tahun ini sebesar 825.000 bph, namun hingga Mei tahun ini realisasinya baru mencapai 752.000 bph. Menteri ESDM Sudirman Said menegaskan, untuk mengejar target lifting minyak tahun depan, pemerintah akan mengandalkan Lapangan Banyu Urip Blok Cepu. Dia berharap, puncak produksi blok migas yang dikelola ExxonMobil ini sudah bisa dicapai sesuai perkiraan, yakni pada paruh pertama tahun ini.
”Dua kali kami ke Blok Cepu dan dua kali review, apa peak produksi Juni bisa dicapai, dan jawabannya masih optimistis,” kata Sudirman. Adapun, target puncak produksi Blok Cepu mencapai 165.000 bph. Namun, Wakil Kepala SKK Migas MI Zikrullah mengatakan, puncak produksi di Blok Cepu hanya bisa terealisasi bila gangguan operasi tidak terjadi. Begitu pun dengan berbagai fasilitas yang menopang produksi diharapkan bisa berjalan sesuai harapan.
Nanang wijayanto
(bbg)