Luanda Kota Termahal di Dunia untuk Ekspatriat

Kamis, 18 Juni 2015 - 10:17 WIB
Luanda Kota Termahal...
Luanda Kota Termahal di Dunia untuk Ekspatriat
A A A
Ibu kota Angola, Luanda, menjadi kota termahal bagi para ekspatriat. Hong Kong menempati peringkat kedua dan Singapura tetap di rangking empat karena mahalnya pasar properti dan sewa.

Ibu kota Angola, Luanda, tetap menjadi kota paling mahal di dunia untuk ekspatriat. Demikian hasil survei tahunan oleh lembaga konsultan Mercer yang dirilis kemarin. Luanda menempati urutan pertama dalam tiga tahun terakhir karena tingginya biaya sewa, barang-barang yang diimpor, dan keamanan di negara kaya minyak tersebut. Meski demikian, sebagian besar peringkat biaya hidup itu mengalami perubahan karena fluktuasi nilai mata uang.

Kota-kota Asia sekarang mencakup setengah dari 10 kota paling mahal di dunia. Hong Kong menempati peringkat kedua dan Singapura tetap di peringkat keempat karena mahalnya pasar properti dan sewa. Shanghai, Beijing, dan Seoul juga berada di peringkat ke-10 besar. Kota-kota di China mencapai sembilan kota dari 30 kota termahal di dunia karena semakin menguatnya nilai mata uang yuan atau renminbi.

Tokyo keluar dari peringkat ke- 10 besar untuk pertama kali setelah yen melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) karena program stimulus di Negeri Sakura tersebut. Tokyo biasanya di peringkat atas, tapi kini menempati posisi kesebelas, turun dari peringkat tujuh tahun lalu. N’Djamena, kota terbesar di Chad, yang biasanya di peringkat tertinggi, turun dari posisi kedua menjadi peringkat ke- 10.

”Kota paling murah ialah Bishkek di Kirgistan, Windhoek di Namibia dan Karachi di Pakistan,” sebut laporan Mercer, dikutip kantor berita AFP. Kota-kota lain dalam daftar itu sebagian besar di Eropa Timur, Timur Tengah, dan Afrika. Kota-kota paling mahal di Eropa berada di Swiss, Zurich, Jenewa, dan Bern yang masingmasing di peringkat ketiga, kelima, dan kesembilan.

Kondisi ini setelah franc Swiss naik setelah langkah bank sentral Swiss menghapus batas atas nilai mata uang mereka. Kendati demikian, sebagian besar negara-negara Eropa barat mengalami penurunan biaya hidup karena melemahnya nilai euro. London tetap di peringkat ke-12 dalam peringkat tersebut. Adapun Copenhagen merosot di peringkat kesembilan ke nomor 24.

Penurunan terbesar dari 10 besar ialah Moskow yang merosot 41 level menjadi posisi ke- 50 karena depresiasi rubel setelah sanksi ekonomi AS. ”Mata uang di Eropa melemah terhadap dolar AS, yang membuat sebagian besar kota-kota di Eropa barat turun dalam peringkat tersebut,” ucap Nathalie Constantin-Metral dari Mercer.

”Faktor-faktor lain seperti ekonomi zona euro, penurunan suku bunga, dan peningkatan penganggutan juga terjadi di kota-kota itu.” Di sepanjang Atlantik, New York tetap kota paling mahal di Amerika, diikuti Los Angeles, San Francisco, dan Washington. Mercer melakukan survei selama lebih dari dua dekade, menggunakan New York dan dolar AS sebagai basis kota dan mata uang.

Lembaga konsultan itu membandingkan biaya untuk 200 barang dan jasa, termasuk makanan, transportasi, dan by safeweb"> akomodasi. Hasil itu kemudian digunakan oleh pemerintah dan perusahaan- perusahaan multinasional saat menentukan paket gaji untuk pegawai yang dikirim ke luar negeri. Beberapa perusahaan, termasuk Economist Intelligence Unit dan ECA International, mengeluarkan survei biaya hidup dengan hasil yang berbeda.

SYARIFUDIN
(bbg)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0744 seconds (0.1#10.140)