Beban Puncak PLN selama Ramadan Bergeser
A
A
A
JAKARTA - PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Tengah (Jateng)-DI Yogyakarta (DIY) memastikan pasokan listrik selama Ramadan dan Lebaran mencukupi. Beban puncak penggunaan listrik pada Ramadan bergeser dari hari biasa, yakni pada waktu sahur dan tarawih.
Deputi Manager Hukum, Komunikasi, dan Bina Lingkungan Supriyono mengatakan, pada kondisi normal, beban puncak yang terjadi hanya di kisaran 3.700 MW. "Saat ini ketersediaan pasokan listrik kita 5.000 MW, sehingga masih cukup aman,” ujarnya, Jumat (19/6/2015).
Menurutnya, melihat pengalaman tahun-tahun sebelumnya, kenaikan konsumsi listrik saat malam hari tidak terlalu signifikan. Hanya saja, masa beban puncak akan bergeser, terutama di saat Tarawih dan Sahur.
"Melihat pengalaman puasa di tahun-tahun sebelumnya, di hari pertama puasa dan jelang Lebaran, konsumsi listrik malah turun. Adapun untuk beban puncak di hari biasanya terjadi antara jam 17.00-22.00 WIB, dan saat puasa akan bergeser di jam 19.00-03.00 WIB," ungkapnya.
Saat puasa, lanjut Supriyono, biasanya akan banyak pabrik yang tidak beroperasi. Hal ini berbeda dengan beban puncak di kota besar lainnya, seperti di Jakarta justru pada siang hari terjadi beban puncak.
"Di Jateng-DIY kebanyakan pelanggan perumahan, sehingga beban puncaknya justru saat orang sudah mulai di rumah sore sampai malam hari," imbuhnya.
Supriyono menuturkan, untuk beban rata-rata di bawah beban puncak pada kondisi normal 2.500 MW-3.000 MW. Sedangkan, saat ini jumlah pengguna listrik di Jateng-DIY mencapai 9,7 juta pelanggan. Terdiri dari pelanggan perumahan mencapai 97% disusul pelanggan bisnis 1,8%, dan pelanggan industri 0,8%, sisanya sosial.
"Di bulan puasa, PLN tetap menjaga keandalan listriknya. Tapi, kami juga minta kepada masyarakat agar tetap bijak dalam menggunakan listrik, dan juga mewaspadai terjadinya musibah kebakaran. Karena kadang lupa meninggalkan rumah saat Tarawih dan Sahur dengan kompor yang masih menyala," katanya.
Di tempat terpisah, Ketua Lembaga Pembinaan dan Perlindungan Konsumen (LP2K) Jateng Ngargono menyatakan, PLN harus mampu menyediakan kebutuhan listrik selama Ramadan. “Pelanggan telah dibebani kenaikan tarif dasar listrik (TDL). Namun, kenaikan TDL tidak diimbangi sistem pelayanan yang semakin baik,” paparnya.
Dia berharap, PLN tidak hanya gembar-gembor untuk memberikan pelayanan terbaik, namun harus dibuktikan.
Deputi Manager Hukum, Komunikasi, dan Bina Lingkungan Supriyono mengatakan, pada kondisi normal, beban puncak yang terjadi hanya di kisaran 3.700 MW. "Saat ini ketersediaan pasokan listrik kita 5.000 MW, sehingga masih cukup aman,” ujarnya, Jumat (19/6/2015).
Menurutnya, melihat pengalaman tahun-tahun sebelumnya, kenaikan konsumsi listrik saat malam hari tidak terlalu signifikan. Hanya saja, masa beban puncak akan bergeser, terutama di saat Tarawih dan Sahur.
"Melihat pengalaman puasa di tahun-tahun sebelumnya, di hari pertama puasa dan jelang Lebaran, konsumsi listrik malah turun. Adapun untuk beban puncak di hari biasanya terjadi antara jam 17.00-22.00 WIB, dan saat puasa akan bergeser di jam 19.00-03.00 WIB," ungkapnya.
Saat puasa, lanjut Supriyono, biasanya akan banyak pabrik yang tidak beroperasi. Hal ini berbeda dengan beban puncak di kota besar lainnya, seperti di Jakarta justru pada siang hari terjadi beban puncak.
"Di Jateng-DIY kebanyakan pelanggan perumahan, sehingga beban puncaknya justru saat orang sudah mulai di rumah sore sampai malam hari," imbuhnya.
Supriyono menuturkan, untuk beban rata-rata di bawah beban puncak pada kondisi normal 2.500 MW-3.000 MW. Sedangkan, saat ini jumlah pengguna listrik di Jateng-DIY mencapai 9,7 juta pelanggan. Terdiri dari pelanggan perumahan mencapai 97% disusul pelanggan bisnis 1,8%, dan pelanggan industri 0,8%, sisanya sosial.
"Di bulan puasa, PLN tetap menjaga keandalan listriknya. Tapi, kami juga minta kepada masyarakat agar tetap bijak dalam menggunakan listrik, dan juga mewaspadai terjadinya musibah kebakaran. Karena kadang lupa meninggalkan rumah saat Tarawih dan Sahur dengan kompor yang masih menyala," katanya.
Di tempat terpisah, Ketua Lembaga Pembinaan dan Perlindungan Konsumen (LP2K) Jateng Ngargono menyatakan, PLN harus mampu menyediakan kebutuhan listrik selama Ramadan. “Pelanggan telah dibebani kenaikan tarif dasar listrik (TDL). Namun, kenaikan TDL tidak diimbangi sistem pelayanan yang semakin baik,” paparnya.
Dia berharap, PLN tidak hanya gembar-gembor untuk memberikan pelayanan terbaik, namun harus dibuktikan.
(dmd)