Pertumbuhan Bisa di Bawah 5%
A
A
A
JAKARTA - Bank Indonesia (BI) mengingatkan pertumbuhan ekonomi sepanjang tahun ini bisa di bawah 5%. Meski demikian, secara umum BI masih mengharapkan pertumbuhan ekonomi secara tahunan berada di kisaran 5-5,4%.
BI melihat, saat ini ada dua kondisi yang perlu diwaspadai terkait pelemahan ekonomi yakni turunnya harga komoditas akibat lemahnya permintaan, serta kecepatan pencairan anggaran. ”Ini harus betul-betul disikapi agar kita bisa capai pertumbuhan ekonomi 5,4%,” kata Gubernur Bank Indonesia Agus DW Martowardojo di Jakarta akhir pekan lalu.
Menurut Agus, pertumbuhan ekonomi bulan suci Ramadan dan Lebaran tahun ini diperkirakan lebih rendah dibandingkan dengan tahun lalu. Penerimaan negara di aspek Pajak Pertambahan Nilai (PPn) saat ini lebih rendah, permintaan jelang Lebaran juga belum terlalu kuat karena penyerapan anggaran pemerintah masih terbatas, sementara kinerja perusahaan banyak yang tertekan.
”Jadi secara umum kontribusi Lebaran pada ekonomi dibandingkan tahun lalu mungkin lebih rendah. Dan, saya ingin sama-sama lihat inflasi, di mana minggu kedua 0,44% tapi satu bulan bisa mencapai 0,66%, lalu minggu ketiga sudah 0,5%,” terang dia. Menurutnya, jika inflasi bisa di level 0,6% (month to month), artinya masih sejalan dengan target inflasi BI yakni di kisaran 4 plus minus 1%.
Dia menambahkan, hargaharga komoditas seperti bawang merah, cabe merah, telur ayam, beras, dan daging ayam juga masih memberikan tekanan terhadap inflasi. ”Perlu diwaspadai juga adanya risiko El- Nino. Dan, kami ingin volatile food menjadi sumber yang menekan inflasi,” tukasnya.
Di samping itu, BI akan terus mendorong pertumbuhan ekonomi 2015 dengan beberapa hal, di antaranya mengenai aturan uang muka atau loan to value (LTV), di mana nantinya kebijakan untuk properti dan kendaraan juga berlaku untuk konvensional dan syariah.
Langkah lain yang dilakukan BI demi mendorong pertumbuhan ekonomi adalah kerja sama antara BI, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan Pemerintah untuk menurunkan bunga UMKM. Agus juga menyampaikan, BI akan memberikan insentif dan disinsentif dalam bentuk giro wajib minimum (GWM) loan to deposito rasio (LDR).
”Bagi bank yang menyalurkan pinjaman untuk UMKM akan memperoleh manfaat di GWM dari bank itu. Tentu itu adalah yang utama yang kami bisa sampaikan pada kesempatan ini,” papar dia.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Tirta Segara menambahkan, BI juga akan terus memperkuat koordinasi dengan pemerintah dalam mengendalikan inflasi dan defisit transaksi berjalan guna mendorong pertumbuhan ekonomi. BI pun akan mendukung upaya pemerintah pusat dan daerah untuk mempercepat realisasi pencairan anggaran termasuk proyek-proyek infrastruktur dan melanjutkan berbagai kebijakan struktural guna mendorong perbaikan prospek ekonomi Indonesia ke depan.
BI memperkirakan, pertumbuhan ekonomi pada semester II/2015 akan membaik, didukung oleh meningkatnya konsumsi dan investasi pemerintah sejalan dengan semakin meningkatnya implementasi proyek- proyek infrastruktur dan meningkatnya penyaluran kredit perbankan. ”Namun, untuk keseluruhan tahun, pertumbuhan ekonomi diperkirakan berada pada kisaran 5,0–5,4% pada 2015,” tutupnya.
Kunthi fahmar sandy
BI melihat, saat ini ada dua kondisi yang perlu diwaspadai terkait pelemahan ekonomi yakni turunnya harga komoditas akibat lemahnya permintaan, serta kecepatan pencairan anggaran. ”Ini harus betul-betul disikapi agar kita bisa capai pertumbuhan ekonomi 5,4%,” kata Gubernur Bank Indonesia Agus DW Martowardojo di Jakarta akhir pekan lalu.
Menurut Agus, pertumbuhan ekonomi bulan suci Ramadan dan Lebaran tahun ini diperkirakan lebih rendah dibandingkan dengan tahun lalu. Penerimaan negara di aspek Pajak Pertambahan Nilai (PPn) saat ini lebih rendah, permintaan jelang Lebaran juga belum terlalu kuat karena penyerapan anggaran pemerintah masih terbatas, sementara kinerja perusahaan banyak yang tertekan.
”Jadi secara umum kontribusi Lebaran pada ekonomi dibandingkan tahun lalu mungkin lebih rendah. Dan, saya ingin sama-sama lihat inflasi, di mana minggu kedua 0,44% tapi satu bulan bisa mencapai 0,66%, lalu minggu ketiga sudah 0,5%,” terang dia. Menurutnya, jika inflasi bisa di level 0,6% (month to month), artinya masih sejalan dengan target inflasi BI yakni di kisaran 4 plus minus 1%.
Dia menambahkan, hargaharga komoditas seperti bawang merah, cabe merah, telur ayam, beras, dan daging ayam juga masih memberikan tekanan terhadap inflasi. ”Perlu diwaspadai juga adanya risiko El- Nino. Dan, kami ingin volatile food menjadi sumber yang menekan inflasi,” tukasnya.
Di samping itu, BI akan terus mendorong pertumbuhan ekonomi 2015 dengan beberapa hal, di antaranya mengenai aturan uang muka atau loan to value (LTV), di mana nantinya kebijakan untuk properti dan kendaraan juga berlaku untuk konvensional dan syariah.
Langkah lain yang dilakukan BI demi mendorong pertumbuhan ekonomi adalah kerja sama antara BI, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan Pemerintah untuk menurunkan bunga UMKM. Agus juga menyampaikan, BI akan memberikan insentif dan disinsentif dalam bentuk giro wajib minimum (GWM) loan to deposito rasio (LDR).
”Bagi bank yang menyalurkan pinjaman untuk UMKM akan memperoleh manfaat di GWM dari bank itu. Tentu itu adalah yang utama yang kami bisa sampaikan pada kesempatan ini,” papar dia.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Tirta Segara menambahkan, BI juga akan terus memperkuat koordinasi dengan pemerintah dalam mengendalikan inflasi dan defisit transaksi berjalan guna mendorong pertumbuhan ekonomi. BI pun akan mendukung upaya pemerintah pusat dan daerah untuk mempercepat realisasi pencairan anggaran termasuk proyek-proyek infrastruktur dan melanjutkan berbagai kebijakan struktural guna mendorong perbaikan prospek ekonomi Indonesia ke depan.
BI memperkirakan, pertumbuhan ekonomi pada semester II/2015 akan membaik, didukung oleh meningkatnya konsumsi dan investasi pemerintah sejalan dengan semakin meningkatnya implementasi proyek- proyek infrastruktur dan meningkatnya penyaluran kredit perbankan. ”Namun, untuk keseluruhan tahun, pertumbuhan ekonomi diperkirakan berada pada kisaran 5,0–5,4% pada 2015,” tutupnya.
Kunthi fahmar sandy
(ftr)