BTPN Menjaga Bisnis Konvensional dan Syariah

Selasa, 23 Juni 2015 - 23:17 WIB
BTPN Menjaga Bisnis...
BTPN Menjaga Bisnis Konvensional dan Syariah
A A A
JAKARTA - PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk (BTPN) optimistis dapat menjaga segmen bisnis antara konvensional dan unit syariah. Pengaturan ini penting mengingat perbankan di tengah kondisi perekonomian yang tertekan saat ini.

Direktur Kepatuhan BTPN Anika Faisal mengatakan, pihaknya dapat mengatur bisnis sehingga tidak akan terjadi praktik bisnis kanibal di antara usaha BTPN. Salah satunya yang mendapatkan perhatian yaitu agen laku pandai yang akan digunakan konvensional dan syariah untuk mendorong bisnis perseroan.

"Tidak akan terjadi kanibalisme di agen laku pandai. Di komunitas nasabah misalnya, kalau sudah banyak syariah maka akan kami kurangi yang konvensional. Segmen pasarnya tidak akan tabrakan," ujar Anika di Jakarta, kemarin.

BTPN Syariah bersiap masuk kategori Bank Umum Kegiatan Usaha (BUKU) 2 yang syarat modal intinya antara Rp1 triliun sampai Rp5 triliun. Selain itu, rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio) BTPN Syariah juga lebih dari 30%.

BTPN Syariah akan bisa menjalankan program layanan keuangan tanpa kantor dalam rangka keuangan inklusif (Laku Pandai) yang dicanangkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Direncanakan, tahun ini BTPN Syariah akan ikut program Laku Pandai.

Total dana yang disuntikkan kepada BTPN Syariah mencapai Rp160 miliar. BTPN menyuntikkan 70% dari keseluruhan penambahan modal. Sedangkan 30% atau Rp48 miliar berasal dari PT Triputra Persada Rahmat (TPR).

Nantinya, satu agen Laku Pandai akan bisa melayani produk perbankan konvensional dan produk syariah. Sementara, BTPN sendiri telah menjalankan program Laku Pandai dan meluncurkan program tersebut di Medan beberapa waktu lalu.

"Tahun ini BTPN Syariah akan ikut laku pandai. Nantinya satu agen bisa jual produk perbankan konvensional dan syariah. Kalau sudah ada banyak syariah, produk konvensional tidak perlu jualan banyak," ujarnya.

Dia menjelaskan, terdapat segmentasi pasar berbeda antara syariah dan konvensional. Bisnis syariah disebutnya mengambil pasar yang lebih di bawahnya konvensional.

Rata-rata penyaluran kredit per nasabah atau ticket size terdekat misalnya antara program Mitra Usaha Rakyat (MUR) dan Tunas Usaha Rakyat (TUR) yang sangat signifikan perbedaannya.

"Plafonnya syariah Rp1,5 juta sampai Rp2 juta itu cukup jauh, sehingga konvensional tidak akan masuki syariah. Segmenya produktif yang berbasis home industry, yaitu usaha apa saja sepanjang jelas akan kita biayain. Ada siklusnya selama lima tahun yang terus dipantau progressnya," terang Anika.

Sementara untuk konvensional akan mengandalkan segmen usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) untuk menjaga pertumbuhan kredit di tengah pertumbuhan ekonomi yang melambat. Potensi pasar di segmen UMKM masih besar.

"Segmen UMKM memiliki plafon lebih tinggi dibanding segmen mikro. Plafon yang ditawarkan BTPN Rp1 miliar-Rp3 miliar di segmen UMKM. Penyaluran kredit di segmen ini akan tumbuh cukup tinggi, karena porsi kreditnya masih kecil dibandingkan segmen pensiun dan mikro," tandasnya.
(izz)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0829 seconds (0.1#10.140)