Aktivitas Manufaktur China Stabil

Rabu, 24 Juni 2015 - 09:35 WIB
Aktivitas Manufaktur...
Aktivitas Manufaktur China Stabil
A A A
BEIJING - Aktivitas manufaktur China menunjukkan tanda-tanda stabil pada Juni. Dua survei privat menunjukkan ekonomi mengumpulkan momentum meskipun banyak analis memperkirakan dukungan kebijakan lebih lanjut.

Data indeks manajer pembelian (purchasing managers’ index/PMI) China oleh HSBC/- Markit Flash sebesar 49,6 pada Juni, tertinggi dalam tiga bulan, dari sebelumnya 49,2. Meski demikian, data itu masih di bawah 50 yang menunjukkan penyusutan. Pesanan baru kembali ke wilayah positif sebesar 50,3 dan pesanan ekspor baru turun ke level yang lebih lamban.

”Peningkatan pesanan baru didorong penguatan pesanan ekspor baru, menunjukkan permintaan asing mungkin akhirnya kembali membaik,” tulis para analis Capital Economics dalam catatan riset, dikutip kantor berita Reuters. ”Data PMI sekarang memperkuat pendapat kami bahwa ekonomi mulai menemukan pijakan.

” Adapun, perusahaan-perusahaan meningkatkan pemutusan hubungan kerja (PHK), pengurangan lapangan kerja di level tercepat dalam enam tahun. Para analis Capital Economics memperkirakan pemerintah akan kembali menerapkan kebijakan dana murah untuk mendorong pertumbuhan. ”Manufaktur terus mengurangi pegawai. Ini menunjukkan perusahaan-perusahaan relatif ragu dengan proyeksi pertumbuhan,” kata Annabel Fiddes, ekonom di Markit yang memperkirakan Beijing meningkatkan upaya mendorong pertumbuhan dan penciptaan lapangan kerja.

Adapun, survei per kuartal China Beige Book menunjukkan gambaran lebih jauh dengan adanya pemulihan secara luas pada kuartal II/2015, didorong oleh provinsi-provinsi di pedalaman China. ”Sektor-sektor utama, dua perkembangan besar: penguatan sektor ritel yang menunjukkan peningkatan pertumbuhan pendapatan meskipun ada penurunan harga dan penguatan pasar properti secara luas,” papar penulis laporan itu, Leland Miller dan Craig Charney.

Menurut Miller dan Charney, sektor manufaktur, jasa, real estat, pertanian dan pertambangan mengalami peningkatan per kuartal dan year on year (yoy). ”Secara keseluruhan, perusahaan-perusahaan memiliki data yang lebih baik dibandingkan proyeksi,” ujar keduanya.

Miller berpendapat, stimulus tidak dapat mengatasi berbagai tantangan ekonomi China dan tidak akan memiliki dampak yang diharapkan pada investasi dan permintaan tetap lemah. Sebaliknya, sebagian besar kebijakan dana murah itu diserap di pasar saham dan sekarang pasar obligasi disodori obligasi lokal untuk membantu meringankan beban utang pemerintah lokal.

China memangkas suku bunga untuk ketiga kali dalam enam bulan pada Mei, untuk mengurangi biaya pinjaman dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang menuju tahun terburuk dalam seperempat abad. Pasar memperkirakan Beijing meningkatkan berbagai kebijakan untuk mendukung perekonomian.

Salah satu kendala utamanya ialah keengganan para eksekutif China untuk berinvestasi pada ekspansi atau produktivitas karena rendahnya keuntungan dan biaya pinjaman jangka panjang yang lebih tinggi.

”Tingkat suku bunga riil dua digit, 11 atau 12%. Ini isu riil untuk ekonomi. Anda dapat memangkas tingkt suku bunga hingga nol dan Anda tetap melihat suku bunga riil sekitar 5%. Marjin laba hanya sekitar 3- 4%,” kata Zhou Hao, ekonom di ANZ Bank di Shanghai. ”Kita masih mencari mesin-mesin baru untuk ekonomi. Pada dasarnya kita perlu daya ungkit.”

Sementara, impor China turun untuk bulan ketujuh berturut- turut pada Mei. Ekspor juga melemah. Penurunan impor dan ekspor itu terjadi meskipun pemerintah menerapkan kebijakan dana murah.

Data mengecewakan ini muncul saat para pemimpin China berupaya mengubah pertumbuhan ekonomi dari mengandalkan investasi pemerintah dan ekspor menjadi mengandalkan belanja konsumen. ”Impor turun 17,6% year on year menjadi USD131,26 miliar,” ungkap Badan Bea Cukai China, dikutip kantor berita AFP.

Penurunan ini lebih tajam dibandingkan proyeksi ratarata turun 10% dalam survei ekonom Bloomberg News dan mengikuti penurunan 16,2% pada April. ”Data perdagangan Mei menunjukkan permintaan domestik dan eksternal tetap lemah,” kata Julian Evans-Pritchard, analis firma riset Capital Economics, dalam catatannya.

”Ekspor turun untuk bulan ketiga berturut-turut, melemah 2,5% menjadi USD190,75 miliar,” ungkap Badan Bea Cukai China. Meski demikian, data ekspor itu lebih baik dibandingkan proyeksi rata-rata turun 4% dalam survei Bloomberg.

Syarifudin
(ftr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5572 seconds (0.1#10.140)