Australia Pemegang Saham Terbesar Keenam

Kamis, 25 Juni 2015 - 10:11 WIB
Australia Pemegang Saham Terbesar Keenam
Australia Pemegang Saham Terbesar Keenam
A A A
SYDNEY - Pemerintah Australia kemarin menyatakan siap mengucurkan USD718,9 juta selama lima tahun ke Bank Investasi Infrastruktur Asia (AIIB) yang dipimpin China.

Dengan demikian, Australia menjadi institusi pemegang saham terbesar keenam di lembaga baru itu. Total 57 negara, termasuk Inggris, Prancis, dan Iran, bergabung lembaga senilai USD100 miliar itu, yang dianggap sebagai pesaing Bank Dunia yang didominasi Barat. AIIB diluncurkan di Beijing tahun lalu untuk mendukung investasi di Asia di bidang transportasi, energi, telekomunikasi, dan infrastruktur lainnya.

”Bergabung AIIB membuka peluang besar Australia untuk bekerja sama dengan negaranegara tetangga dan mitra dagang terbesar untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan lapangan kerja,” papar pernyataan Kementerian Keuangan dan Urusan Luar Negeri Australia, dikutip kantor berita Reuters .

”AIIB akan bekerja sama dengan sektor privat, membuka jalan bagi bisnis Australia untuk mengambil keuntungan dari pertumbuhan infrastruktur di kawasan.” Menteri Keuangan Australia Joe Hockey akan menghadiri acara penandatanganan Articles of Agreement di Beijing pada 29 Juni mendatang.

”Keputusan Australia bergabung dilakukan setelah sejumlah diskusi panjang antara pemerintah, China, dan mitra utama lain di penjuru dunia. Pengelolaan AIIB akan berdasarkan praktek terbaik, memastikan semua anggota akan secara langsung terlibat dalam arahan dan pembuatan keputusan bank secara terbuka dan transparan,” kata Hockey.

Awal bulan ini dilaporkan, China akan memiliki hak veto atas keputusan-keputusan penting di AIIB. Menurut laporan Wall Street Journal (WSJ ), AIIB yang berbasis di ibu kota China itu memiliki 57 prospek anggota, tapi Amerika Serikat (AS) dan Jepang menolak bergabung. ”Struktur voting akan memberi China kekuatan sebagai pemegang saham terbesar, secara efektif memberinya hak veto,” ungkap sumber yang dikutip WSJ .

Menurut sejumlah artikel tentang AIIB, China menyediakan hampir USD30 miliar dari total basis modal USD100 miliar yang dimiliki lembaga keuangan tersebut. Artinya, Beijing memiliki total suara antara 25-30%. ”Struktur AIIB akan diawasi oleh dewan direktur nonwarga dan tidak dibayar,” papar laporan WSJ .

AIIB yang diperkirakan beroperasi tahun depan dianggap sebagai pesaing Bank Dunia dan Bank Pembangunan Asia (ADB). Meski demikian, ada kekhawatiran tentang transparansi lembaga yang akan mendanai infrastruktur di Asia itu. Ada juga kekhawatiran bahwa China akan menggunakan AIIB untuk memperkuat pengaruh ekonomi dan geopolitiknya.

Syarifudin
(ftr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5926 seconds (0.1#10.140)