Pasar Kabel Berpotensi Tumbuh di Atas 10%
A
A
A
JAKARTA - Pasar kawat dan kabel di Indonesia bisa tumbuh lebih dari 10% jika proyek pembangkit listrik 35.000 MW yang dicanangkan pemerintah berjalan dengan baik.
”Ini proyek yang besar, tapi praktiknya memang butuh waktu. Yang 10.000 MW saja selesainya dalam tujuh tahun,” ujar Ketua Umum Asosiasi Pabrik Kabel Listrik Indonesia (Apkabel) Noval Jamalullail di sela-sela seminar ”Wire and Tube Southeast Asia” di Jakarta kemarin. Noval menilai, megaproyek itu hingga kini belum terlihat perkembangannya secara signifikan.
Kendati begitu, prospek pemasaran kawat dan kabel di Indonesia ke depan potensinya sangat besar, terutama jika dikaitkan dengan kebutuhan dan rencana pembangunan di sektor telekomunikasi dan infrastruktur. Untuk sektor telekomunikasi, antara lain target untuk pengembangan broadband di seluruh Indonesia hingga 2019, proyek FTTH, backbone dan Regional Metro Junction (RMJ).
Selain megaproyek pembangkit listrik 35.000 MW, proyek infrastruktur seperti subway, jalan tol, pelabuhan dan bandara, serta properti gedung dan perumahan juga menjadi peluang tersendiri. ”Prospek sampai 2020 cukup besar. Proyek pembangkit listrik misalnya, lini distribusinya saja tahun ini sudah ditender dengan nilai mencapaiRp3,5triliun,” ujarnya.
Noval menambahkan, kapasitas produksi dalam negeri yang tahun lalu mencapai 550.000 ton sejauh ini masih mencukupi, namun ke depan diperlukan peningkatan kapasitas seiring dengan banyaknya proyek pembangunan tersebut. Lebih lanjut ia mengungkapkan, beberapa pabrikan baru baik dalam maupun dari luar akan hadir, antara lain dari Korea Selatan, Jepang dan China yang sudah datang dan mendiskusikan rencana pembuatan pabrik baru.
Pabrik baru ini terutama untuk memenuhi permintaan dan kebutuhan di sektor telekomunikasi. ”Akan ada tiga hingga empat pabrik serat optik. Mereka sudah datang dari akhir tahun kemarin. Mereka sudah siap-siap untuk produksi, di antaranya juga ada pabrik lokal yang mau ekspansi ke serat optik. Satu line investasinya sekitar USD2 juta. Itu mesinnya saja, belum termasuk investasi gedung dan tanah,” paparnya.
Masih terkait kebutuhan serat optik, tahun ini juga rencananya ada peletakan batu pertama untuk pabrik yang membuat core untuk serat optik, yang bekerja sama dengan investor China. ”Pencanangan sudah ada, mungkin akhir tahun ini mulai dibangun di Cikarang. Investasinya besar karena yang diproduksi ini komponen core - nya,” tandasnya.
Menurut lembaga penelitian Global Industry Analysts, perkembangan telekomunikasi diperkirakan menjadi penyebab tumbuhnya pasar kawat dan kabel hingga lebih dari 11% per tahunnya hingga 2018. Dampak paling signifikan akan terlihat di sektor kabel daya sebagai bagian terbesar dari pasar kawat dan kabel yang diperkirakan akan tumbuh mencapai hampir 9% per tahun.
Inda susanti
”Ini proyek yang besar, tapi praktiknya memang butuh waktu. Yang 10.000 MW saja selesainya dalam tujuh tahun,” ujar Ketua Umum Asosiasi Pabrik Kabel Listrik Indonesia (Apkabel) Noval Jamalullail di sela-sela seminar ”Wire and Tube Southeast Asia” di Jakarta kemarin. Noval menilai, megaproyek itu hingga kini belum terlihat perkembangannya secara signifikan.
Kendati begitu, prospek pemasaran kawat dan kabel di Indonesia ke depan potensinya sangat besar, terutama jika dikaitkan dengan kebutuhan dan rencana pembangunan di sektor telekomunikasi dan infrastruktur. Untuk sektor telekomunikasi, antara lain target untuk pengembangan broadband di seluruh Indonesia hingga 2019, proyek FTTH, backbone dan Regional Metro Junction (RMJ).
Selain megaproyek pembangkit listrik 35.000 MW, proyek infrastruktur seperti subway, jalan tol, pelabuhan dan bandara, serta properti gedung dan perumahan juga menjadi peluang tersendiri. ”Prospek sampai 2020 cukup besar. Proyek pembangkit listrik misalnya, lini distribusinya saja tahun ini sudah ditender dengan nilai mencapaiRp3,5triliun,” ujarnya.
Noval menambahkan, kapasitas produksi dalam negeri yang tahun lalu mencapai 550.000 ton sejauh ini masih mencukupi, namun ke depan diperlukan peningkatan kapasitas seiring dengan banyaknya proyek pembangunan tersebut. Lebih lanjut ia mengungkapkan, beberapa pabrikan baru baik dalam maupun dari luar akan hadir, antara lain dari Korea Selatan, Jepang dan China yang sudah datang dan mendiskusikan rencana pembuatan pabrik baru.
Pabrik baru ini terutama untuk memenuhi permintaan dan kebutuhan di sektor telekomunikasi. ”Akan ada tiga hingga empat pabrik serat optik. Mereka sudah datang dari akhir tahun kemarin. Mereka sudah siap-siap untuk produksi, di antaranya juga ada pabrik lokal yang mau ekspansi ke serat optik. Satu line investasinya sekitar USD2 juta. Itu mesinnya saja, belum termasuk investasi gedung dan tanah,” paparnya.
Masih terkait kebutuhan serat optik, tahun ini juga rencananya ada peletakan batu pertama untuk pabrik yang membuat core untuk serat optik, yang bekerja sama dengan investor China. ”Pencanangan sudah ada, mungkin akhir tahun ini mulai dibangun di Cikarang. Investasinya besar karena yang diproduksi ini komponen core - nya,” tandasnya.
Menurut lembaga penelitian Global Industry Analysts, perkembangan telekomunikasi diperkirakan menjadi penyebab tumbuhnya pasar kawat dan kabel hingga lebih dari 11% per tahunnya hingga 2018. Dampak paling signifikan akan terlihat di sektor kabel daya sebagai bagian terbesar dari pasar kawat dan kabel yang diperkirakan akan tumbuh mencapai hampir 9% per tahun.
Inda susanti
(bbg)