Harga Minyak Dunia Stabil Meski Stok Berlebih
A
A
A
SINGAPURA - Harga minyak mentah dunia stabil pada hari ini, dengan kontrak minyak Amerika Serikat (AS) telah turun sekitar 16% sejak mencetak rekor pada akhir Juni lalu karena para pedagang resah terhadap kejatuhan pasar saham China, krisis utang Yunani dan berlebihnya stok minyak.
Minyak mentah berjangka AS untuk pengiriman bulan depan diperdagangkan pada USD51,65/barel pada pukul 08.48 WIB, tidak berubah dari penutupan sebelumnya, namun harga telah turun lebih dari 8% sejak awal pekan ini.
Minyak mentah Brent untuk pengiriman bulan depan merayap naik 3 sen menjadi USD57,08/barel, tetapi juga turun sekitar 5% sejak akhir pekan lalu.
"Risiko China membahayakan Australia dan negara lainnya karena akan mempengaruhi pada komoditas ekspor ke China," kata Kepala Strategi Komoditas di Saxo Bank Ole Hansen dalam sebuah catatan seperti dilansir dari Reuters, Kamis (9/7/2015).
Menurut dia, harga minyak berada dalam tekanan, seperti gejolak pasar saham China, prospek masuknya kembali Iran ke pasar minyak dan rendahnya likuiditas.
Pasar saham China telah kehilangan sepertiga dari nilai pasarnya sejak Juni karena hampir setengah dari perusahaan yang terdaftar di bursa China keluar dari pasar. Bahkan, regulator memperingatkan investor mengalami kepanikan.
Sementara itu, peningkatan mengejutkan dalam stok AS meskipun permintaan minyak di Amerika meningkat pada musim panas, ditambah kelebihan pasokan global oleh Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan Rusia yang memproduksi minyak mendekati rekor.
Ekspor Iran juga bisa berlanjut dengan kecepatan penuh jika kekuatan negara utama dan Iran menemukan kesepakatan dalam pembicaraan nuklir pekan ini, yang bisa menyebabkan pencabutan sanksi Barat terhadap Teheran.
Minyak mentah berjangka AS untuk pengiriman bulan depan diperdagangkan pada USD51,65/barel pada pukul 08.48 WIB, tidak berubah dari penutupan sebelumnya, namun harga telah turun lebih dari 8% sejak awal pekan ini.
Minyak mentah Brent untuk pengiriman bulan depan merayap naik 3 sen menjadi USD57,08/barel, tetapi juga turun sekitar 5% sejak akhir pekan lalu.
"Risiko China membahayakan Australia dan negara lainnya karena akan mempengaruhi pada komoditas ekspor ke China," kata Kepala Strategi Komoditas di Saxo Bank Ole Hansen dalam sebuah catatan seperti dilansir dari Reuters, Kamis (9/7/2015).
Menurut dia, harga minyak berada dalam tekanan, seperti gejolak pasar saham China, prospek masuknya kembali Iran ke pasar minyak dan rendahnya likuiditas.
Pasar saham China telah kehilangan sepertiga dari nilai pasarnya sejak Juni karena hampir setengah dari perusahaan yang terdaftar di bursa China keluar dari pasar. Bahkan, regulator memperingatkan investor mengalami kepanikan.
Sementara itu, peningkatan mengejutkan dalam stok AS meskipun permintaan minyak di Amerika meningkat pada musim panas, ditambah kelebihan pasokan global oleh Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan Rusia yang memproduksi minyak mendekati rekor.
Ekspor Iran juga bisa berlanjut dengan kecepatan penuh jika kekuatan negara utama dan Iran menemukan kesepakatan dalam pembicaraan nuklir pekan ini, yang bisa menyebabkan pencabutan sanksi Barat terhadap Teheran.
(rna)