Jokowi Sindir Pengusaha Simpan Uang di Luar Negeri
A
A
A
JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyindir pengusaha yang lebih suka menyimpan uang di luar negeri, ketimbang menyimpan di perbankan nasional.
Dia mengungkapkan, para miliarder dan pengusaha nasional justru lebih gemar menyimpan uang di luar, yang sejatinya jika disimpan di dalam negeri bisa diputar oleh perbankan untuk menopang pertumbuhan ekonomi Indonesia melalui investasi.
Hal tersebut sekaligus menjawab pernyataan Ketua Umum ISEI, Darmin Nasution yang mengatakan, masyarakat Indonesia kini sudah tidak lagi gemar menabung di perbankan nasional seperti 1970-an. Akibatnya, perbankan RI sulit memutar dananya untuk membiayai investasi di Indonesia.
"Kalau persepsi bisa dibangun dari dunia usaha bahwa kita meyakini, ada harapan tumbuh, ekonomi growth lebih baik, ya dia akan tumbuh. Bapak/Ibu juga punya uang. Ada yang disimpan di bank, rumah, ada yang di Singapura, ada yang di Swiss, ada yang di Hong Kong. Ya, jangan sampaikan ke saya wait and see. Kalau gitu ya wait aja terus see," ujar Jokowi di JCC, Jakarta, Kamis (9/7/2015).
Menurutnya, dunia usaha sudah seharusnya membangun persepsi positif terhadap perekonomian di Tanah Air. Jangan hanya menganggap ekonomi Indonesia lambat dan lantas memilih cari aman dengan melarikan dana ke luar negeri.
"Sekarang ini sebetulnya menurut saya, iya kita ada perlambatan ekonomi. Tapi, yang paling penting menurut saya, persepsi yang harus dibangun. Sekarang ada isu sendiri saja, sudah sangat sensitif, maka dunia usaha ini harus bangun persepsi agar ekonomi positif," imbuhnya.
Jokowi mencontohkan, persepsi negatif yang timbul belakangan ini lantaran isu pengenaan pajak bea materai untuk transaksi ritel. Kalangan dunia usaha ramai-ramai menggoreng isu tersebut dengan mengatakan bahwa pengenaan bea materai akan merugikan masyarakat, dan melemahkan daya beli masyarakat.
"Untuk bangun itu, jangan ada hal kecil saja tapi diurus saja. Saya baca sosial media, kayak kemarin urusan biaya materai, digoreng enggak karuan. Persepsi itu muncul. Negatif atau postif yang bangun Bapak/Ibu semua kalau persepsikan negatif, semua akan bareng-bareng begitu. Tapi, kalau sudah tumbuh optmisme maka semua bergerak. Ini hanya soal persepsi," tandas Jokowi.
Baca juga:
Ekonomi Melemah, Pengusaha Akui Terjadi PHK Massal
Lho! Jokowi Sebut Utang Luar Negeri Masih Kecil
Dia mengungkapkan, para miliarder dan pengusaha nasional justru lebih gemar menyimpan uang di luar, yang sejatinya jika disimpan di dalam negeri bisa diputar oleh perbankan untuk menopang pertumbuhan ekonomi Indonesia melalui investasi.
Hal tersebut sekaligus menjawab pernyataan Ketua Umum ISEI, Darmin Nasution yang mengatakan, masyarakat Indonesia kini sudah tidak lagi gemar menabung di perbankan nasional seperti 1970-an. Akibatnya, perbankan RI sulit memutar dananya untuk membiayai investasi di Indonesia.
"Kalau persepsi bisa dibangun dari dunia usaha bahwa kita meyakini, ada harapan tumbuh, ekonomi growth lebih baik, ya dia akan tumbuh. Bapak/Ibu juga punya uang. Ada yang disimpan di bank, rumah, ada yang di Singapura, ada yang di Swiss, ada yang di Hong Kong. Ya, jangan sampaikan ke saya wait and see. Kalau gitu ya wait aja terus see," ujar Jokowi di JCC, Jakarta, Kamis (9/7/2015).
Menurutnya, dunia usaha sudah seharusnya membangun persepsi positif terhadap perekonomian di Tanah Air. Jangan hanya menganggap ekonomi Indonesia lambat dan lantas memilih cari aman dengan melarikan dana ke luar negeri.
"Sekarang ini sebetulnya menurut saya, iya kita ada perlambatan ekonomi. Tapi, yang paling penting menurut saya, persepsi yang harus dibangun. Sekarang ada isu sendiri saja, sudah sangat sensitif, maka dunia usaha ini harus bangun persepsi agar ekonomi positif," imbuhnya.
Jokowi mencontohkan, persepsi negatif yang timbul belakangan ini lantaran isu pengenaan pajak bea materai untuk transaksi ritel. Kalangan dunia usaha ramai-ramai menggoreng isu tersebut dengan mengatakan bahwa pengenaan bea materai akan merugikan masyarakat, dan melemahkan daya beli masyarakat.
"Untuk bangun itu, jangan ada hal kecil saja tapi diurus saja. Saya baca sosial media, kayak kemarin urusan biaya materai, digoreng enggak karuan. Persepsi itu muncul. Negatif atau postif yang bangun Bapak/Ibu semua kalau persepsikan negatif, semua akan bareng-bareng begitu. Tapi, kalau sudah tumbuh optmisme maka semua bergerak. Ini hanya soal persepsi," tandas Jokowi.
Baca juga:
Ekonomi Melemah, Pengusaha Akui Terjadi PHK Massal
Lho! Jokowi Sebut Utang Luar Negeri Masih Kecil
(dmd)