Ekonomi China Makin Melambat

Selasa, 14 Juli 2015 - 10:59 WIB
Ekonomi China Makin Melambat
Ekonomi China Makin Melambat
A A A
BEIJING - Para ekonom memperkirakan pertumbuhan ekonomi China pada kuartal II/ 2015 akan menjadi yang terlemah sejak krisis finansial global.

Dibarengi anjloknya pasar modal, pemerintah China kini dalam tekanan untuk bertindak lebih dari sekadar memberikan sejumlah stimulus. Data mengonfirmasi bahwa China kehilangan lebih banyak momentum selama kuartal kedua tahun ini.

Hal ini menjadikan para analis semakin khawatir akan outlook China, mengingat pasar properti yang juga melemah, permintaan global yang bergejolak dan ketakutan akan semakin anjloknya pasar modal. Jajak pendapat yang melibatkan 52 ekonom menyimpulkan pertumbuhan ekonomi China pada kuartal II diperkirakan hanya 6,9%, turun dari 7% pada kuartal pertama lalu.

Angka tersebut juga merupakan yang terlemah sejak 2009, saat pertumbuhan ekonomi Negeri Panda itu hanya 6,6%. Paket stimulus yang masif saat itu mampu mendongkrak ekonomi China. Namun, harga yang harus dibayarkan juga tinggi, yakni menggunungnya utang pemerintah lokal.

Persoalan itu kini juga menjadi risiko ekonomi utama bagi Negeri Tirai Bambu tersebut. ”Kami belum melihat tanda-tanda stabilisasi atau pemulihan, tapi diperkirakan pertumbuhan akan sedikit membaik pada paruh kedua tahun ini berkat kebijakan yang diambil pemerintah,” kata Ekonom Kepala Everbright Securities Xu Gao di Beijing, yang dikutip Reuters kemarin.

Menurut dia, dalam kondisi ini investasi harus dipercepat, sementara kebijakan moneter dibiarkan tetap longgar, namun dengan mengupayakan agar kredit tersalur ke sektor riil. Bunga kredit jangka pendek yang rendah selama ini dinilai berdampak minimum pada ekonomi riil, namun menyebabkan gelembung di pasar modal. Banyak investor menggunakan dana dari utang tersebut untuk dimainkan di pasar modal.

Tercatat, sebelum anjlok Juni lalu, pasar modal China meningkat dua kali lipat hanya dalam setahun akibat kredit murah tersebut. Sementara itu, data Bea dan Cukai China menyebutkan bahwa total perdagangan China pada paruh pertama tahun ini merosot. Perdagangan dua arah China pada enam bulan pertama 2015 turun 6,9% menjadi USD1,88 triliun.

Selama enam bulan pertama tahun ini, perdagangan China dengan Uni Eropa turun 6,7% dan turun hingga 10,6% dengan Jepang. Hasil tersebut di bawah target resmi Beijing, yang mematok pertumbuhan sebesar 6%. Target itu pun merupakan hasil koreksi dari target sebelumnya 7,5% yang ditetapkan pada 2014.

”Harga komoditas anjlok signifikan dan menyeret turun pertumbuhan pada nilai impor,” ujar Juru Bicara Bea dan Cukai China Huang Songping, seperti dikutip AFP , kemarin. Dia menambahkan, melemahnya permintaan dari luar negeri juga merupakan faktor utama yang memengaruhi pertumbuhan perdagangan China pada periode tersebut.

”Di sisi lain, biaya ekspor tetap tinggi sehingga daya saing ekspor turun,” ujarnya. Diketahui, hingga akhir Juni, nilai tukar mata uang China, yuan, telah menguat 0,2% terhadap dolar AS. Sementara terhadap euro, yuan tercatat menguat hingga 6,9%. Nilai tukar yuan juga menguat 2,2% terhadap yen Jepang. Songping menambahkan, tekanan pada ekonomi domestik menguat dan permintaan impor melemah.

Per Juni, impor China kembali turun 6,1% (year-on-year/ yoy) menjadi USD145,48 miliar. Sementara ekspor naik 2,8% menjadi USD192,01 miliar, sehingga surplus perdagangan naik 47,5% menjadi USD46,54 miliar. Ekonom Royal Bank of Scotland (RBS) yang berbasis di Hong Kong Louis Kuijs mengatakan, ada tiga kelemahan utama dalam lima bulan pertama tahun ini.

Namun, sambung dia, ada tanda-tanda bahwa permintaan domestik menguat dan data bulanan pada Juni mengindikasikan bahwa momentum sudah mulai membaik. ”Hal itu sangat menggembirakan bagi seluruh dunia,” ujarnya. Pihak berwenang China belakanganinimemangmengisyaratkan bahwa pertumbuhan ekonomi negara itu bergerak di angka normal yang baru, seiring perubahan pada motor penggeraknya.

Kini China berharap perekonomian lebih didasarkan pada konsumsi, dari sebelumnya yang didasarkan pada proyek investasi besar-besaran. Namun, sejak itu perekonomian China mulai melambat, di mana pada 2014 lalu hanya mencapai angka 7,4%, terendah dalam seperempat abad terakhir.

Kemudian, pertumbuhan ekonomi China juga hanya mencapai angka 7% pada kuartal pertama tahun ini.

M Faizal
(ars)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4191 seconds (0.1#10.140)