Bursa China Jatuh, IHSG Cetak Level Terendah 2015
A
A
A
JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan hari pertama pekan ini ditutup mencetak level terendah 2015 sejalan dengan kejatuhan harian terbesar bursa saham China. IHSG anjlok 85,31 poin atau 1,76% ke level 4.771,28.
Posisi terendah sebelumnya terjadi pada 15 Juni 2015. Saat itu, IHSG berada di level 4.837,79. Sementara penurunan hari ini terjadi sejak awal perdagangan seiring dengan bursa Asia. IHSG dibuka terkoreksi 20,52 poin atau 0,42% ke level 4.832,24 dan pada akhir sesi I makin melemah ke level 4.818,94.
Koreksi ini melanjutkan pelemahan akhir pekan lalu, di mana IHSG anjlok 50,08 poin atau 1,02% ke level 4.852,76. Pelemahan itu sejalan dengan bursa Asia. Sementara bursa Asia ditutup memerah.
Indeks Shanghai negatif 345,35 poin atau 8,48% menjadi 3.725,56; indeks Straits Times turun 38,07 poin atau 1,14% menjadi 3.314,76; indeks Hang Seng minus 776,55 poin atau 3,09% menjadi 24.351,96; dan indeks Nikkei turun 194,43 poin atau 0,95% ke 20.350,10.
Bursa saham China jatuh lebih dari 8% di tengah kekhawatiran baru tentang prospek ekonomi negaranya.
Indeks utama mengalami penurunan terbesar satu hari sejak 2007, menghancurkan sebuah periode yang relatif tenang di pasar saham China yang bergejolak China sejak pemerintah Beijing melakukan sejumlah langkah dukungan untuk mencegah kemerosotan yang dimulai pada pertengahan Juni lalu.
"Rebound terakhir cepat dan kuat, sehingga perlu adanya koreksi teknis," kata ahli strategi di Kaiyuan Securities Yang Hai, seperti dilansir dari Reuters, Senin (27/7/2015).
Dia mengatakan, pemicu koreksi adalah lesunya pasar AS di tengah perkiraan naiknya suku bunga Fed pada kuartal IV tahun ini. Hal itu ditambah dengan kenaikan harga daging babi di China dan bahan bakar, sehingga menimbulkan kekhawatiran bahwa China akan menahan pelonggaran kebijakan moneter lebih lanjut.
Sementara nilai transaksi di bursa Indonesia tercatat sebesar Rp4,74 triliun dengan 4,48 miliar saham diperdagangkan dan transaksi bersih asing minus Rp592,92 miliar dengan aksi jual asing mencapai Rp2,48 triliun dan aksi beli Rp1,89 triliun. Tercatat 78 saham menguat, 227 saham melemah dan 74 saham stagnan.
Sementara sektor saham hari ini ditutup melemah semua. Sektor dengan pelemahan terdalam adalah industri dasar yang tergerus 3,85%, diikuti perkebunan turun 2,96%.
Adapun saham-saham yang menguat, di antaranya PT AKR Korporindo Tbk (AKRA) naik Rp25 menjadi Rp5.900, PT Panin Sekuritas Tbk (PANS) naik Rp25 menjadi Rp4.475, dan PT Global Mediacom Tbk (BMTR) naik Rp5 menjadi Rp1.160.
Sementara saham-saham yang melemah, di antaranya PT Gudang Garam Tbk (GGRM) turun Rp1.000 menjadi Rp50.000, PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) turun Rp195 menjadi Rp3.905 dan PT Matahari Putra Prima Tbk (MPPA) turun Rp55 menjadi Rp2.900.
(Baca: IHSG Sesi I Berakhir Makin Terpuruk)
Posisi terendah sebelumnya terjadi pada 15 Juni 2015. Saat itu, IHSG berada di level 4.837,79. Sementara penurunan hari ini terjadi sejak awal perdagangan seiring dengan bursa Asia. IHSG dibuka terkoreksi 20,52 poin atau 0,42% ke level 4.832,24 dan pada akhir sesi I makin melemah ke level 4.818,94.
Koreksi ini melanjutkan pelemahan akhir pekan lalu, di mana IHSG anjlok 50,08 poin atau 1,02% ke level 4.852,76. Pelemahan itu sejalan dengan bursa Asia. Sementara bursa Asia ditutup memerah.
Indeks Shanghai negatif 345,35 poin atau 8,48% menjadi 3.725,56; indeks Straits Times turun 38,07 poin atau 1,14% menjadi 3.314,76; indeks Hang Seng minus 776,55 poin atau 3,09% menjadi 24.351,96; dan indeks Nikkei turun 194,43 poin atau 0,95% ke 20.350,10.
Bursa saham China jatuh lebih dari 8% di tengah kekhawatiran baru tentang prospek ekonomi negaranya.
Indeks utama mengalami penurunan terbesar satu hari sejak 2007, menghancurkan sebuah periode yang relatif tenang di pasar saham China yang bergejolak China sejak pemerintah Beijing melakukan sejumlah langkah dukungan untuk mencegah kemerosotan yang dimulai pada pertengahan Juni lalu.
"Rebound terakhir cepat dan kuat, sehingga perlu adanya koreksi teknis," kata ahli strategi di Kaiyuan Securities Yang Hai, seperti dilansir dari Reuters, Senin (27/7/2015).
Dia mengatakan, pemicu koreksi adalah lesunya pasar AS di tengah perkiraan naiknya suku bunga Fed pada kuartal IV tahun ini. Hal itu ditambah dengan kenaikan harga daging babi di China dan bahan bakar, sehingga menimbulkan kekhawatiran bahwa China akan menahan pelonggaran kebijakan moneter lebih lanjut.
Sementara nilai transaksi di bursa Indonesia tercatat sebesar Rp4,74 triliun dengan 4,48 miliar saham diperdagangkan dan transaksi bersih asing minus Rp592,92 miliar dengan aksi jual asing mencapai Rp2,48 triliun dan aksi beli Rp1,89 triliun. Tercatat 78 saham menguat, 227 saham melemah dan 74 saham stagnan.
Sementara sektor saham hari ini ditutup melemah semua. Sektor dengan pelemahan terdalam adalah industri dasar yang tergerus 3,85%, diikuti perkebunan turun 2,96%.
Adapun saham-saham yang menguat, di antaranya PT AKR Korporindo Tbk (AKRA) naik Rp25 menjadi Rp5.900, PT Panin Sekuritas Tbk (PANS) naik Rp25 menjadi Rp4.475, dan PT Global Mediacom Tbk (BMTR) naik Rp5 menjadi Rp1.160.
Sementara saham-saham yang melemah, di antaranya PT Gudang Garam Tbk (GGRM) turun Rp1.000 menjadi Rp50.000, PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) turun Rp195 menjadi Rp3.905 dan PT Matahari Putra Prima Tbk (MPPA) turun Rp55 menjadi Rp2.900.
(Baca: IHSG Sesi I Berakhir Makin Terpuruk)
(rna)