Harga Minyak Turun Picu Shell Pangkas 6.500 Pekerja
A
A
A
LONDON - Royal Dutch Shell (RDS.A) akan memangkas sekitar 6.500 pekerja dan investasi tahun ini karena restrukturisasi dan menurunnya beberapa bisnis untuk menghadapi penurunan harga minyak lebih lanjut.
Pemangkasan perusahaan yang berbasis di Belanda tersebut mencerminkan masa sulit di akhir eksplorasi dan produksi bisnis minyak.
Shell menuturkan, pendapatan bersih perusahaan pada kuartal II tahun ini turun 25% menjadi USD3,99 miliar. Associated Press (AP) melaporkan, minyak mentah Brent rata-rata sekitar USD62/barel selama periode tersebut, turun dari USD110 pada kuartal II/2014.
Biaya operasi juga akan dipotong sebesar USD4 miliar dan rencana modal investasi akan diturunkan USD7 miliar tahun ini.
"Penurunan harga minyak bisa berlangsung selama beberapa tahun, dan asumsi perencanaan Shell mencerminkan realitas pasar saat ini," kata CEO Royal Dutch Shell Ben van Beurden, seperti dikutip dari USA Today, Jumat (31/7/2015).
Menurut dia, perusahaan harus mampu berjuang dalam kondisi harga minyak saat ini, meskipun minyak memiliki potensi untuk kembali ke harga USD70-USD90 dalam jangka menengah.
Van Beurden mengatakan bahwa pemutusan hubungan kerja (PHK) karena banyaknya aktivitas di seluruh perusahaan di dunia, dengan fokus pada perbaikan kinerja dan restrukturisasi bisnis.
Royal Dutch Shell juga sepakat menjual saham sebanyak 33% di kilang Jepang Showa Shell Sekiyu KK ke Idemitsu Kosan sebesar USD1,4 miliar dan kesepakatan diharapkan akan selesai tahun depan.
Produksi minyak dan gas alam turun 11% menjadi setara dengan 2,73 juta barel per hari (bph) pada kuartal II/2015. Pada April, Royal Dutch Shell mengumumkan rencana untuk membeli BG Group Inggris senilai USD70 miliar.
Shell yang sudah menjadi pemimpin dalam gas alam cair untuk pengiriman dan transportasi, memperkirakan kesepakatan itu akan meningkatkan cadangan minyak mentah dan gas alam secara keseluruhan masing-masing sebesar 25% dan 20%.
Setelah kesepakatan itu selesai tahun depan akan menghasilkan penghematan biaya tahunan sekitar USD2,5 miliar pada 2018. Aset sekitar USD30 miliar juga akan dijual antara 2016 dan 2018 selama integrasi dan restrukturisasi.
Mengenai kondisi ini, bukan hanya Shell yang merasakan. Raksasa produsen minyak lainnya, seperti BP, Exxon Mobil, Chevron Texaco dan Total, juga mengalami imbas negatif dari turunnya harga minyak.
"Mereka sudah mengurangi belanja modal," kata Oil Price Information Service Tom Kloza.
Pemangkasan perusahaan yang berbasis di Belanda tersebut mencerminkan masa sulit di akhir eksplorasi dan produksi bisnis minyak.
Shell menuturkan, pendapatan bersih perusahaan pada kuartal II tahun ini turun 25% menjadi USD3,99 miliar. Associated Press (AP) melaporkan, minyak mentah Brent rata-rata sekitar USD62/barel selama periode tersebut, turun dari USD110 pada kuartal II/2014.
Biaya operasi juga akan dipotong sebesar USD4 miliar dan rencana modal investasi akan diturunkan USD7 miliar tahun ini.
"Penurunan harga minyak bisa berlangsung selama beberapa tahun, dan asumsi perencanaan Shell mencerminkan realitas pasar saat ini," kata CEO Royal Dutch Shell Ben van Beurden, seperti dikutip dari USA Today, Jumat (31/7/2015).
Menurut dia, perusahaan harus mampu berjuang dalam kondisi harga minyak saat ini, meskipun minyak memiliki potensi untuk kembali ke harga USD70-USD90 dalam jangka menengah.
Van Beurden mengatakan bahwa pemutusan hubungan kerja (PHK) karena banyaknya aktivitas di seluruh perusahaan di dunia, dengan fokus pada perbaikan kinerja dan restrukturisasi bisnis.
Royal Dutch Shell juga sepakat menjual saham sebanyak 33% di kilang Jepang Showa Shell Sekiyu KK ke Idemitsu Kosan sebesar USD1,4 miliar dan kesepakatan diharapkan akan selesai tahun depan.
Produksi minyak dan gas alam turun 11% menjadi setara dengan 2,73 juta barel per hari (bph) pada kuartal II/2015. Pada April, Royal Dutch Shell mengumumkan rencana untuk membeli BG Group Inggris senilai USD70 miliar.
Shell yang sudah menjadi pemimpin dalam gas alam cair untuk pengiriman dan transportasi, memperkirakan kesepakatan itu akan meningkatkan cadangan minyak mentah dan gas alam secara keseluruhan masing-masing sebesar 25% dan 20%.
Setelah kesepakatan itu selesai tahun depan akan menghasilkan penghematan biaya tahunan sekitar USD2,5 miliar pada 2018. Aset sekitar USD30 miliar juga akan dijual antara 2016 dan 2018 selama integrasi dan restrukturisasi.
Mengenai kondisi ini, bukan hanya Shell yang merasakan. Raksasa produsen minyak lainnya, seperti BP, Exxon Mobil, Chevron Texaco dan Total, juga mengalami imbas negatif dari turunnya harga minyak.
"Mereka sudah mengurangi belanja modal," kata Oil Price Information Service Tom Kloza.
(rna)