Mars Perkuat Kemitraan dengan Petani

Selasa, 04 Agustus 2015 - 11:00 WIB
Mars Perkuat Kemitraan dengan Petani
Mars Perkuat Kemitraan dengan Petani
A A A
MAKASSAR - PT Mars Symbioscience Indonesia berkomitmen untuk terus mengembangkan investasi dalam meningkatkan industri kakao di Indonesia.

Guna mencapai tujuan itu, perusahaan ini terus memperkuat kemitraan dengan petani sehingga pasokan bahan baku biji kakao dapat terpenuhi. President Director PT Mars Symbioscience Indonesia Ruud Engbers mengatakan, sebagai bagian dari komitmennya, Mars akan menggunakan 100% kakao yang berasal dari sumber yang bersertifikat di 2020.

”Mars Incorporated terus berusaha untuk menjaga industri kakao berkelanjutan dan ramah lingkungan, mulai dari perkebunan sampai ke pabrik,” ujarnya dalam diskusi bersama Menteri Perindustrian Saleh Husin di Makassar, Sulawesi Selatan, kemarin. Dia melanjutkan, dalam meningkatkan produktivitas kakao, petani perlu didorong untuk mengolah kebunnya sehingga bisa bekerja lebih baik.

Hal itulah yang melatarbelakangi aktivitas Mars mendirikan pusat-pusat penelitian di lokasi-lokasi pilihan untuk menerapkan prinsip-prinsip pertanian kakao yang menguntungkan dan berkelanjutan. ”Selain itu, memberikan pendidikan dan pendampingan kepada masyarakat setempat lewat transfer pengetahuan mengenai produktivitas melalui Cocoa Development Center (CDC) dan Cocoa Village Center (CVC).

Kami telah mendirikan Cocoa Academy yang menyediakan pelatihan agronomi dan bisnis kepada petani di Luwu Timur, Sulawesi Selatan,” jelasnya. Menurutnya, tantangan industri kakao sekarang adalah tingginya permintaan biji kakao. Di sisi lain, produksi biji kakao di Indonesia turun karena adanya penyakit hama cokelat dan banyak petani yang mengganti tanah perkebunannya dengan tanaman kelapa sawit.

”Permintaan cokelat di Asia Pasifik naik terus sekitar 8- 10%,” imbuhnya. Dengan kapasitas pemrosesan biji kakao sebanyak 24.000 ton per tahun, pabrik Mars di Makassar menghasilkan berbagai jenis produk pemrosesan kakao. Di antaranya cocoa butter (lemak kakao), cocoa powder (bubuk kakao), cocoa liquor (pasta kakao), dan cocoa flavanol.

Menteri Perindustrian Saleh Husin mengapresiasi PT Mars Symbioscience Indonesia yang telah bekerja keras sehingga pabriknya tetap beroperasi, menyusul adanya pabrik kakao lain yang menghentikan produksinya karena kurangnya pasokan bahan baku. ”Ini membuktikan bahwa Mars telah berupaya menjalin kemitraan dengan petani sehingga pasokan bahan baku biji kakao dapat terpenuhi,” ujarnya.

Saleh melanjutkan, dalam rangka mendorong pengembangan industri kakao dan cokelat di Indonesia, pemerintah melakukan upaya peningkatan produktivitas kakao melalui program Gerakan Nasional Kakao (Gernas Kakao). ”Selain itu, kami meminta kepada Mars untuk memberikan pelatihan kepada para petani kita yang tadinya produksi 1 hektare hanya setengah ton bisa ditingkatkan menjadi 2 ton, dan itu mereka mampu,” ungkapnya.

Saleh menambahkan, pemerintah juga terus mendorong peningkatan kakao melalui industri Kecil Menengah (IKM) dengan memberikan pelatihan kepada petani agar bisa memproduksi.

”Beberapa juga sudah bisa memproduksi sampai ke produk jadi. Seperti di Sulawesi Tengah, (produk berbahan baku kakao) juga dijual di airport hasil binaan IKM,” tuturnya.

Oktiani endarwati
(ars)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4275 seconds (0.1#10.140)