BUMN Farmasi Diminta Tekan Bahan Baku Impor
A
A
A
JAKARTA - Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) meminta perusahaan farmasi plat merah untuk menekan bahan baku yang sebagian besar atau sekitar 90% berasal dari barang impor.
Menteri BUMN Rini Soemarno menjelaskan pemerintah sebelumnya telah memanggil tiga perusahaan farmasi milik negara, yaitu PT Kimia Farma (Persero) Tbk, PT Indofarma (Persero) Tbk dan PT Biofarma (Persero).
"BUMN farmasi saya minta untuk membuat roadmap untuk menekan bahan baku yang sebagian besar 90% berasal dari impor, mereka harus mencari tahu bagaimana mengurangi bahan baku impor," kata Rini kepada sejumlah media di Jakarta, Rabu (5/8/2015).
Dengan lebih menggunakan bahan baku dari dalam negeri, menurut Rini, bisa menekan biaya produksi, sehingga harga jualnya menjadi lebih rendah. Di saat nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang terus melemah pada saat ini menyebabkan BUMN farmasi harus meningkatkan biaya produksinya.
Sebelum membuat pabrik bahan baku obat, dia meminta, agar BUMN farmasi lebih dulu melihat kebutuhan pasar. Melalui pembentukan roadmap tersebut, perusahaan BUMN farmasi juga bisa mengetahui jenis obat-obatan apa yang paling dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia.
"Obat-obatan yang paling tinggi penggunaannya, misalnya penyakit kolesterol dan diabetes, melalui roadmap ini jadi bisa dilihat apa saja bahan baku yang banyak digunakan lalu bagaimana mengurangi impornya," papar dia.
Terkait merger BUMN farmasi, Rini masih belum membahas dalam pertemuan tersebut. Dia hanya menekankan kepada masing-masing perusahaan farmasi untuk fokus terhadap produk obat-obat di jenisnya. Misalnya, Biofarma yang lebih dispesifikasikan ke dalam jenis vaksinisasi.
"Saya minta kepada Biofarma untuk terus mengembangkan vaksinasi, karena produksi mereka sudah cukup baik. Bahkan mereka sudah bisa ekspor ke sejumlah negara," jelasnya.
Menteri BUMN Rini Soemarno menjelaskan pemerintah sebelumnya telah memanggil tiga perusahaan farmasi milik negara, yaitu PT Kimia Farma (Persero) Tbk, PT Indofarma (Persero) Tbk dan PT Biofarma (Persero).
"BUMN farmasi saya minta untuk membuat roadmap untuk menekan bahan baku yang sebagian besar 90% berasal dari impor, mereka harus mencari tahu bagaimana mengurangi bahan baku impor," kata Rini kepada sejumlah media di Jakarta, Rabu (5/8/2015).
Dengan lebih menggunakan bahan baku dari dalam negeri, menurut Rini, bisa menekan biaya produksi, sehingga harga jualnya menjadi lebih rendah. Di saat nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang terus melemah pada saat ini menyebabkan BUMN farmasi harus meningkatkan biaya produksinya.
Sebelum membuat pabrik bahan baku obat, dia meminta, agar BUMN farmasi lebih dulu melihat kebutuhan pasar. Melalui pembentukan roadmap tersebut, perusahaan BUMN farmasi juga bisa mengetahui jenis obat-obatan apa yang paling dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia.
"Obat-obatan yang paling tinggi penggunaannya, misalnya penyakit kolesterol dan diabetes, melalui roadmap ini jadi bisa dilihat apa saja bahan baku yang banyak digunakan lalu bagaimana mengurangi impornya," papar dia.
Terkait merger BUMN farmasi, Rini masih belum membahas dalam pertemuan tersebut. Dia hanya menekankan kepada masing-masing perusahaan farmasi untuk fokus terhadap produk obat-obat di jenisnya. Misalnya, Biofarma yang lebih dispesifikasikan ke dalam jenis vaksinisasi.
"Saya minta kepada Biofarma untuk terus mengembangkan vaksinasi, karena produksi mereka sudah cukup baik. Bahkan mereka sudah bisa ekspor ke sejumlah negara," jelasnya.
(rna)