Ekspor Minyak Dikurangi Bertahap

Rabu, 12 Agustus 2015 - 08:25 WIB
Ekspor Minyak Dikurangi Bertahap
Ekspor Minyak Dikurangi Bertahap
A A A
JAKARTA - Pemerintah secara bertahap berencana mengurangi ekspor minyak mentah hingga hanya sebesar 15% dari total produksi dalam negeri pada 2025.

Selanjutnya, minyak mentah tersebut akan dipasok ke kilang-kilang nasional untuk mengurangi impor bahan bakar minyak (BBM). Tahuninitercatatsebesar38% dari total produksi minyak nasionalmasihdiekspor. Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) I Gusti Nyoman Wiratmadja Puja mengatakan, kebijakan itu diambil seiring pembangunan proyek RDMP (Refinery Development Master Program).

”Nanti kan ada kilang RDMP. Kilang-kilangitu nanti diusahakan dapat mengolah minyak mentah dari dalam negeri,” ujar dia di Jakarta, kemarin. Menurut dia, pengurangan volume ekspor tidak berpengaruh terhadap penerimaan negara dari sektor migas. Sebab, dengan melakukan pengolahan dalam negeri, akan diperoleh nilai tambah serta pengurangan biaya transportasi.

Wiratmadja menambahkan, untuk gas, kebijakan pemerintah adalah terus mengurangi ekspor hingga akhirnya menjadi nol persen. Tercatat, tahun ini alokasi ekspor gas masih mencapai 41% dari total produksi gas dalam negeri. Namun, penghentian ekspor baru bisa dilakukan menunggu habisnya masa kontrak gas jangka panjang yang ada saat ini. ”Kalau nol bagus, karena kita kan kekurangan. Kalau demand tumbuh terus, malah kita bisa impor gas,” kata dia.

Dia memperkirakan, kebutuhan gas domestik akan terus meningkat seiring tumbuhnya perekonomian. Bahkan, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memprediksi, Indonesia sudah harus mengimpor gas bumi di tahun 2020.

Menanggapi rencana pengurangan ekspor tersebut, Vice President Corporate Communication PT Pertamina (Persero) Wianda Pusponegoro mengatakan, tidak ada masalah jika pemerintah menekan ekspor minyak karena tidak akan mengganggu penerimaan Pertamina.

Bahkan dari sisi kesinambungan, pasokan bagi kilang dalam negeri, kebijakan tersebut sangat baik. ”Jangan sampai dalam negeri kekurangan. Harapan ke depan, lebih banyak produksi untuk digunakan dalam negeri,” ujarnya.

Wianda mengatakan, penggunaan minyak Pertamina pun yang terbesar adalah untuk kebutuhan dalam negeri, termasuk hasil eksplorasi di Malaysia yang di bawa ke Indonesia. ”Dari kebutuhan kilang untuk produksi sebanyak 800.000 barel per hari (bph), sebanyak 500.000 barel sendiri diproduksi oleh kami,” paparnya.

Nanang wijayanto
(ftr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5722 seconds (0.1#10.140)