Transaksi Berjalan Makin Membaik
A
A
A
JAKARTA - Bank Indonesia (BI) mengklaim kinerja transaksi berjalan kuartal II/2015 membaik dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
BI mencatat defisit transaksi berjalan kuartal II sebesar USD4,5 miliar atau 2,1% dari produk domestik bruto (PDB), lebih baik dibandingkan periode yang sama tahun 2014 sebesar USD9,6 miliar atau 4,3% PDB. Sebaliknya, transaksi modal dan finansial mencatatkan surplus USD2,5 miliar, meski pasar keuangan global masih diliputi ketidakpastian.
”Meski surplus, transaksi modal dan finansial itu tidak dapat membiayai sepenuhnya defisit transaksi berjalan sehingga neraca pembayaran Indonesia (NPI) pada kuartal II masih defisit USD2,9 miliar,” kata Kepala Departemen Statistik BI Hendi Sulistyowati saat berbincang bersama media di Jakarta kemarin.
Dengan perkembangan tersebut posisi cadangan devisa pada akhir Juni 2015 menurun menjadi USD108,0 miliar. Namun, jumlah cadangan devisa ini dinilai masih cukup untuk membiayai kebutuhan pembayaran impor dan utang luar negeri pemerintah selama 6,8 bulan dan masih berada di atas standar kecukupan internasional.
Sementara itu, terkait perbaikan defisit transaksi berjalan, dia menjelaskan bahwa hal itu ditopang oleh perbaikan neraca perdagangan barang, serta menyusutnya defisit neraca jasa dan neraca pendapatan primer. Menurut Hendi, perbaikan neraca perdagangan nonmigas mendukung kinerja positif transaksi berjalan.
Surplus neraca perdagangan nonmigas pada kuartal II/2015 mengalami peningkatan cukup signifikan sebagai dampak penurunan impor nonmigas yang cukup tajam (-15,8%, year on year ) seiring dengan melambatnya perekonomian domestik. Sementara volume impor turun sejalan dengan moderasi perekonomian domestik.
Penurunan impor terutama didorong oleh sisi volume, sedangkan sisi harga impor relatif stabil. ”Penurunan volume impor terjadi pada seluruh kelompok barang impor,” paparnya. Di sisi lain, ekspor nonmigas mengalami penurunan 5,3% akibat turunnya harga mengikuti turunnya harga komoditas global yang tertekan oleh rendahnya permintaan di China.
Menurut dia, penurunan ekspor nonmigas lebih lanjut tertahan oleh kenaikan volume ekspor, khususnya pada produk primer. Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Tirta Segara menambahkan, kinerja neraca perdagangan membaik didukung oleh penurunan impor minyak.
Tercatat, neraca migas kuartal II/2015 defisit sebesar USD2,1 miliar, membaik dibandingkan kuartal II/2014 sebesar USD3,2 miliar. Perbaikan itu didukung oleh penyusutan impor minyak karena penurunan konsumsi bahan bakar minyak (BBM) sebagai dampak positif dari reformasi subsidi yang ditempuh pemerintah.
Namun, jika dibandingkan dengan kuartal I/2015 defisit neraca migas meningkat terutama karena peningkatan impor minyak sesuai dengan pola musim Lebaran. Ke depan, lanjut dia, BI akan terus mencermati risiko eksternal dan domestik yang dapat mengganggu upaya untuk menjaga defisit transaksi berjalan ke tingkat yang lebih sehat.
BI meyakini, dalam jangka panjang kinerja NPI akan semakin sehat sejalan dengan bauran kebijakan moneter dan makroprudensial yang ditempuh Bank Indonesia, serta penguatan koordinasi kebijakan dengan pemerintah dalam pengendalian inflasi dan defisit transaksi berjalan serta mendorong percepatan reformasi struktural.
Kunthi fahmar sandy
BI mencatat defisit transaksi berjalan kuartal II sebesar USD4,5 miliar atau 2,1% dari produk domestik bruto (PDB), lebih baik dibandingkan periode yang sama tahun 2014 sebesar USD9,6 miliar atau 4,3% PDB. Sebaliknya, transaksi modal dan finansial mencatatkan surplus USD2,5 miliar, meski pasar keuangan global masih diliputi ketidakpastian.
”Meski surplus, transaksi modal dan finansial itu tidak dapat membiayai sepenuhnya defisit transaksi berjalan sehingga neraca pembayaran Indonesia (NPI) pada kuartal II masih defisit USD2,9 miliar,” kata Kepala Departemen Statistik BI Hendi Sulistyowati saat berbincang bersama media di Jakarta kemarin.
Dengan perkembangan tersebut posisi cadangan devisa pada akhir Juni 2015 menurun menjadi USD108,0 miliar. Namun, jumlah cadangan devisa ini dinilai masih cukup untuk membiayai kebutuhan pembayaran impor dan utang luar negeri pemerintah selama 6,8 bulan dan masih berada di atas standar kecukupan internasional.
Sementara itu, terkait perbaikan defisit transaksi berjalan, dia menjelaskan bahwa hal itu ditopang oleh perbaikan neraca perdagangan barang, serta menyusutnya defisit neraca jasa dan neraca pendapatan primer. Menurut Hendi, perbaikan neraca perdagangan nonmigas mendukung kinerja positif transaksi berjalan.
Surplus neraca perdagangan nonmigas pada kuartal II/2015 mengalami peningkatan cukup signifikan sebagai dampak penurunan impor nonmigas yang cukup tajam (-15,8%, year on year ) seiring dengan melambatnya perekonomian domestik. Sementara volume impor turun sejalan dengan moderasi perekonomian domestik.
Penurunan impor terutama didorong oleh sisi volume, sedangkan sisi harga impor relatif stabil. ”Penurunan volume impor terjadi pada seluruh kelompok barang impor,” paparnya. Di sisi lain, ekspor nonmigas mengalami penurunan 5,3% akibat turunnya harga mengikuti turunnya harga komoditas global yang tertekan oleh rendahnya permintaan di China.
Menurut dia, penurunan ekspor nonmigas lebih lanjut tertahan oleh kenaikan volume ekspor, khususnya pada produk primer. Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Tirta Segara menambahkan, kinerja neraca perdagangan membaik didukung oleh penurunan impor minyak.
Tercatat, neraca migas kuartal II/2015 defisit sebesar USD2,1 miliar, membaik dibandingkan kuartal II/2014 sebesar USD3,2 miliar. Perbaikan itu didukung oleh penyusutan impor minyak karena penurunan konsumsi bahan bakar minyak (BBM) sebagai dampak positif dari reformasi subsidi yang ditempuh pemerintah.
Namun, jika dibandingkan dengan kuartal I/2015 defisit neraca migas meningkat terutama karena peningkatan impor minyak sesuai dengan pola musim Lebaran. Ke depan, lanjut dia, BI akan terus mencermati risiko eksternal dan domestik yang dapat mengganggu upaya untuk menjaga defisit transaksi berjalan ke tingkat yang lebih sehat.
BI meyakini, dalam jangka panjang kinerja NPI akan semakin sehat sejalan dengan bauran kebijakan moneter dan makroprudensial yang ditempuh Bank Indonesia, serta penguatan koordinasi kebijakan dengan pemerintah dalam pengendalian inflasi dan defisit transaksi berjalan serta mendorong percepatan reformasi struktural.
Kunthi fahmar sandy
(ftr)