Rupiah Tembus Rp14.000/USD, Alarm bagi Pemerintah
A
A
A
JAKARTA - Analis PT Asjaya Indosurya Securities William Surya Wijaya mengatakan, posisi rupiah yang menembus Rp14.000/dolar Amerika Serikat (USD) menjadi alarm yang harus diwaspadai pemerintah.
Menurut dia, pemerintah harus lebih responsif melihat kondisi ini, mengingat sejumlah negara di dunia sedang melakukan devaluasi mata uang negaranya, seperti China dan Vietnam.
"Kalau sudah tembus Rp14.000, itu agak susah. Ini sinyal bahwa pemerintah harus waspada ke depannya, lebih responsif dan peka terhadap kondisi saat ini. Antisipasi, fokus jadi PR (pekerjaan rumah) utama," katanya kepada Sindonews di Jakarta, Sabtu (22/8/2015).
Pemerintah, kata dia, harus mengambil tindakan yang mungkin bisa mengubah kondisi saat ini. Misalnya, dengan mengubah stimulus atau kebijakan-kebijakan yang bisa menguatkan nilai tukar rupiah.
"Nah, kalau sudah stabil bisa membuat efek kepercayaan lebih terhadap pengusaha karena sejauh ini, mereka penuh dengan ketidakpastian. Misalnya, pengusaha mematok harga sesuai yang dia ambil dalam USD, terus dia jual kepada pelaku lebih mahal, otomatis itu ketidakpastian," tutur dia.
Kendati demikian, menurut dia, pelemahan mata uang saat ini bukan sengaja dibiarkan atau dilemahkan oleh pemerintah. Pemerintah sedang berupaya menguatkan kondisi rupiah yang masih berada di zona kritis.
"Memang ini berbanding terbalik dengan negara-negara yang sekarang sedang melemahkan mata uanganya. Itu saya lihat posisi yang seperti itu, harus direspon," pungkasnya.
Baca:
Perang Mata Uang Sedang Terjadi
BI Harus Kerek Suku Bunga Jika Rupiah Kian Ambruk
Pengamat: Pemerintah Tak Punya Alasan Lemahkan Rupiah
Menurut dia, pemerintah harus lebih responsif melihat kondisi ini, mengingat sejumlah negara di dunia sedang melakukan devaluasi mata uang negaranya, seperti China dan Vietnam.
"Kalau sudah tembus Rp14.000, itu agak susah. Ini sinyal bahwa pemerintah harus waspada ke depannya, lebih responsif dan peka terhadap kondisi saat ini. Antisipasi, fokus jadi PR (pekerjaan rumah) utama," katanya kepada Sindonews di Jakarta, Sabtu (22/8/2015).
Pemerintah, kata dia, harus mengambil tindakan yang mungkin bisa mengubah kondisi saat ini. Misalnya, dengan mengubah stimulus atau kebijakan-kebijakan yang bisa menguatkan nilai tukar rupiah.
"Nah, kalau sudah stabil bisa membuat efek kepercayaan lebih terhadap pengusaha karena sejauh ini, mereka penuh dengan ketidakpastian. Misalnya, pengusaha mematok harga sesuai yang dia ambil dalam USD, terus dia jual kepada pelaku lebih mahal, otomatis itu ketidakpastian," tutur dia.
Kendati demikian, menurut dia, pelemahan mata uang saat ini bukan sengaja dibiarkan atau dilemahkan oleh pemerintah. Pemerintah sedang berupaya menguatkan kondisi rupiah yang masih berada di zona kritis.
"Memang ini berbanding terbalik dengan negara-negara yang sekarang sedang melemahkan mata uanganya. Itu saya lihat posisi yang seperti itu, harus direspon," pungkasnya.
Baca:
Perang Mata Uang Sedang Terjadi
BI Harus Kerek Suku Bunga Jika Rupiah Kian Ambruk
Pengamat: Pemerintah Tak Punya Alasan Lemahkan Rupiah
(rna)