Ekonom: Rupiah Melorot Bukan Salah BI
![Ekonom: Rupiah Melorot...](https://a-cdn.sindonews.net/dyn/732/content/2015/08/25/33/1036964/ekonom-rupiah-melorot-bukan-salah-bi-lwm-thumb.jpg)
Ekonom: Rupiah Melorot Bukan Salah BI
A
A
A
JAKARTA - Ekonom PT Bank Central Asia Tbk (BCA) David Sumual mengungkapkan, pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) hingga melewati level Rp14.000 per USD bukan kesalahan Bank Indonesia (BI).
Jadi, tidak tepat jika DPR RI meminta Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) mengaudit BI lantaran melorotnya mata uang Garuda. Pelemahan yang terjadi terhadap rupiah akibat kondisi keuangan global dan fenomena super dolar.
"Sebenarnya enggak ada hubungannya (rupiah lemah dan audit BI). Maksudnya antara pelemahan rupiah dan audit BI enggak ada hubungannya. Ini kan fenomena super dolar. Ya mungkin normal saja. Emang susah juga menyalahkan BI. Kondisinya global," katanya saat dihubungi Sindonews di Jakarta, Selasa (25/8/2015).
Menurutnya, lembaga moneter yang digawangi Agus Martowardojo ini pun sudah berusaha keras menghalau pelemahan rupiah. Sudah banyak kebijakan antisipasi yang dilakukan, mulai dari kebijakan lindung nilai (hedging), pengaktifan kembali Suku Bunga BI (SBI) 9-12 bulan, hingga kewajiban penggunaan rupiah dalam transaksi di dalam negeri.
"Jadi sudah melakukan berbagai macam cara, memang persoalaannya waktu 2008-2013 ketika booming komoditas, kita tidak melakukan reformasi struktural. Jadi pemerintahnya terlena. Kita kurang menggerakkan sektor manufaktur. Kalau audit kan memang rutin dilakukan," tandasnya.
Jadi, tidak tepat jika DPR RI meminta Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) mengaudit BI lantaran melorotnya mata uang Garuda. Pelemahan yang terjadi terhadap rupiah akibat kondisi keuangan global dan fenomena super dolar.
"Sebenarnya enggak ada hubungannya (rupiah lemah dan audit BI). Maksudnya antara pelemahan rupiah dan audit BI enggak ada hubungannya. Ini kan fenomena super dolar. Ya mungkin normal saja. Emang susah juga menyalahkan BI. Kondisinya global," katanya saat dihubungi Sindonews di Jakarta, Selasa (25/8/2015).
Menurutnya, lembaga moneter yang digawangi Agus Martowardojo ini pun sudah berusaha keras menghalau pelemahan rupiah. Sudah banyak kebijakan antisipasi yang dilakukan, mulai dari kebijakan lindung nilai (hedging), pengaktifan kembali Suku Bunga BI (SBI) 9-12 bulan, hingga kewajiban penggunaan rupiah dalam transaksi di dalam negeri.
"Jadi sudah melakukan berbagai macam cara, memang persoalaannya waktu 2008-2013 ketika booming komoditas, kita tidak melakukan reformasi struktural. Jadi pemerintahnya terlena. Kita kurang menggerakkan sektor manufaktur. Kalau audit kan memang rutin dilakukan," tandasnya.
(izz)