Spekulasi Berlebihan Sebabkan Ekonomi Guncang

Rabu, 26 Agustus 2015 - 06:11 WIB
Spekulasi Berlebihan...
Spekulasi Berlebihan Sebabkan Ekonomi Guncang
A A A
JAKARTA - Spekulasi berlebihan terhadap kondisi perekonomian dunia, membuat pasar mengalami guncangan. Menteri Keuangan (Menkeu) Bambang Brodjonegoro mengungkapkan, hal tersebut terjadi karena ketidakpastiaan ekonomi global.

Dia menuturkan, devaluasi mata uang yuan menjadi salah satu faktor yang mengubah pasar keuangan global. Saat ini, nilai tukar rupiah terus melemah dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) beberapa kali berada di zona merah.

"Jika kita melihat, IMF pada Juli menunjukkan prediksi pertumbuhan ekonomi global pada 2016 itu 3,8%. Jika dibandingkan perkiraan 2015 yang 3,3% itu cukup jauh. Tapi, itu gambaran yang dulu sebelum ada history-nya devaluasi yuan," ujar Bambang di Gedung DPR RI, Selasa (25/8/2015).

Tak hanya itu, lanjut dia, ketidakpastian juga berasal dari kinerja negara maju, seperti Amerika Serikat (AS), saat ini relatif pelan. Kemudian, Jepang dan negara Eropa saat ini berusaha memperbaiki perekonomian.

"Kalau dilihat, emerging market Tiongkok (China) juga menurun. Kita juga masih harus berhadapan kenaikan tingkat bunga the Fed yang masih jadi rumor kapan dinaikkan. Ketidakpastian itu yang memperberat kondisi valuta asing kita," jelas Bambang.

Dia meyakini, dengan ketidakpastian ini, maka masyarakat juga banyak yang berspekulasi berlebihan. Pada akhirnya, hal inilah yang membuat pasar dunia menjadi resah dan mengalami guncangan.

"Spekulasi yang membuat pasar dunia hari-hari ini mengalami guncangan. Semalam Dow Jones turun 3,6%. Ini akan merembet ke negara lain," ungkapnya.

Saat ini, tren pertumbuhan ekonomi, terutama di negara berkembang banyak yang mengalami perlambatan. Akibat dari perlambatan itu, pemerintah akan melawannya dengan melakukan government spending.

"Poinnya tren perlambatan ini yang harus kita hadapi. Kita sama-sama sepakat salah satu cara melawan perlambatan dengan goverment spending. Saat ini, ada dua negara, yaitu Brazil dan Rusia, yang tumbuh negatif," pungkasnya.

Baca juga:

Ekonom: RI Ibarat Rumput Bergoyang dan Diinjak

Kondisi Ekonomi dalam Bahaya

HT: Kebijakan Penghambat Investasi Harus Direvisi

Rupiah Ambruk, 60.000 Pekerja Tekstil Terkena PHK

Rupiah dan IHSG Akan Membaik jika Faktor Ini Terpenuhi
(dmd)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1190 seconds (0.1#10.140)