Sudah Hijaukah Rumah Kita

Rabu, 02 September 2015 - 09:11 WIB
Sudah Hijaukah Rumah...
Sudah Hijaukah Rumah Kita
A A A
Lebih menghargai alam. Kalimat ini selalu terdengar di setiap sudut, bahkan menjadi tren gaya hunian saat ini. Apalagi saat ini banyak produk yang menawarkan kualitas ramah lingkungan, termasuk juga fenomena rumah hijau atau green architecture.

Sebuah hunian biasanya didesain dengan mengedepankan kebutuhan pribadi dari masing-masing penghuninya. Terlebih lagi saat ini sedang gencar isu pemanasan global, pemilihan bahan material yang hemat energi, dan ramah lingkungan menjadi pilihan utama dalam merencanakan sebuah desain rumah tinggal.

“Wujud desainnya bisa bermacammacam, tapi intinya bagaimana menciptakan sebuah rumah ramah lingkungan dengan nyaman dan tidak selalu terpaku pada kondisi lahan,” ucap arsitek Ren Katili. Ada beberapa faktor kunci untuk mewujudkan rumah ramah lingkungan, salah satunya hemat energi. Tak hanya energi listrik, juga sumber energi lainnya seperti air. Penghematan listrik bisa Anda lakukan dengan menciptakan ruangan yang dapat meminimalisasi penggunaan lampu dan memaksimalkan pencahayaan alami.

“Yang terpenting, penempatan ventilasi yang banyak sehingga cahaya matahari dan angin leluasa masuk ke dalam ruangan,” kata arsitek spesialis bangunan tropis ini. Meminimalisasi penggunaan kaca juga bisa menjadi bagian penghematan energi. Terlebih lagi di Indonesia yang beriklim tropis, sifat kaca yang cenderung menyerap panas bisa membuat penghuninya lebih memilih menggunakan pendingin ruangan atau AC.

Faktor berikutnya, Anda bisa mendukung penggunaan bahan daur ulang. Misalnya, penggunaan lampu daur ulang seperti yang sudah populer di beberapa negara, mendaur ulang air limbah cucian atau kamar mandi untuk mengisi tangki closet atau flushing, menyediakan tempat untuk memisahkan sampah organik dan anorganik.

Faktor lainnya, penggunaan material daur ulang, seperti kusen dari bahan recycle. Langkah selanjutnya, dengan pemilihan bahan material, yaitu penggunaan plafon yang menggunakan bahan nonkayu, seperti kalsium silikat, papan fiber semen, dan metal. “Kekuatan gypsum dipengaruhi oleh kualitas kertas yang melapisinya. Jika kertasnya luring bagus, air akan cepat terserap, lalu gypsum akan mudah berjamur, mengembang, atau melengkung dan cepat bolong. Sehingga harus lebih sering mengganti,” papar Ren.

Di samping bahan ini banyak kekurangan, gypsum memiliki beberapa kelebihan, yaitu dapat menghasilkan plafon yang rata, mulus tanpa terlihat adanya sambungan. Hasil ini akan sulit diperoleh jika menggunakan plafon berbahan tripleks. Selain itu, gypsum juga memiliki banyak variasi aksesori dan hiasan, mulai dari lis, hiasan tengah, hiasan sudut, dan lain-lain.

Papan gypsum juga dapat diaplikasikan membentuk bidang melengkung, untuk pemasangannya dapat menggunakan rangka kayu dan metal atau besi hollow. “Bahan material seharusnya dituntut untuk tetap memiliki unsur yang ringan terhadap lingkungan karena bisa menjadi sangat penting untuk sebuah bangunan,” tandas Ren.

Lantai merupakan elemen yang tidak dapat dipisahkan dari sebuah bangunan rumah. Namun, tahukah Anda material untuk lantai yang seperti apakah yang ramah terhadap lingkungan. Tidak dapat diragukan lagi bila bahan pembentuk lantai sangat banyak macamnya. Tentu saja Anda harus cermat memilih material mana yang terbaik untuk rumah, seperti batu, keramik, homogeneous tile, dan kayu.

Ren menjelaskan, material keramik merupakan material yang banyak dipakai untuk lantai dengan campuran tanah, pasir, dan air. Proses produksinya pun melalui proses kimiawi dan pembakaran pada suhu tinggi kurang lebih 1.350 sampai 1.500 derajat Celsius.

Keramik dapat menambah tampilan ruangan Anda bisa menjadi lebih hidup, supaya kesan di dalam ruangan lebih teduh Anda bisa menggunakan jenis lantai polish dan unpolished. Perawatan untuk keramik ini pun terbilang cukup mudah dibandingkan dengan material lain.

Aprilia S Andyna
(ars)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.2043 seconds (0.1#10.140)