Relawan Pertamina Foundation Bukan Penjahat
A
A
A
JAKARTA - Publikasi tentang temuan Kantor Akuntan Publik (KAP) Crowe Horwath, mengenai keganjilan yang “menggelayuti” Program Gerakan Menabung 100 Juta Pohon yang disponsori Pertamina Foundation (FP) pada 2013, sejatinya telah menggiring opini publik pada realitas yang “menyesatkan”.
Menurut Ketua Komunitas Gerakan Menabung Pohon (GMP), Akhmad Sultoni, sejumlah temuan KAP tersebut mengindisikan kesimpulan akhir yang justru mendistorsi pencapaian yang telah diraih relawan dan petani dalam mendukung program menabung pohon tersebut.
“Selama ini, relawan telah melaksanakan kegiatan sesuai prosedur yang ditetapkan dan secara legal formal diikat melalui perjanjian komitmen serta perjanjian sponsorship dengan pihak PF,” ujarnya.
Berdasarkan fakta empiris yang dihimpun oleh tim GMP, hal-ihwal yang notebene merupakan temuan Crowe Horwath boleh dibilang tak sesuai dengan fakta empiris yang ada di lapangan. Ada beberapa temuan yang secara teknis tidak melibatkan partisipasi langsung para relawan, petani, dan kepala desa untuk memverifikasi data.
Padahal, dalam praktiknya, pihak-pihak tersebut merupakan stakeholders utama program menabung pohon yang mengetahui secara detil lokasi lahan maupun kegiatan teknis lainnya di lapangan.
Di sisi lain, GMP juga mendapatkan fakta bahwasannya, eksistensi para relawan dan petani hingga saat ini masih ada. Mereka tetap melakukan kegiatan seperti biasa untuk menyukseskan program tersebut di atas.
Cak Toni menjelaskan, setidaknya ada empat fakta empiris yang pada realitasnya memang ada dan terjadi di lapangan. Fakta-fakta tersebut menurutnya luput dari pengamatan maupun analisis yang dilakukan oleh Crowe Horwath. Adapun sejumlah fakta yang dicatat GMP selama ini, antara lain:
Pertama, hingga 2015, sebanyak 499 relawan Program Gerakan Menabung 100 Juta Pohon Pertamina masih eksis dan terus melakukan pendampingan terhadap petani yang berjumlah kurang lebih 10.000, tersebar di 3.000 desa di seluruh Tanah Air. Sekadar informasi, status relawan tersebut secara legal formal telah terverifikasi melalui 3 (tiga) tahapan, yakni; melalui pendaftaran via website www.sobatbumi.com, surat pengangkatan relawan yang dikeluarkan oleh PF, serta dikukuhkan dengan surat perjanjian komitmen dan perjanjian sponsorship antara relawan dengan PF, Cak Toni menjelaskan, program di atas sejatinya hingga saat ini masih terus berlanjut. Dalam praktiknya, program tersebut memiliki durasi waktu kurang lebih selama lima tahun (2012-2017).
Kedua, sehubungan dengan temuan ihwal lahan fiktif yang notabene mengacu pada titik koordinat lahan, Cak Toni, mengungkapkan, pada awal-awal program, relawan menentukan titik koordinat lahan dengan device yang kurang standar. Mayoritas relawan praktiknya menggunakan smartphone (android maupun blackberry) yang notabene tingkat akurasinya jauh ketimbang alat Global Positioning System (GPS) Garmin.
Sebagai informasi, seri terbaru GPS tersebut masih saja memiliki toleransi akurasi kurang lebih 5 meter dari titik koordinat lahan yang di-capture.
Cak Toni menambahkan, bahwa titik koordinat lahan tersebut hanya sebagai pelengkap dalam dokumen resmi. Sementara, dokumen yang mutlak diperlukan dalam audit sebenarnya yakni tanda tangan dari petani yang disahkan oleh Kepala Desa setempat dan dikuatkan dengan Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang Tanah (SPPT) atau surat keterangan kepemilikan lahan yang dikeluarkan oleh kepala desa.
Ketiga, sebenarnya hingga 2014 lalu, Program Gerakan Menabung 100 Juta Pohon yang dilakukan oleh relawan dan petani telah mencapai 9.742 lot (istilah yang digunakan untuk lahan seluas maksimal 1Ha yang ditanami maksimal 2500 pohon). Sementara, hasil audit (temuan) yang dilakukan oleh KAP yang merilis angka sebesar 33% pada hakikatnya belum memenuhi persentase sampling secara keseluruhan. Angka temuan tersebut hanya merupakan sampling minor sebanyak 18 lot dari 9.742 lot yang ada.
Keempat, benar adanya PF telah memberikan apresiasi sebesar 100% kepada relawan untuk 33 juta pohon (13 juta pohon untuk program regular pada 2012 dan 20 juta pohon untuk program dengan TNI AD pada 2013). Namun, faktanya, apresiasi belum sepenuhya diberikan kepada relawan. Untuk 42 juta pohon (program 2013) apresiasi yang diberikan oleh Pertamina Foundation baru sekitar 50%. “Sementara, untuk 15 juta pohon yang dihelat pada 2014, belum ada apresiasi sama sekali,” ujar Cak Toni.
Menurut Ketua Komunitas Gerakan Menabung Pohon (GMP), Akhmad Sultoni, sejumlah temuan KAP tersebut mengindisikan kesimpulan akhir yang justru mendistorsi pencapaian yang telah diraih relawan dan petani dalam mendukung program menabung pohon tersebut.
“Selama ini, relawan telah melaksanakan kegiatan sesuai prosedur yang ditetapkan dan secara legal formal diikat melalui perjanjian komitmen serta perjanjian sponsorship dengan pihak PF,” ujarnya.
Berdasarkan fakta empiris yang dihimpun oleh tim GMP, hal-ihwal yang notebene merupakan temuan Crowe Horwath boleh dibilang tak sesuai dengan fakta empiris yang ada di lapangan. Ada beberapa temuan yang secara teknis tidak melibatkan partisipasi langsung para relawan, petani, dan kepala desa untuk memverifikasi data.
Padahal, dalam praktiknya, pihak-pihak tersebut merupakan stakeholders utama program menabung pohon yang mengetahui secara detil lokasi lahan maupun kegiatan teknis lainnya di lapangan.
Di sisi lain, GMP juga mendapatkan fakta bahwasannya, eksistensi para relawan dan petani hingga saat ini masih ada. Mereka tetap melakukan kegiatan seperti biasa untuk menyukseskan program tersebut di atas.
Cak Toni menjelaskan, setidaknya ada empat fakta empiris yang pada realitasnya memang ada dan terjadi di lapangan. Fakta-fakta tersebut menurutnya luput dari pengamatan maupun analisis yang dilakukan oleh Crowe Horwath. Adapun sejumlah fakta yang dicatat GMP selama ini, antara lain:
Pertama, hingga 2015, sebanyak 499 relawan Program Gerakan Menabung 100 Juta Pohon Pertamina masih eksis dan terus melakukan pendampingan terhadap petani yang berjumlah kurang lebih 10.000, tersebar di 3.000 desa di seluruh Tanah Air. Sekadar informasi, status relawan tersebut secara legal formal telah terverifikasi melalui 3 (tiga) tahapan, yakni; melalui pendaftaran via website www.sobatbumi.com, surat pengangkatan relawan yang dikeluarkan oleh PF, serta dikukuhkan dengan surat perjanjian komitmen dan perjanjian sponsorship antara relawan dengan PF, Cak Toni menjelaskan, program di atas sejatinya hingga saat ini masih terus berlanjut. Dalam praktiknya, program tersebut memiliki durasi waktu kurang lebih selama lima tahun (2012-2017).
Kedua, sehubungan dengan temuan ihwal lahan fiktif yang notabene mengacu pada titik koordinat lahan, Cak Toni, mengungkapkan, pada awal-awal program, relawan menentukan titik koordinat lahan dengan device yang kurang standar. Mayoritas relawan praktiknya menggunakan smartphone (android maupun blackberry) yang notabene tingkat akurasinya jauh ketimbang alat Global Positioning System (GPS) Garmin.
Sebagai informasi, seri terbaru GPS tersebut masih saja memiliki toleransi akurasi kurang lebih 5 meter dari titik koordinat lahan yang di-capture.
Cak Toni menambahkan, bahwa titik koordinat lahan tersebut hanya sebagai pelengkap dalam dokumen resmi. Sementara, dokumen yang mutlak diperlukan dalam audit sebenarnya yakni tanda tangan dari petani yang disahkan oleh Kepala Desa setempat dan dikuatkan dengan Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang Tanah (SPPT) atau surat keterangan kepemilikan lahan yang dikeluarkan oleh kepala desa.
Ketiga, sebenarnya hingga 2014 lalu, Program Gerakan Menabung 100 Juta Pohon yang dilakukan oleh relawan dan petani telah mencapai 9.742 lot (istilah yang digunakan untuk lahan seluas maksimal 1Ha yang ditanami maksimal 2500 pohon). Sementara, hasil audit (temuan) yang dilakukan oleh KAP yang merilis angka sebesar 33% pada hakikatnya belum memenuhi persentase sampling secara keseluruhan. Angka temuan tersebut hanya merupakan sampling minor sebanyak 18 lot dari 9.742 lot yang ada.
Keempat, benar adanya PF telah memberikan apresiasi sebesar 100% kepada relawan untuk 33 juta pohon (13 juta pohon untuk program regular pada 2012 dan 20 juta pohon untuk program dengan TNI AD pada 2013). Namun, faktanya, apresiasi belum sepenuhya diberikan kepada relawan. Untuk 42 juta pohon (program 2013) apresiasi yang diberikan oleh Pertamina Foundation baru sekitar 50%. “Sementara, untuk 15 juta pohon yang dihelat pada 2014, belum ada apresiasi sama sekali,” ujar Cak Toni.
(dmd)