Daihatsu Efisiensi Aktivitas Pabrik

Rabu, 09 September 2015 - 10:16 WIB
Daihatsu Efisiensi Aktivitas Pabrik
Daihatsu Efisiensi Aktivitas Pabrik
A A A
JAKARTA - Perlambatan ekonomi dan pelemahan nilai tukar rupiah memengaruhi banyak sektor, termasuk industri automotif. Menurunnya daya beli masyarakat membuat penjualan mobil anjlok.

Sejumlah strategi perlu dilakukan agar bisa bertahan di tengah kondisi ekonomi yang lesu. ”Jadi yang dilakukan sekarang adalah bagaimana kita bertahan dengan cara efisien di pabrik. Soalnya, tenaga kerja yang ditampung di industri otomotif ini sangat besar,” tutur Presiden Direktur PT Astra Daihatsu Motor Sudirman MR dalam keterangan tertulisnya kemarin.

Menurut dia, efisiensi itu harus dilakukan. Apalagi, ratarata sekitar 13% komponen mobil yang diproduksi Daihatsu harus diimpor. ”Kami tidak bisa naikkan harga, karena pasti tidak bisa diterima pasar, sebab kondisinya lemah. Yang ada, kami hanya bisa memberikan diskon,” paparnya. Sudirman yang juga Ketua Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) ini mengatakan, anjloknya penjualan tidak hanya dialami Daihatsu, tetapi terjadi di semua merek.

Makanya, target awal penjualan automotif nasional hingga akhir tahun ini sebesar 950.000 hingga 1 juta unit bakal dikaji kembali. ”Awalnya kami perkirakan penjualan ritel bulan Agustus kemarin bisa 90.000 unit, agar target sekitar satu juta unit tahun ini tercapai. Ternyata, realisasinya hanya sekitar 77.000 unit, tentu ini berdampak pada produksi,” katanya.

Dia mengungkapkan, awal Oktober seluruh anggota Gaikindo akan kembali membahas penurunan penjualan, termasuk apakah akan merevisi target penjualan automotif nasional. Saat ini, produksi automotif yang sekitar 99.000 unit per bulan juga diperkirakan akan direvisi kembali. Sebab, sekitar 13.000 unit tidak terserap pasar.

Sementara itu, terkait upaya meningkatkan ekspor di tengah lesunya penjualan domestik, menurut Sudirman hal itu sulit dilakukan. Sebab, negara-negara tujuan ekspor juga terkena dampak krisis. Kondisi itu juga dialami Daihatsu, termasuk ekspor Gran Max yang masih menjadi produk andalan. ”Kita sulit meningkatkan ekspor Gran Max karena terkena dampak krisis ekonomi.

Ekspor Gran Max ke Jepang yang jumlahnya konstan sekitar 1.000 unit per bulan itu sudah cukup bagus. Soalnya, pasar domestik Jepang sedang turun,” ujarnya. Tujuan ekspor Gran Max di negara lain di luar Jepang seperti Timur Tengah dan Afrika cukup berat. Gran Max masih menjadi tulang punggung penjualan Daihatsu untuk pasar domestik.

MPV low ini menyumbang lebih dari 43% dari total penjualan Daihatsu. Direktur Pemasaran PT ADM Amelia Tjandra mengaku optimistis penjualan Gran Max meningkat. Apalagi adanya pergeseran di segmen komersial di mana pengguna truk banyak yang beralih ke low pick up , di mana Gran Max yang paling banyak dipilih konsumen. ”Gran Max dipilih karena kapasitasnya yang besar. Ini juga yang menjadi alasan Dewan Masjid Indonesia memilih Gran Max sebagai mobil operasional,” tutur Amelia.

Hatim varabi
(bbg)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7298 seconds (0.1#10.140)