Kilang Baru Pertamina Tiga Tahun Lagi
A
A
A
JAKARTA - PT Pertamina (Persero) memastikan akan membangun dua kilang baru dalam waktu dekat dan ditargetkan selesai tiga tahun ke depan. Direktur Utama Pertamina Dwi Sucipto mengatakan, pembangunan kilang akan dilakukan di Bontang, Kalimantan Timur dan di wilayah Tuban, Jawa Timur.
Pembangunan kilang tersebut masing-masing berkapasitas 300.000 barel per hari, dibangun dengan menggunakan kerja sama pemerintah dengan Pertamina. Ada juga skema lain yakni dengan kerja sama Pertamina-swasta. ”Kalau yang kerja sama pemerintah dengan swasta itu di Bontang rencananya, kapasitasnya 300.000. Kalau yang satu lagi itu, Pertamina itu rencananya di Tuban dan itu kapasitasnya 300.000 juga,” ujar Dwi di Kantor Kepresidenan Jakarta kemarin.
Rencana pembangunan dua kilang minyak tersebut disampaikan Dwi setelah mengikuti rapat terbatas di kantor Presiden kemarin siang. Rapat yang dipimpin langsung oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) tersebut membahas persediaan bahan bakar minyak (BBM) Pertamina. Dalam rapat yang berlangsung selama hampir satu jam, Presiden Jokowi menginstruksikan agar segera dilakukan pembangunan kilang minyak atau storage dalam waktu dekat.
Menurut Dwi, selain membangun dua kilang baru, Pertamina juga akan meremajakan empat kilang lama sehingga menghasilkan dua kali lipat jumlah produksi. ”Selama ini (kilang lama) menghasilkan 850.000 barel per hari, dengan kapasitas harian dan produksi harian. Nah, nanti akan kita tingkatkan menjadi 1,5 juta per hari dengan upgrading empat kilang dan tambahan dua kilang tadi, yang masing-masing 300.000 barel,” ungkapnya.
Bila seluruh target itu dipenuhi, lanjut Dwi, pada 2025 Pertamina bisa mencukupi 80- 90% kebutuhan minyak dalam negeri. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said mengatakan, dalam waktu dekat surat keputusan Presiden untuk percepatan pembangunan kilang minyak akan segera diterbitkan. Sudirman menegaskan, pembangunan kilang baru akan memberikan kesempatan dan kekuatan kepada Pertamina untuk segera melaksanakan investasinya.
”Investasi itu baik dengan dana sendiri maupun dengan dana investor, bahkan antara pemerintah dan swasta. Jika tidak ada jalan lain, APBN dimungkinkan masuk, tetapi itu menjadi last resources,” jelasnya. Selain pembangunan kilang, dalam rapat itu Presiden meminta agar Pertamina dapat mengurangi penggunaan dolar Amerika Serikat (AS) dalam pembelian BBM.
Kepada Menteri ESDM Sudirman Said dan Dirut Pertamina Dwi Sucipto, Presiden menginstruksikan agar keduanya mengambil langkah tepat agar beban besar untuk kebutuhan dolar dapat dikurangi. Dwi mengatakan, sampai saat ini Pertamina masih mengimpor BBM sebanyak 700.000 barel per hari dengan menggunakan transaksi dolar AS. Untuk mengurangi beban biaya impor, Pertamina akan memaksimalkan penggunaan minyak mentah dalam negeri.
Menteri Sekretaris Kabinet Pramono Anung menambahkan, dalam rapat yang membahas khusus minyak, Presiden juga menginstruksikan kepada Pertamina untuk mengatur kebutuhan avtur. Hal itu disebabkankarenahargaavturIndonesia lebih tinggi dari negara lainnya.
”Karena itu, Presiden menugaskan kepada Direktur Pertamina agar ini bisa ditekan sehingga harga bisa bersaing secara internasional. Manfaatnya adalah pesawat-pesawat yang saat ini selalu transit di Singapura untuk mengisi bahan bakar, mereka nanti bisa langsung mengisi ke Indonesia,” tandasnya.
Rarasati syarief
Pembangunan kilang tersebut masing-masing berkapasitas 300.000 barel per hari, dibangun dengan menggunakan kerja sama pemerintah dengan Pertamina. Ada juga skema lain yakni dengan kerja sama Pertamina-swasta. ”Kalau yang kerja sama pemerintah dengan swasta itu di Bontang rencananya, kapasitasnya 300.000. Kalau yang satu lagi itu, Pertamina itu rencananya di Tuban dan itu kapasitasnya 300.000 juga,” ujar Dwi di Kantor Kepresidenan Jakarta kemarin.
Rencana pembangunan dua kilang minyak tersebut disampaikan Dwi setelah mengikuti rapat terbatas di kantor Presiden kemarin siang. Rapat yang dipimpin langsung oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) tersebut membahas persediaan bahan bakar minyak (BBM) Pertamina. Dalam rapat yang berlangsung selama hampir satu jam, Presiden Jokowi menginstruksikan agar segera dilakukan pembangunan kilang minyak atau storage dalam waktu dekat.
Menurut Dwi, selain membangun dua kilang baru, Pertamina juga akan meremajakan empat kilang lama sehingga menghasilkan dua kali lipat jumlah produksi. ”Selama ini (kilang lama) menghasilkan 850.000 barel per hari, dengan kapasitas harian dan produksi harian. Nah, nanti akan kita tingkatkan menjadi 1,5 juta per hari dengan upgrading empat kilang dan tambahan dua kilang tadi, yang masing-masing 300.000 barel,” ungkapnya.
Bila seluruh target itu dipenuhi, lanjut Dwi, pada 2025 Pertamina bisa mencukupi 80- 90% kebutuhan minyak dalam negeri. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said mengatakan, dalam waktu dekat surat keputusan Presiden untuk percepatan pembangunan kilang minyak akan segera diterbitkan. Sudirman menegaskan, pembangunan kilang baru akan memberikan kesempatan dan kekuatan kepada Pertamina untuk segera melaksanakan investasinya.
”Investasi itu baik dengan dana sendiri maupun dengan dana investor, bahkan antara pemerintah dan swasta. Jika tidak ada jalan lain, APBN dimungkinkan masuk, tetapi itu menjadi last resources,” jelasnya. Selain pembangunan kilang, dalam rapat itu Presiden meminta agar Pertamina dapat mengurangi penggunaan dolar Amerika Serikat (AS) dalam pembelian BBM.
Kepada Menteri ESDM Sudirman Said dan Dirut Pertamina Dwi Sucipto, Presiden menginstruksikan agar keduanya mengambil langkah tepat agar beban besar untuk kebutuhan dolar dapat dikurangi. Dwi mengatakan, sampai saat ini Pertamina masih mengimpor BBM sebanyak 700.000 barel per hari dengan menggunakan transaksi dolar AS. Untuk mengurangi beban biaya impor, Pertamina akan memaksimalkan penggunaan minyak mentah dalam negeri.
Menteri Sekretaris Kabinet Pramono Anung menambahkan, dalam rapat yang membahas khusus minyak, Presiden juga menginstruksikan kepada Pertamina untuk mengatur kebutuhan avtur. Hal itu disebabkankarenahargaavturIndonesia lebih tinggi dari negara lainnya.
”Karena itu, Presiden menugaskan kepada Direktur Pertamina agar ini bisa ditekan sehingga harga bisa bersaing secara internasional. Manfaatnya adalah pesawat-pesawat yang saat ini selalu transit di Singapura untuk mengisi bahan bakar, mereka nanti bisa langsung mengisi ke Indonesia,” tandasnya.
Rarasati syarief
(bbg)