Ini Penyebab Harga Avtur Mahal
A
A
A
JAKARTA - Direktur Pusat Studi Kebijakan Publik (Puskepi) Sofyano Zakaria menilai, mahalnya penjualan bahan bakar minyak (BBM) jenis avtur oleh PT Pertamina (persero) karena produk tersebut diolah di kilang Pertamina yang umurnya sudah tua alias jadul.
“Avtur di Indonesia diolah di kilang Pertamina yang sudah jadul, sehingga membuat biaya produksi menjadi mahal jika dibanding dengan Malaysia dan Singapura,” ujar dia di Jakarta, Senin (14/9/2015).
Selain itu, Sofyano menambahkan, mahalnya avtur yang dijual Pertamina lebih tinggi 10%-15% dari Singapura dan Malasysia karena faktor transportasi biaya distribusi yang lebih mahal.
“Supply avtur ke Bandara Changi Singapura dan Bandara Kuala Lumpur dilakukan dari supply point yang sangat dekat, sehingga membuat biaya transportasi lebih murah dibanding biaya transportasi di bandara-bandara se-Indonesia,” kata dia.
Menurut Sofyano, sekalipun tidak diproduksi sendiri atau di impor dari luar negeri, biaya akan tetap mahal karena biaya distribusinya berbeda dengan negara-negara tetangga yang biaya distrisbusinya lebih murah.
“Bandara di Indonesia sangat banyak, sehingga berpengaruh terhadap biaya distribusi,” kata dia.
Jika ingin murah, kata Sofyano, seharusnya PT Angkasa Pura membebaskan biaya apapun dalam memasok avtur, sehingga mampu menunjang operasional distribusi yang dilakukan oleh Pertamina.
“Jika ingin murah, harusnya Angkasa Pura tidak memungut biaya apapun terkait distribusi avtur yang dilakukan oleh Pertamina,” tuturnya.
Sebagaimana diketahui, polemik seputar harga avtur yang dijual PT Pertamina (persero) terus bergulir. Mahalnya penjualan avtur oleh Pertamina dituding Menteri Perhubungan Ignatius Jonan sebagai penyebab mahalnya tarif tiket penerbangan domestik.
Bahkan pihaknya mengancam jika tidak diturunkan akan mempersilakan swasta menjual avtur di seluruh bandara di Indonesia, sehingga harganya tidak mahal dan lebih kompetitif.
(Baca: Jual Avtur, Jonan Minta Pertamina Tak Hanya Cari Untung)
“Avtur di Indonesia diolah di kilang Pertamina yang sudah jadul, sehingga membuat biaya produksi menjadi mahal jika dibanding dengan Malaysia dan Singapura,” ujar dia di Jakarta, Senin (14/9/2015).
Selain itu, Sofyano menambahkan, mahalnya avtur yang dijual Pertamina lebih tinggi 10%-15% dari Singapura dan Malasysia karena faktor transportasi biaya distribusi yang lebih mahal.
“Supply avtur ke Bandara Changi Singapura dan Bandara Kuala Lumpur dilakukan dari supply point yang sangat dekat, sehingga membuat biaya transportasi lebih murah dibanding biaya transportasi di bandara-bandara se-Indonesia,” kata dia.
Menurut Sofyano, sekalipun tidak diproduksi sendiri atau di impor dari luar negeri, biaya akan tetap mahal karena biaya distribusinya berbeda dengan negara-negara tetangga yang biaya distrisbusinya lebih murah.
“Bandara di Indonesia sangat banyak, sehingga berpengaruh terhadap biaya distribusi,” kata dia.
Jika ingin murah, kata Sofyano, seharusnya PT Angkasa Pura membebaskan biaya apapun dalam memasok avtur, sehingga mampu menunjang operasional distribusi yang dilakukan oleh Pertamina.
“Jika ingin murah, harusnya Angkasa Pura tidak memungut biaya apapun terkait distribusi avtur yang dilakukan oleh Pertamina,” tuturnya.
Sebagaimana diketahui, polemik seputar harga avtur yang dijual PT Pertamina (persero) terus bergulir. Mahalnya penjualan avtur oleh Pertamina dituding Menteri Perhubungan Ignatius Jonan sebagai penyebab mahalnya tarif tiket penerbangan domestik.
Bahkan pihaknya mengancam jika tidak diturunkan akan mempersilakan swasta menjual avtur di seluruh bandara di Indonesia, sehingga harganya tidak mahal dan lebih kompetitif.
(Baca: Jual Avtur, Jonan Minta Pertamina Tak Hanya Cari Untung)
(rna)