Belum Optimal, Masa Depan Green Avtur Masih Tanda Tanya
loading...
A
A
A
JAKARTA - Hingga saat ini pemanfaatan green avtur di Indonesia sesuai amanat Menteri ESDM Nomor 12 Tahun 2015 masih belum dapat dilaksanakan secara optimal dikarenakan adanya berbagai permasalahan.
Pengamat penerbangan Alvin Lie menuturkan, tujuan utama dari penggunaan green avtur adalah untuk mengurangi polusi emisi nitrogen oksida (NOX) dan juga particulate matter. Untuk mencapai tujuan tersebut, kata dia, sebetulnya sejak tahun 2015 hingga 2021 ini sudah banyak perkembangan.
“Di kondisi pandemi saat ini dan juga pengembangan berbagai teknologi untuk mengurangi emisi. Juga ada pengembangan desain sayap pesawat, kemudian desain perubahan rute-rute sehingga lebih efisien, dan juga ada perubahan teknologi menuju mesin listrik,” ujarnya dalam acara Market Review IDX Channel, Jumat (28/5/2021).
Akan tetapi, kata dia, penggunaan green avtur masih dipertanyakan apakah visible untuk jangka panjang. Dia menjelaskan, saat ini semua maskapai di seluruh dunia sedang dalam survival mode. Jadi, mereka harus melakukan efisiensi biaya dan optimalisasi pendapatan untuk bertahan hidup.
Sementara itu, jika dilihat dari akselerasi mesin listrik, banyak moda transportasi yang mulai beralih ke kendaraan berbasis listrik. Oleh karena itu, pesawat pun ke depannya mungkin akan seperti itu.
“Mungkin untuk jangka menengah ya. Sekarang untuk mesin listrik yang sudah dicoba hanya masih pada pesawat kecil. Terbesar itu adalah Cessna 208 Caravan yang baru mengangkut penumpang untuk 12 orang. Sedangkan untuk pesawat besar untuk jarak jauh itu masih membutuhkan sekitar hampir 50 tahun lagi,” bebernya.
Pengamat penerbangan Alvin Lie menuturkan, tujuan utama dari penggunaan green avtur adalah untuk mengurangi polusi emisi nitrogen oksida (NOX) dan juga particulate matter. Untuk mencapai tujuan tersebut, kata dia, sebetulnya sejak tahun 2015 hingga 2021 ini sudah banyak perkembangan.
“Di kondisi pandemi saat ini dan juga pengembangan berbagai teknologi untuk mengurangi emisi. Juga ada pengembangan desain sayap pesawat, kemudian desain perubahan rute-rute sehingga lebih efisien, dan juga ada perubahan teknologi menuju mesin listrik,” ujarnya dalam acara Market Review IDX Channel, Jumat (28/5/2021).
Akan tetapi, kata dia, penggunaan green avtur masih dipertanyakan apakah visible untuk jangka panjang. Dia menjelaskan, saat ini semua maskapai di seluruh dunia sedang dalam survival mode. Jadi, mereka harus melakukan efisiensi biaya dan optimalisasi pendapatan untuk bertahan hidup.
Sementara itu, jika dilihat dari akselerasi mesin listrik, banyak moda transportasi yang mulai beralih ke kendaraan berbasis listrik. Oleh karena itu, pesawat pun ke depannya mungkin akan seperti itu.
“Mungkin untuk jangka menengah ya. Sekarang untuk mesin listrik yang sudah dicoba hanya masih pada pesawat kecil. Terbesar itu adalah Cessna 208 Caravan yang baru mengangkut penumpang untuk 12 orang. Sedangkan untuk pesawat besar untuk jarak jauh itu masih membutuhkan sekitar hampir 50 tahun lagi,” bebernya.
(ind)