2017, Investor Domestik Dominasi Kepemilikan Saham
A
A
A
JAKARTA - PT Bursa Efek Indonesia (BEI) berupaya mendorong masyarakat agar melek investasi. BEI menargetkan dua tahun ke depan investor lokal mendominasi kepemilikan saham di pasar modal.
Direktur Pengembangan BEI Nicky Hogan mengatakan, saat ini komposisi kepemilikan saham domestik baru mencapai 36% sementara sisanya dimiliki oleh asing. Menurutnya, kondisi seperti ini membuat pasar modal Indonesia khususnya pasar saham sangat tergantung pada kepemilikan saham asing.
”Memang, tingkat keterlibatan investor lokal kita masih kecil. Jadi ketika investor asing jual, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kita sangat fluktuatif,” ujarnya saat ditemui di Jakarta, kemarin. Dia mengungkapkan, hal tersebut tidak terlepas dari kondisi pasar modal Indonesia yang menduduki tingkat penurunan yang paling dalam dibandingkan negara tetangga.
”Kondisi saat ini Indonesia menduduki tingkat indeks yang paling minus dibandingkan negara tetangga. Saya bandingkan Malaysia dan Thailand ada gonjang ganjing politik dan bom tapi indeksnya mereka tidak lebih parah dari kita,” paparnya. Nicky menegaskan, diperlukan pendalaman pasar saham domestik guna menekan volatilitas yang terjadi belakangan ini.
Menurut dia, dengan tingkat kepemilikan saham yang didominasi lokal maka membuat pasar modal Indonesia dapat lebih terjaga pergerakannya dan mampu menahan sentimen negatif dari dalam maupun luar negeri. ”Persentase itu akan bergeser pelanpelan, mudah-mudahan dua atau tiga tahun ke depan porsi investor lokal lebih besar,” jelasnya.
Dia menambahkan, BEI selaku self-regulatory organization (SRO) mencanangkan program- program yang mengedukasi dan menyosialisasikan pasar modal ke masyarakat. Seperti bekerja sama dengan universitas untuk mengadakan seminar, membuka gedung BEI sebagai tujuan wisata edukasi untuk pelajar, menggandeng emiten untuk menjadikan karyawannya sebagai investor dan lain-lainnya.
Selain itu, pola pikir masyarakat juga harus dapat terbuka dengan kehadiran pasar modal. Nicky mengeluhkan, terkadang masyarakat menanggapi hal negatif tentang berinvestasi di sektor saham. ”Masyarakat harus terbuka dengan pasar modal, mereka tidak harus takut dan menanggapi hal negatif tentang saham. Tidak usah menutup diri seolah-olah ini (saham) haram, risiko besar dan lainnya,” katanya.
Dalam menjalankan misinya, BEI juga mendapati tantangan seperti, waktu yang cukup singkat dan pemahaman masyarakat dalamhalberinvestasi.”Tantangannya adalah masalah waktu, pemahaman. Kita optimistis dengan usaha kita bisa menggeser presentasi itu,” kata dia.
Arsy ani s
Direktur Pengembangan BEI Nicky Hogan mengatakan, saat ini komposisi kepemilikan saham domestik baru mencapai 36% sementara sisanya dimiliki oleh asing. Menurutnya, kondisi seperti ini membuat pasar modal Indonesia khususnya pasar saham sangat tergantung pada kepemilikan saham asing.
”Memang, tingkat keterlibatan investor lokal kita masih kecil. Jadi ketika investor asing jual, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kita sangat fluktuatif,” ujarnya saat ditemui di Jakarta, kemarin. Dia mengungkapkan, hal tersebut tidak terlepas dari kondisi pasar modal Indonesia yang menduduki tingkat penurunan yang paling dalam dibandingkan negara tetangga.
”Kondisi saat ini Indonesia menduduki tingkat indeks yang paling minus dibandingkan negara tetangga. Saya bandingkan Malaysia dan Thailand ada gonjang ganjing politik dan bom tapi indeksnya mereka tidak lebih parah dari kita,” paparnya. Nicky menegaskan, diperlukan pendalaman pasar saham domestik guna menekan volatilitas yang terjadi belakangan ini.
Menurut dia, dengan tingkat kepemilikan saham yang didominasi lokal maka membuat pasar modal Indonesia dapat lebih terjaga pergerakannya dan mampu menahan sentimen negatif dari dalam maupun luar negeri. ”Persentase itu akan bergeser pelanpelan, mudah-mudahan dua atau tiga tahun ke depan porsi investor lokal lebih besar,” jelasnya.
Dia menambahkan, BEI selaku self-regulatory organization (SRO) mencanangkan program- program yang mengedukasi dan menyosialisasikan pasar modal ke masyarakat. Seperti bekerja sama dengan universitas untuk mengadakan seminar, membuka gedung BEI sebagai tujuan wisata edukasi untuk pelajar, menggandeng emiten untuk menjadikan karyawannya sebagai investor dan lain-lainnya.
Selain itu, pola pikir masyarakat juga harus dapat terbuka dengan kehadiran pasar modal. Nicky mengeluhkan, terkadang masyarakat menanggapi hal negatif tentang berinvestasi di sektor saham. ”Masyarakat harus terbuka dengan pasar modal, mereka tidak harus takut dan menanggapi hal negatif tentang saham. Tidak usah menutup diri seolah-olah ini (saham) haram, risiko besar dan lainnya,” katanya.
Dalam menjalankan misinya, BEI juga mendapati tantangan seperti, waktu yang cukup singkat dan pemahaman masyarakat dalamhalberinvestasi.”Tantangannya adalah masalah waktu, pemahaman. Kita optimistis dengan usaha kita bisa menggeser presentasi itu,” kata dia.
Arsy ani s
(ars)