Analis Prediksi Rupiah Bisa Tembus Rp16.800/USD
A
A
A
JAKARTA - Analis PT Valbury Asia Securities Nico Omer Jonckheree mengatakan, dalam jangka panjang nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) bisa menembus Rp16.800/USD.
Dia menjelaskan, angka tersebut menyamai dengan yang terjadi pada saat krisis moneter 1998. Mayoritas dipengaruhi sentimen global.
"Mostly pengaruh global, di antaranya devaluasi yuan, bisa ke arah sana (Rp16.800/USD) tapi masih jauh ya," ujarnya di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Rabu (16/9/2015).
Sementara dalam waktu dekat, rupiah diperkirakan akan mencapai Rp15.000/USD. Namun menurutnya tidak perlu direspon secara negatif.
"Tiap hari melemah dikit-dikit, menuju ke arah sana (Rp15.000/USD) sangat mungkin. Tapi ini hal baik, tidak perlu direspon negatif," jelas Omer.
Selain itu, mata uang negara lain di Asia juga mengalami pelemahan, sehingga jika rupiah menguat sendirian justru menjadi tidak kompetitif.
"Kita tidak hidup sendiri, competing dengan negara lain, Thailand, Malaysia. Kalau melemah kita juga harus melemah," kata dia.
Bank Indonesia, lanjut Omer, sudah mengambil sikap yang baik menghadapi situasi saat ini agar tidak terjadi kepanikan di pasar. Cadangan devisa (cadev) juga masih dinilai masih cukup.
"Gubernur BI tenang-tenang saja tidak panik, kalau terlihat panik, bagaiman dilihat oleh pasar. Cadev Masih di atas USD100 miliar masih oke, Malaysia sudah dibawah itu, dulu di atas kita, sekarang di bawah kita," pungkasnya.
Dia menjelaskan, angka tersebut menyamai dengan yang terjadi pada saat krisis moneter 1998. Mayoritas dipengaruhi sentimen global.
"Mostly pengaruh global, di antaranya devaluasi yuan, bisa ke arah sana (Rp16.800/USD) tapi masih jauh ya," ujarnya di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Rabu (16/9/2015).
Sementara dalam waktu dekat, rupiah diperkirakan akan mencapai Rp15.000/USD. Namun menurutnya tidak perlu direspon secara negatif.
"Tiap hari melemah dikit-dikit, menuju ke arah sana (Rp15.000/USD) sangat mungkin. Tapi ini hal baik, tidak perlu direspon negatif," jelas Omer.
Selain itu, mata uang negara lain di Asia juga mengalami pelemahan, sehingga jika rupiah menguat sendirian justru menjadi tidak kompetitif.
"Kita tidak hidup sendiri, competing dengan negara lain, Thailand, Malaysia. Kalau melemah kita juga harus melemah," kata dia.
Bank Indonesia, lanjut Omer, sudah mengambil sikap yang baik menghadapi situasi saat ini agar tidak terjadi kepanikan di pasar. Cadangan devisa (cadev) juga masih dinilai masih cukup.
"Gubernur BI tenang-tenang saja tidak panik, kalau terlihat panik, bagaiman dilihat oleh pasar. Cadev Masih di atas USD100 miliar masih oke, Malaysia sudah dibawah itu, dulu di atas kita, sekarang di bawah kita," pungkasnya.
(izz)