Kemiskinan Terasa sejak Harga Komoditi Naik Dua Tahun Lalu
A
A
A
JAKARTA - Menteri Koordinator (Menko) bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan, sejak harga komoditi turun dua tahun lalu, peningkatan angka kemiskinan sudah mulai terasa. Hal ini juga didukung dengan income masyarakat per orang turun.
"Itu kan angka Maret 2015, sebetulnya sejak dua tahun lalu sudah mulai terasa. Harga komoditi kita turun, ya harga kelapa sawit, karet, harga ini, harga itu, coba anda cek, turunnya besar. Itu artinya apa? Income masyarakat orang per orang turun," tuturnya di kompleks istana negara Jakarta, Rabu (16/9/2015).
Sementara, harga pangannya tidak mengalami penurunan. Darmin menyebutkan, mengukur kemiskinan sebenarnya bisa dihitung dari jumlah income yang didapat, harga pangannya berapa, itu dibandingkan.
"Karena itu yang paling besar peranannya dalam mengukur tingkat kemiskinan. Ada juga yang lain tapi paling besar pangan, karena itu umumnya sebetulnya komoditi itu di luar Jawa tetapi industrinya ada di Jawa, jadi kalau income masyarakat di luar Jawa turun, akhirnya imbasnya ke sini, walaupun mungkin tidak sebesar di luar Jawa," katanya.
Itulah sebabnya, kata dia, mau tidak mau tingkat kemiskinan akan berpengaruh karena dari dulu cukup banyak orang yang hampir miskin. (Baca: Jumlah Penduduk Miskin RI Naik Jadi 28,59 Juta Orang).
"Nah, orang yang di sini jika income-nya sedikit terganggu atau sebaliknya harga pangannya sedikit berubah, jumlah orang miskinnya berubah. Jadi itu sesuatu yang tidak menggembirakan tetapi juga bukan sesuatu yang membuat kita harus panik. Karena itu sesuatu yang dapat berubah lagi dalam waktu tertentu," pungkasnya.
Baca Juga:
Orang Miskin Bertambah, DPR Sebut Pemerintah Gagal
Ini Komoditi Penyumbang Terbesar Kemiskinan Indonesia
Orang Miskin di Perkotaan Bertambah Jadi 10,65 Juta Orang
"Itu kan angka Maret 2015, sebetulnya sejak dua tahun lalu sudah mulai terasa. Harga komoditi kita turun, ya harga kelapa sawit, karet, harga ini, harga itu, coba anda cek, turunnya besar. Itu artinya apa? Income masyarakat orang per orang turun," tuturnya di kompleks istana negara Jakarta, Rabu (16/9/2015).
Sementara, harga pangannya tidak mengalami penurunan. Darmin menyebutkan, mengukur kemiskinan sebenarnya bisa dihitung dari jumlah income yang didapat, harga pangannya berapa, itu dibandingkan.
"Karena itu yang paling besar peranannya dalam mengukur tingkat kemiskinan. Ada juga yang lain tapi paling besar pangan, karena itu umumnya sebetulnya komoditi itu di luar Jawa tetapi industrinya ada di Jawa, jadi kalau income masyarakat di luar Jawa turun, akhirnya imbasnya ke sini, walaupun mungkin tidak sebesar di luar Jawa," katanya.
Itulah sebabnya, kata dia, mau tidak mau tingkat kemiskinan akan berpengaruh karena dari dulu cukup banyak orang yang hampir miskin. (Baca: Jumlah Penduduk Miskin RI Naik Jadi 28,59 Juta Orang).
"Nah, orang yang di sini jika income-nya sedikit terganggu atau sebaliknya harga pangannya sedikit berubah, jumlah orang miskinnya berubah. Jadi itu sesuatu yang tidak menggembirakan tetapi juga bukan sesuatu yang membuat kita harus panik. Karena itu sesuatu yang dapat berubah lagi dalam waktu tertentu," pungkasnya.
Baca Juga:
Orang Miskin Bertambah, DPR Sebut Pemerintah Gagal
Ini Komoditi Penyumbang Terbesar Kemiskinan Indonesia
Orang Miskin di Perkotaan Bertambah Jadi 10,65 Juta Orang
(izz)