Menkeu: Fed Rate Timbulkan Gejolak Ekonomi RI sejak 2013
A
A
A
JAKARTA - Menteri Keuangan (Menkeu) Bambang Brodjonegoro menyatakan, naik atau belum naiknya Fed Rate sebenarnya sudah menimbulkan gejolak ekonomi sejak 2013.
Saat itu, kata dia, isu yang berkembang Fed Rate akan naik Mei 2013. Namun ternyata tidak terjadi perubahan hingga hari ini. Menurut informasi, Federal Open Market Committee segera menggelar sidang untuk keputusan naik atau tidaknya Fed Rate di Amerika Serikat (AS).
"Nilai tukar dolar terhdap semua mata uang dunia sudah di-price-in dengan menganggap seolah-olah Federal Reserve sudah menaikkan bunga secara signifikan. Melihat kondisi nilai tukar sekarang, kalau terjadi kenaikan mungkin akan terjadi gejolak, tapi sebagian besar gejolak terjadi sejak pertengahan 2013," tuturnya di Jakarta, Kamis (17/9/2015).
Menurutnya, meski masih lebih besar gejolak di 2013, namun implikasinya ke fiskal negara akan terasa. Lebih besar akan terasa di sektor makro.
"Ya itu enggak langsung lah. Lebih ke kondisi ekonomi makronya. Kepada kursnya juga. Ya paling melalui mekanisme kurs baru bisa terlihat dampaknya terhadap budget," jelas Bambang.
Selain itu, yield di Surat Utang Negara (SUN) juga akan naik imbal hasilnya meskipun tidak mungkin selamanya terjadi. Hal ini dikarenakan market akan menunjukkan sentimen naik turun terhadap SUN.
"Ya, ada kemungkinan itu tapi enggak mungkin selamanya. Itu biasa di market naik turun. Imbal hasil kan kita bayar berdasarkan transaksi enggak mengikuti market. Makanya kita front loading. Karena kita tahu ini pasti naik deket-dekat akhir tahun, jadi kita upayakan front loading," jelas Menkeu.
Saat itu, kata dia, isu yang berkembang Fed Rate akan naik Mei 2013. Namun ternyata tidak terjadi perubahan hingga hari ini. Menurut informasi, Federal Open Market Committee segera menggelar sidang untuk keputusan naik atau tidaknya Fed Rate di Amerika Serikat (AS).
"Nilai tukar dolar terhdap semua mata uang dunia sudah di-price-in dengan menganggap seolah-olah Federal Reserve sudah menaikkan bunga secara signifikan. Melihat kondisi nilai tukar sekarang, kalau terjadi kenaikan mungkin akan terjadi gejolak, tapi sebagian besar gejolak terjadi sejak pertengahan 2013," tuturnya di Jakarta, Kamis (17/9/2015).
Menurutnya, meski masih lebih besar gejolak di 2013, namun implikasinya ke fiskal negara akan terasa. Lebih besar akan terasa di sektor makro.
"Ya itu enggak langsung lah. Lebih ke kondisi ekonomi makronya. Kepada kursnya juga. Ya paling melalui mekanisme kurs baru bisa terlihat dampaknya terhadap budget," jelas Bambang.
Selain itu, yield di Surat Utang Negara (SUN) juga akan naik imbal hasilnya meskipun tidak mungkin selamanya terjadi. Hal ini dikarenakan market akan menunjukkan sentimen naik turun terhadap SUN.
"Ya, ada kemungkinan itu tapi enggak mungkin selamanya. Itu biasa di market naik turun. Imbal hasil kan kita bayar berdasarkan transaksi enggak mengikuti market. Makanya kita front loading. Karena kita tahu ini pasti naik deket-dekat akhir tahun, jadi kita upayakan front loading," jelas Menkeu.
(izz)