Yuan Anjlok Paling Dalam Hampir Dua Pekan

Senin, 21 September 2015 - 15:44 WIB
Yuan Anjlok Paling Dalam...
Yuan Anjlok Paling Dalam Hampir Dua Pekan
A A A
SHANGHAI - Mata uang yuan anjlok paling dalam hampir dua pekan karena Bank Sentral China menurunkan suku bunga acuan di tengah Federal Reserve (The Fed) yang memberi sinyal bahwa suku bunga AS akan naik tahun ini.

Bank Rakyat China (PBOC) memangkas suku bunga yuan sebesar 0,11%, terbesar sejak 10 September menjadi 6,3676/dolar AS (USD). Itu dilakukan setelah mengukur kekuatan USD, yang menguat paling tinggi sejak 1 Juli pada akhir pekan lalu.

Tiga pembuat kebijakan AS, termasuk Gubernur The Fed San Francisco John Williams berpendapat bahwa kenaikan suku bunga masih dimungkinkan pada satu dari dua pertemuan bank sentral yang tersisa tahun ini.

Saham AS jatuh pada Jumat karena keputusan Fed untuk tidak memangkas suku bunga memacu kekhawatiran tentang prospek ekonomi global.

"Yuan sedang tertekan oleh USD yang lebih kuat dan sentimen lemah dari pasar ekuitas barat," kata analis valuta asing di Standard Chartered Plc Eddie Cheung, seperti dilansir dari Bloomberg, Senin (21/9/2015).

Menurut dia, yuan dalam jangka pendek akan tetap stabil karena perjalanan Presiden China Xi Jinping ke AS, keputusan Dana Moneter Internasional (IMF) terhadap sejumlah mata uang cadangan dan tujuan China menutup kesenjangan suku bunga onshore dan offshore.

China Foreign Exchange Trade System menunjukkan, suku bunga yuan di pasar onshore turun 0,07% menjadi 6,3687/USD pada pukul 11.15 waktu Shanghai, China, penurunan terbesar sejak 9 September 2015. Sementara berdasarkan data yang dikumpulkan Bloomberg, yuan di pasar offshore turun 0,19% menjadi 6,3991 di Hong Kong.

Direktur Eksekutif IMF untuk China Jin Zhongxia mengatakan, yuan harus lebih fleksibel dan pemerintah China tidak berniat mengelompokkan mata uang terhadap USD dalam jangka panjang. China telah mengadopsi serangkaian langkah untuk memenuhi persyaratan IMF demi menyertakan yuan dalam Special Drawing Rights. Adapun Presiden Xi mengunjungi AS pada 22-25 September 2015.

Negara ekonomi terbesar di Asia ini kemungkinan tidak selemah kelihatannya dan tidak akan ada keruntuhan dalam waktu dekat meski pasar sahamnya telah terjun bebas dan mata uangnya didevaluasi berulang kali.
(rna)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.0304 seconds (0.1#10.140)