Harga Seng Melonjak Terbesar Sejak 1989

Jum'at, 09 Oktober 2015 - 21:35 WIB
Harga Seng Melonjak Terbesar Sejak 1989
Harga Seng Melonjak Terbesar Sejak 1989
A A A
SHANGHAI - Harga seng melonjak terbesar sejak 1989 setelah perusahaan tambang logam terbesar, Glencore Plc berencana untuk memangkas produksi sekitar sepertiga.

Harga logam, yang digunakan untuk menggembleng baja tersebut melonjak sebesar 10% menjadi USD1.834/metrik ton (MT) di London Metal Exchange dan diperdagangkan di USD1.823 pada pukul 09.42 waktu setempat.

Ini menyebabkan melonjaknya harga logam industri dari tembaga nikel karena sinyal pemangkasan oleh Glencore, sehingga beberapa produsen komoditas bersedia untuk menahan pasokan demi memerangi kemerosotan harga.

Seng atau zinc telah merosot 23% sepanjang tahun ini karena perlambatan pertumbuhan ekonomi di China menyakiti prospek konsumsi. Sementara Kepala Eksekutif Glencore Ivan Glasenberg telah menantang para penambang saingannya pada tahun ini untuk mengendalikan produksi.

"Pemangkasan produksi oleh Glencore mungkin membuat pasar seng pada dasarnya seimbang tahun ini dan meluncur ke defisit tahun depan," kata Kepala analis logam Cofco Futures Co Li Qi, seperti dilansir dari Bloomberg, Jumat (9/10/2015).

Saham Glencore naik 6,8% di perdagangan London, sementara produsen logam lainnya ikut melonjak. Di Tokyo, saham Toho Zinc Co melesat 8,5%, sementara saham Mitsui Mining & Smelting Conaik 4,9%.

Produsen seng terbesar China, Zhuzhou Smelter Group Co, mencatat kenaikan harian sebesar 10%. India Hindustan Zinc Ltd naik sebanyak 6,4% ke level tertinggi dua bulan.

Glencore mengatakan dalam sebuah pernyataannya bahwa pasokan seng tahun ini akan berkurang sekitar 500.000 ton dengan ditutupnya tambang Lady Loretta di Australia dan proyek Iscaycruz di Peru, sementara produksi dari proyek-proyek lain di Australia, Amerika Selatan dan Kazakhstan juga akan berkurang.

Menurut perhitungan Bloomberg berdasarkan data produksi Morgan Stanley, penurunan itu sekitar 3,5% dari pasokan global tahun ini. Penurunan ini juga akan mempengaruhi produksi logam lainnya, termasuk timah.

"Glencore tetap positif tentang prospek dalam jangka menengah dan panjang untuk seng, timah dan perak harga," tuturnya.

Sebelum pengumuman Glencore, Morgan Stanley memperkirakan pada 29 September lalu bahwa pasar seng global akan mengalami defisit sekitar 120.000 ton tahun ini, 50.000 ton pada tahun 2016 dan 450.000 ton pada tahun 2017.

Sementara produksi tambang diperkirakan naik 2,7% pada tahun depan, dengan permintaan sekitar 4%. (Baca: Tambang Batu Bara Ditutup, Glencore Lanjutkan PHK)

Morgans Financial Ltd dalam sebuah laporannya pada 7 Oktober lalu menyatakan, pemangkasan produksi komoditas berlanjut, mengingat pengurangan produksi tembaga, nikel, minyak mentah dan batu bara, termasuk pengurangan yang dilakukan oleh Glencore di tambang tembaganya, yang berlokasi di Afrika.

Glencore menyatakan bahwa persediaan timah juga akan berkontraksi sekitar 100.000 ton. Semua logam kecuali timah yang diperdagangkan di London akan menguat sekitar 3%, dengan timah naik sebesar 5,7% dan tembaga naik 3,7%.
(rna)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6102 seconds (0.1#10.140)