Lira Jatuh Terparah dalam Lima Pekan Pascapemboman
A
A
A
ANKARA - Mata uang Turki, lira jatuh terparah dalam lima pekan terakhir karena investor dikhawatirkan akan menghindari aset lokal pascapemboman di Ankara pada Sabtu lalu, yang mengancam meningkatnya ketegangan politik.
Lira turun 0,9% menjadi 2,9365/dolar Amerika Serikat (USD) pada pukul 12.04 waktu Tokyo, setelah diduga pelaku bom bunuh diri menewaskan sedikitnya 97 orang dalam aksi damai di Ankara.
Lira sudah menjadi mata uang terburuk kedua tahun ini setelah merosot 21%, dibanding 24 mata uang negara berkembang, yang didata oleh Bloomberg. Turki akan melakukan pemilihan umum (pemilu) ulang pada 1 November, setelah pemungutan suara Juni lalu gagal menghasilkan suara mayoritas.
"Setiap orang memiliki risiko politik dalam pikiran, tetapi tindakan terbaru menjadi peringatan yang sangat kuat. Serangan terbaru akan memberikan pertimbangan cukup berat pada persepsi investor," kata analis kredit di Commerzbank AG Apostolos Bantis, seperti dilansir dari Bloomberg, Senin (12/10/2015).
Serangan Ankara adalah yang paling mematikan dalam sejarah Turki dan telah meningkatkan ketegangan politik dan etnis, yang sudah diperburuk oleh perang saudara di negara tetangga Suriah.
Pihak berwenang mencatat militan Partai Pekerja Kurdistan atau PKK, dan Negara Islam sebagai tersangka potensial untuk aksi pemboman tersebut. Turki telah melakukan serangan udara terhadap PKK dalam beberapa jam sebelum pemboman, yang menewaskan puluhan separatis.
Indeks Borsa Istanbul 100 telah kehilangan 7,6% sepanjang tahun ini, sementara obligasi pemerintah tenor 10 tahun telah melonjak 227 basis poin menjadi 10,29%.
Lira turun 0,9% menjadi 2,9365/dolar Amerika Serikat (USD) pada pukul 12.04 waktu Tokyo, setelah diduga pelaku bom bunuh diri menewaskan sedikitnya 97 orang dalam aksi damai di Ankara.
Lira sudah menjadi mata uang terburuk kedua tahun ini setelah merosot 21%, dibanding 24 mata uang negara berkembang, yang didata oleh Bloomberg. Turki akan melakukan pemilihan umum (pemilu) ulang pada 1 November, setelah pemungutan suara Juni lalu gagal menghasilkan suara mayoritas.
"Setiap orang memiliki risiko politik dalam pikiran, tetapi tindakan terbaru menjadi peringatan yang sangat kuat. Serangan terbaru akan memberikan pertimbangan cukup berat pada persepsi investor," kata analis kredit di Commerzbank AG Apostolos Bantis, seperti dilansir dari Bloomberg, Senin (12/10/2015).
Serangan Ankara adalah yang paling mematikan dalam sejarah Turki dan telah meningkatkan ketegangan politik dan etnis, yang sudah diperburuk oleh perang saudara di negara tetangga Suriah.
Pihak berwenang mencatat militan Partai Pekerja Kurdistan atau PKK, dan Negara Islam sebagai tersangka potensial untuk aksi pemboman tersebut. Turki telah melakukan serangan udara terhadap PKK dalam beberapa jam sebelum pemboman, yang menewaskan puluhan separatis.
Indeks Borsa Istanbul 100 telah kehilangan 7,6% sepanjang tahun ini, sementara obligasi pemerintah tenor 10 tahun telah melonjak 227 basis poin menjadi 10,29%.
(rna)