USD Tambah Kuat karena Spekulasi Kenaikan Fed Rate
A
A
A
NEW YORK - Dolar Amerika Serikat (USD) tambah kuat pada Jumat waktu setempat karena para pedagang memperhitungkan Federal Reserve yang akan menaikkan suku bunga (Fed rate) tahun ini dan Bank Sentral Eropa (ECB) akan memberikan stimulus moneter untuk membantu perekonomian zona Eropa.
Indeks USD naik untuk hari kedua dari koreksi selama tujuh pekan setelah berita bahwa inflasi inti tahunan AS lebih tinggi dari perkiraan pada September.
"Saya tidak berpikir data inflasi berperan tetapi mendorong ke arah itu (penaikan suku bunga pada Desember)," kata Kepala Strategi Valuta Asiang di RBC Capital Markets Adam Cole, seperti dilansir dari Reuters, Sabtu (17/10/2015).
Di sisi lain, prospek inflasi zona Eropa mengalami kemunduran karena pertumbuhan harga menjadi negatif pada bulan lalu. Hal tersebut mengangkat harapan ECB akan meningkatkan atau memperpanjang program pelonggaran kuantitatif, dengan membeli obligasi senilai 1,1 triliun euro.
"Dalam waktu dekat, USD bisa menguat lebih lanjut terhadap euro karena ada banyak spekulasi tentang berlanjutnya pelonggaran kuantitaif dari ECB," kata kepala Strategi Makro di State Street Global Markets Lee Ferridge.
Indeks USD naik 0,29% menjadi 94,64 tapi masih di jalur untuk penurunan minggu ketiga berturut-turut, setelah jatuh ke level terendah harian dalam tujuh pekan di 93,806 pada Kamis lalu. Terhadap euro, USD naik hampir 0,1% menjadi 1,1379, di jalur untuk seminggu mendatar, dbanding sesi sebelumnya di 1,13630.
USD terhadap yen naik 0,42% ke 119,48, pulih dari koreksi hampir tujuh pekan pada Kamis di 118. Itu berada di jalur untuk kerugian mingguan tertajam terhadap yen dalam enam pekan.
Kenaikan USD dibatasi oleh variatifnya data ekonomi AS, seperti produksi manufaktur, lowongan pekerjaan dan sentimen konsumen. Sementara data inflasi AS terbaru menghidupkan kembali beberapa spekulasi pada kenaikan suku bunga pada akhir tahun ini. (Baca: Harga Emas Dunia Tergelincir karena USD Pulih)
Indeks USD naik untuk hari kedua dari koreksi selama tujuh pekan setelah berita bahwa inflasi inti tahunan AS lebih tinggi dari perkiraan pada September.
"Saya tidak berpikir data inflasi berperan tetapi mendorong ke arah itu (penaikan suku bunga pada Desember)," kata Kepala Strategi Valuta Asiang di RBC Capital Markets Adam Cole, seperti dilansir dari Reuters, Sabtu (17/10/2015).
Di sisi lain, prospek inflasi zona Eropa mengalami kemunduran karena pertumbuhan harga menjadi negatif pada bulan lalu. Hal tersebut mengangkat harapan ECB akan meningkatkan atau memperpanjang program pelonggaran kuantitatif, dengan membeli obligasi senilai 1,1 triliun euro.
"Dalam waktu dekat, USD bisa menguat lebih lanjut terhadap euro karena ada banyak spekulasi tentang berlanjutnya pelonggaran kuantitaif dari ECB," kata kepala Strategi Makro di State Street Global Markets Lee Ferridge.
Indeks USD naik 0,29% menjadi 94,64 tapi masih di jalur untuk penurunan minggu ketiga berturut-turut, setelah jatuh ke level terendah harian dalam tujuh pekan di 93,806 pada Kamis lalu. Terhadap euro, USD naik hampir 0,1% menjadi 1,1379, di jalur untuk seminggu mendatar, dbanding sesi sebelumnya di 1,13630.
USD terhadap yen naik 0,42% ke 119,48, pulih dari koreksi hampir tujuh pekan pada Kamis di 118. Itu berada di jalur untuk kerugian mingguan tertajam terhadap yen dalam enam pekan.
Kenaikan USD dibatasi oleh variatifnya data ekonomi AS, seperti produksi manufaktur, lowongan pekerjaan dan sentimen konsumen. Sementara data inflasi AS terbaru menghidupkan kembali beberapa spekulasi pada kenaikan suku bunga pada akhir tahun ini. (Baca: Harga Emas Dunia Tergelincir karena USD Pulih)
(rna)