USD dalam Kisaran Sempit, Rupiah Dibuka Menguat Tipis
A
A
A
JAKARTA - Nilai tukar rupiah pada perdagangan hari ini dibuka menguat tipis terhadap dolar Amerika Serikat (USD) jelang hasil pertemuan Federal Reserve (The Fed).
Rupiah berdasarkan data Bloomberg dibuka pada level 13.644/USD dan pada pukul 10.00 WIB bergeser ke Rp13.619/USD. Posisi ini menguat dibanding penutupan sebelumnya di level Rp13.623/USD.
Rupiah berdasarkan data Sindonews bersumber dari Limas berada pada level Rp13.628/USD. Posisi ini positif 7 poin dibanding sebelumnya di level Rp13.635/USD.
Posisi rupiah berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) BI pada level RpRp13.630/USD, tak beda jauh dari posisi kemarin di Rp13.626/USD.
Sedangkan berdasarkan data Yahoo Finance, rupiah pada Rp13.631/USD. Posisi tersebut memburuk 26 poin dibanding posisi kemarin di Rp13.605/USD.
Sementara USD melayang tepat di bawah level tertinggi 2,5 bulan terhadap sejumlah mata uang pada Rabu karena pedagang mencari tanda-tanda lebih lanjut dari Federal Reservec (The Fed) mengenai kenaikan suku bunga AS.
Data ekonomi AS yang diterbitkan pada Selasa hampir tidak memberi dukungan pada kenaikan suku bunga, di mana pesanan barang tahan lama dan sentimen konsumen di bawah ekspektasi pasar.
"Baru-baru ini, kami memiliki data penjualan retail dan produksi industri, perdagangan dan sekarang data barang tahan lama yang lembut. Tak satu pun dari data ini benar-benar mendukung kenaikan suku bunga," kata Manajer Perdagangan Pasar di Resona Bank Masatoshi Omata, seperti dilansir dari Reuters, Rabu (28/10/2015).
Menjelang hasil pertemuan Fed, indeks USD telah bergerak dalam kisaran sempit pekan ini, berada di 96,946. Itu di bawah level tertinggi 2,5 bulan di 97,201.
Euro turun 0,15% terhadap USD menjadi 1,1033. Tapi mata uang euro berada di level terendah 2,5 bulan pada hari sebelumnya di 1,0989. Yen terhadap USD berada pada 120,44 setelah naik ke level tertinggi pekan ini dari 120,16 pada Selasa setelah pesanan barang tahan lama di bawah perkiraan.
Dolar Australia jatuh hampir 1% di 0,7119, setelah data inflasi secara mengejutkan lebih lembut di tengah ekspektasi penurunan suku bunga oleh bank sentral pada pekan depan.
Di tempat lain, poundsterling merosot ke level terendah dua pekan pada Selasa setelah data ekonomi Inggris melambat lebih dari yang diperkirakan pada kuartal III, memicu kekhawatiran bahwa periode ekspansi yang cepat akan segera berakhir.
Poundsterling jatuh ke 1,5283/USD pada Selasa, tergelincir 1,5% dari level tertinggi satu bulan di 1,5510 yang disentuh pada Kamis lalu. Terakhir poundsterling berada di 1,5315.
Baca:
Rupiah Diproyeksi Menguat Terbatas
DBS Ramal Rupiah Masih Tertekan Tahun Depan
Rupiah berdasarkan data Bloomberg dibuka pada level 13.644/USD dan pada pukul 10.00 WIB bergeser ke Rp13.619/USD. Posisi ini menguat dibanding penutupan sebelumnya di level Rp13.623/USD.
Rupiah berdasarkan data Sindonews bersumber dari Limas berada pada level Rp13.628/USD. Posisi ini positif 7 poin dibanding sebelumnya di level Rp13.635/USD.
Posisi rupiah berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) BI pada level RpRp13.630/USD, tak beda jauh dari posisi kemarin di Rp13.626/USD.
Sedangkan berdasarkan data Yahoo Finance, rupiah pada Rp13.631/USD. Posisi tersebut memburuk 26 poin dibanding posisi kemarin di Rp13.605/USD.
Sementara USD melayang tepat di bawah level tertinggi 2,5 bulan terhadap sejumlah mata uang pada Rabu karena pedagang mencari tanda-tanda lebih lanjut dari Federal Reservec (The Fed) mengenai kenaikan suku bunga AS.
Data ekonomi AS yang diterbitkan pada Selasa hampir tidak memberi dukungan pada kenaikan suku bunga, di mana pesanan barang tahan lama dan sentimen konsumen di bawah ekspektasi pasar.
"Baru-baru ini, kami memiliki data penjualan retail dan produksi industri, perdagangan dan sekarang data barang tahan lama yang lembut. Tak satu pun dari data ini benar-benar mendukung kenaikan suku bunga," kata Manajer Perdagangan Pasar di Resona Bank Masatoshi Omata, seperti dilansir dari Reuters, Rabu (28/10/2015).
Menjelang hasil pertemuan Fed, indeks USD telah bergerak dalam kisaran sempit pekan ini, berada di 96,946. Itu di bawah level tertinggi 2,5 bulan di 97,201.
Euro turun 0,15% terhadap USD menjadi 1,1033. Tapi mata uang euro berada di level terendah 2,5 bulan pada hari sebelumnya di 1,0989. Yen terhadap USD berada pada 120,44 setelah naik ke level tertinggi pekan ini dari 120,16 pada Selasa setelah pesanan barang tahan lama di bawah perkiraan.
Dolar Australia jatuh hampir 1% di 0,7119, setelah data inflasi secara mengejutkan lebih lembut di tengah ekspektasi penurunan suku bunga oleh bank sentral pada pekan depan.
Di tempat lain, poundsterling merosot ke level terendah dua pekan pada Selasa setelah data ekonomi Inggris melambat lebih dari yang diperkirakan pada kuartal III, memicu kekhawatiran bahwa periode ekspansi yang cepat akan segera berakhir.
Poundsterling jatuh ke 1,5283/USD pada Selasa, tergelincir 1,5% dari level tertinggi satu bulan di 1,5510 yang disentuh pada Kamis lalu. Terakhir poundsterling berada di 1,5315.
Baca:
Rupiah Diproyeksi Menguat Terbatas
DBS Ramal Rupiah Masih Tertekan Tahun Depan
(rna)