CCDP-IFAD Dorong Produk Unggulan Desa Pesisir
A
A
A
JIMBRAN - Proyek pembangunan masyarakat pesisir atau Coastal Community Development Project yang didanai International Fund for Agricultural Development (CCDP-IFAD) pada 2016 menyasar 180 desa pesisir dengan dana bantuan Rp6 miliar per kabupaten/kota.
Tiga tahun pelaksanaan CCDP-IFAD telah mendorong penciptaan produk berbasis kelautan dan perikanan oleh kelompok masyarakat di 108 desa pesisir di 13 kabupaten/kota.
Produk olahan dan kerajinan yang dihasilkan sangat beragam, dengan bahan baku mulai dari ikan, udang, cumi, kerang, kepiting, rajungan, rumput laut, hingga tanaman bakau.
Sekretaris Eksekutif Project Management Office CCDP-IFAD Sapta Putra Ginting mengatakan, produk-produk yang dihasilkan kelompok masyarakat terutama nelayan sudah mulai dipasarkan ke luar daerahnya. Bahkan, olahan daging rajungan dari Kubu Raya, Kalimantan Barat sudah diekspor ke Amerika Serikat (AS).
"Di sana kelompok yang kita bina menangkap kepiting rajungan, direbus dan diambil dagingnya, lalu dipasok ke pabrik untuk diolah lebih lanjut sesuai standar pasar Amerika," ujarnya di sela-sela Workshop Pengembangan Knowledge Management CCDP-IFAD di Jimbaran, Bali, Rabu (28/10/2015).
Produk lainnya yang juga telah diekspor adalah sei ikan tuna yang merambah pasar Timor Leste dan Australia. Sementara, kelompok masyarakat binaan dari Merauke berhasil mengirim produk fillet ikan gabus Toraja ke Surabaya.
Program CCDP-IFAD juga mendorong agar sejumlah produk yang dinilai baik bisa dipasarkan minimal ke luar daerah. "Contohnya produk ikan asap cair dari Ambon kita dorong agar bisa dijual ke Jakarta dan Surabaya. Produk ikan kayu dari Bitung dan Ternate juga kita bantu untuk penetrasi ke pulau Jawa," imbuhnya.
Keragaman produk hasil karya kelompok masyarakat binaan CCDP-IFAD itu juga dipamerkan pada ajang IFAD Asia and The Pacific Regional Workshop di Intercontinental Hotel Jimbaran, 27-29 Oktober 2015, diikuti 350 peserta dari 26 negara.
Produk yang dipamerkan di antaranya abon ikan, ikan asap cair, terasi, keripik dan minuman rumput laut, aneka kerajinan, hingga sabun cair dari bakau.
Menurut Sapta, CCDP-IFAD melakukan pemberdayaan masyarakat pesisir yang semula tidak mampu agar menjadi lebih baik perekonomian dan kesejahteraannya.
Kelompok masyarakat didampingi mulai perencanaan produk, pengolahan, hingga penjualan atau pemasarannya. Sejumlah daerah juga mendapat bantuan pembangunan infrastruktur seperti pabrik, jalan, dan air bersih.
"Untuk program CCDP-IFAD ini tiap kelompok mendapat dana sekitar Rp40 juta atau Rp6 miliar per kabupaten/kota untuk 2016. Tapi, kita lakukan penilaian berdasarkan performance. Kabupaten yang bagus bisa dapat lebih, yang jelek bisa dikurangi," terang dia.
Program CCDP-IFAD akan berlanjut hingga 2017 dengan menyasar 13 kabupaten/kota yang sudah berjalan ditambah 12 kabupaten baru.
Proyek CCDP-IFAD merupakan kerja sama Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dengan IFAD sejak Januari 2013 dengan jangka waktu lima tahun. Pendanaannya menggabungkan dana pinjaman dan hibah dari IFAD, APBN, APBD, serta kontribusi masyarakat pesisir terkait, dengan total dana USD43,219 juta.
Tiga tahun pelaksanaan CCDP-IFAD telah mendorong penciptaan produk berbasis kelautan dan perikanan oleh kelompok masyarakat di 108 desa pesisir di 13 kabupaten/kota.
Produk olahan dan kerajinan yang dihasilkan sangat beragam, dengan bahan baku mulai dari ikan, udang, cumi, kerang, kepiting, rajungan, rumput laut, hingga tanaman bakau.
Sekretaris Eksekutif Project Management Office CCDP-IFAD Sapta Putra Ginting mengatakan, produk-produk yang dihasilkan kelompok masyarakat terutama nelayan sudah mulai dipasarkan ke luar daerahnya. Bahkan, olahan daging rajungan dari Kubu Raya, Kalimantan Barat sudah diekspor ke Amerika Serikat (AS).
"Di sana kelompok yang kita bina menangkap kepiting rajungan, direbus dan diambil dagingnya, lalu dipasok ke pabrik untuk diolah lebih lanjut sesuai standar pasar Amerika," ujarnya di sela-sela Workshop Pengembangan Knowledge Management CCDP-IFAD di Jimbaran, Bali, Rabu (28/10/2015).
Produk lainnya yang juga telah diekspor adalah sei ikan tuna yang merambah pasar Timor Leste dan Australia. Sementara, kelompok masyarakat binaan dari Merauke berhasil mengirim produk fillet ikan gabus Toraja ke Surabaya.
Program CCDP-IFAD juga mendorong agar sejumlah produk yang dinilai baik bisa dipasarkan minimal ke luar daerah. "Contohnya produk ikan asap cair dari Ambon kita dorong agar bisa dijual ke Jakarta dan Surabaya. Produk ikan kayu dari Bitung dan Ternate juga kita bantu untuk penetrasi ke pulau Jawa," imbuhnya.
Keragaman produk hasil karya kelompok masyarakat binaan CCDP-IFAD itu juga dipamerkan pada ajang IFAD Asia and The Pacific Regional Workshop di Intercontinental Hotel Jimbaran, 27-29 Oktober 2015, diikuti 350 peserta dari 26 negara.
Produk yang dipamerkan di antaranya abon ikan, ikan asap cair, terasi, keripik dan minuman rumput laut, aneka kerajinan, hingga sabun cair dari bakau.
Menurut Sapta, CCDP-IFAD melakukan pemberdayaan masyarakat pesisir yang semula tidak mampu agar menjadi lebih baik perekonomian dan kesejahteraannya.
Kelompok masyarakat didampingi mulai perencanaan produk, pengolahan, hingga penjualan atau pemasarannya. Sejumlah daerah juga mendapat bantuan pembangunan infrastruktur seperti pabrik, jalan, dan air bersih.
"Untuk program CCDP-IFAD ini tiap kelompok mendapat dana sekitar Rp40 juta atau Rp6 miliar per kabupaten/kota untuk 2016. Tapi, kita lakukan penilaian berdasarkan performance. Kabupaten yang bagus bisa dapat lebih, yang jelek bisa dikurangi," terang dia.
Program CCDP-IFAD akan berlanjut hingga 2017 dengan menyasar 13 kabupaten/kota yang sudah berjalan ditambah 12 kabupaten baru.
Proyek CCDP-IFAD merupakan kerja sama Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dengan IFAD sejak Januari 2013 dengan jangka waktu lima tahun. Pendanaannya menggabungkan dana pinjaman dan hibah dari IFAD, APBN, APBD, serta kontribusi masyarakat pesisir terkait, dengan total dana USD43,219 juta.
(izz)