Lima Alasan Karyawan Terbaik Memutuskan Resign
A
A
A
BANYAK perusahaan besar kehilangan para karyawan terbaiknya. Masalah terkait pengurangan karyawan bukan hal baru, namun yang menarik perhatian adalah makin bertambahnya karyawan yang ingin keluar dari perusahaan tanpa ragu-ragu dan bahkan pada saat itu juga.
Lantas mengapa para karyawan terbaik itu memilih untuk resign dari perusahaan?
Dalam keterangan tertulisnya kepada Sindonews, portal berita lowongan kerja JobsDB Indonesia menjabarkan setidaknya terdapat lima alasan mengapa karyawan terbaik memutuskan hengkang dari perusahaan:
1. Terlalu kecil, terlalu lama
Karyawan perusahaan menyebutkan gaji dan kompensasi sebagai alasan utama mereka memilih untuk meninggalkan pekerjaan mereka. Ketika ekonomi Asia secara perlahan membaik, masih terdapat perusahaan di luar yang menggaji karyawannya di bawah upah minimum.
Biasanya, perusahaan-perusahaan ini menunggu surat pengunduran diri dari karyawannya sebelum memberikan surat penawaran gaji yang baru. Parahnya, penawaran yang diajukan tersebut masih terlalu kecil dan sangat terlambat.
Saat penawaran tersebut dibuat, biasanya karyawan telah memutuskan untuk berhenti atau telah menerima tawaran pekerjaan di tempat lain. Hal ini juga berkaitan dengan tunjangan di luar gaji seperti jatah cuti, tunjangan kesehatan dan gigi, bonus, komisi, dan lainnya.
Saat seorang karyawan tidak mendapatkan apa yang diharapkan, maka dia akan memilih untuk meninggalkan pekerjaannya.
2. Tidak adanya hubungan dengan atasan
Sebagian karyawan memilih untuk tidak bersahabat dekat dengan atasannya, tetapi mereka menginginkan sebuah hubungan yang baik terjalin dengan atasannya. Karyawan bekerja dengan atasannya (manager) dan jika mereka tidak dapat berkomunikasi dengan atasannya, maka suasana bekerja akan terasa berat dan makin memburuk.
Tak seorangpun yang ingin bekerja dengan orang yang sulit untuk dimintai nasihat atau feedback tentang kinerja mereka. Sebuah hubungan merupakan bagian dari kebutuhan sosial dan jika hal tersebut tidak ditemukan di tempat kerjanya atau dari atasannya, seorang karyawan akan memilih untuk mencarinya di tempat lain.
3. Sudah tidak ada tantangan
Setiap individu tidak pernah berhenti untuk mencari tantangan baru. Hal ini yang menguatkan kepribadian, kepercayaan diri dan passion individu tersebut.
Jika pekerjaan telah menjadi sesuatu yang hanya bersifat pengulangan dan tidak menawarkan tantangan yang berarti, bahkan seorang karyawan terbaik pun akan berjalan menuju pintu "exit" dan tidak akan pernah kembali.
Hanya butuh waktu sekitar beberapa bulan atau maksimal satu tahun untuk mengasah sebuah keahlian. Artinya tidak ada satupun yang mau menghabiskan waktu hingga lima tahun hidupnya melakukan sesuatu yang sama terus menerus.
4. Tidak adanya pengakuan dalam mencapai prestasi kerja
Setiap karyawan bahkan setiap orang menginginkan kerja keras dan usahanya diakui. Sehingga menjadi hal lumrah ketika karyawan-karyawan terbaik meninggalkan perusahaannya hanya karena prestasi dalam pekerjaannya tidak diakui.
Kita semua menginginkan diberikan tepukan tangan pada setiap pekerjaan yang telah kita selesaikan dengan baik. Ketika hal ini sudah tidak terjadi, setiap orang akan kehilangan ketertarikannya untuk berusaha dan kerja keras.
5. Mencari kesempatan bekerja yang lebih baik
Alasan besar lainnya kenapa karyawan terbaik meninggalkan pekerjaannya karena mereka siap untuk mengembangkan karier mereka ke level selanjutnya. Hal ini normal terjadi ketika mereka telah merasa menguasai segala sesuatu terkait pekerjaannya.
Hal ini juga terjadi ketika mereka mulai sadar dan menilai diri mereka sebagai seorang profesional. Sebagian besar karyawan mendapatkan rasa percaya diri ketika telah menguasai keahlian tertentu dan jika mereka tidak dapat menemukan tempat untuk mengembangkan keahlian mereka yang lain, mereka akan mulai untuk mencari wadah yang lain.
Masalah pengunduran diri berdampak pada perusahaan dan juga pada karyawan yang berhenti. Saat Anda kehilangan seorang karyawan, Anda harus bekerja keras untuk menutupi kekosongan yang ditinggalkan.
Hal ini juga berakibat pada keuangan perusahaan karena harus menyalurkan sejumlah uang demi kepentingan perekrutan dan pelatihan. Karyawan yang berhenti juga harus mulai mencari pekerjaan baru (jika mereka belum menemukan perusahaan baru), yang berarti kembali pada proses pencarian kerja.
Jika Anda mendapatkan masalah serupa pada perusahaan Anda, baiknya Anda menilai kembali situasi dan melakukan sesuatu sebelum masalah tersebut tidak dapat lagi diselesaikan.
Lantas mengapa para karyawan terbaik itu memilih untuk resign dari perusahaan?
Dalam keterangan tertulisnya kepada Sindonews, portal berita lowongan kerja JobsDB Indonesia menjabarkan setidaknya terdapat lima alasan mengapa karyawan terbaik memutuskan hengkang dari perusahaan:
1. Terlalu kecil, terlalu lama
Karyawan perusahaan menyebutkan gaji dan kompensasi sebagai alasan utama mereka memilih untuk meninggalkan pekerjaan mereka. Ketika ekonomi Asia secara perlahan membaik, masih terdapat perusahaan di luar yang menggaji karyawannya di bawah upah minimum.
Biasanya, perusahaan-perusahaan ini menunggu surat pengunduran diri dari karyawannya sebelum memberikan surat penawaran gaji yang baru. Parahnya, penawaran yang diajukan tersebut masih terlalu kecil dan sangat terlambat.
Saat penawaran tersebut dibuat, biasanya karyawan telah memutuskan untuk berhenti atau telah menerima tawaran pekerjaan di tempat lain. Hal ini juga berkaitan dengan tunjangan di luar gaji seperti jatah cuti, tunjangan kesehatan dan gigi, bonus, komisi, dan lainnya.
Saat seorang karyawan tidak mendapatkan apa yang diharapkan, maka dia akan memilih untuk meninggalkan pekerjaannya.
2. Tidak adanya hubungan dengan atasan
Sebagian karyawan memilih untuk tidak bersahabat dekat dengan atasannya, tetapi mereka menginginkan sebuah hubungan yang baik terjalin dengan atasannya. Karyawan bekerja dengan atasannya (manager) dan jika mereka tidak dapat berkomunikasi dengan atasannya, maka suasana bekerja akan terasa berat dan makin memburuk.
Tak seorangpun yang ingin bekerja dengan orang yang sulit untuk dimintai nasihat atau feedback tentang kinerja mereka. Sebuah hubungan merupakan bagian dari kebutuhan sosial dan jika hal tersebut tidak ditemukan di tempat kerjanya atau dari atasannya, seorang karyawan akan memilih untuk mencarinya di tempat lain.
3. Sudah tidak ada tantangan
Setiap individu tidak pernah berhenti untuk mencari tantangan baru. Hal ini yang menguatkan kepribadian, kepercayaan diri dan passion individu tersebut.
Jika pekerjaan telah menjadi sesuatu yang hanya bersifat pengulangan dan tidak menawarkan tantangan yang berarti, bahkan seorang karyawan terbaik pun akan berjalan menuju pintu "exit" dan tidak akan pernah kembali.
Hanya butuh waktu sekitar beberapa bulan atau maksimal satu tahun untuk mengasah sebuah keahlian. Artinya tidak ada satupun yang mau menghabiskan waktu hingga lima tahun hidupnya melakukan sesuatu yang sama terus menerus.
4. Tidak adanya pengakuan dalam mencapai prestasi kerja
Setiap karyawan bahkan setiap orang menginginkan kerja keras dan usahanya diakui. Sehingga menjadi hal lumrah ketika karyawan-karyawan terbaik meninggalkan perusahaannya hanya karena prestasi dalam pekerjaannya tidak diakui.
Kita semua menginginkan diberikan tepukan tangan pada setiap pekerjaan yang telah kita selesaikan dengan baik. Ketika hal ini sudah tidak terjadi, setiap orang akan kehilangan ketertarikannya untuk berusaha dan kerja keras.
5. Mencari kesempatan bekerja yang lebih baik
Alasan besar lainnya kenapa karyawan terbaik meninggalkan pekerjaannya karena mereka siap untuk mengembangkan karier mereka ke level selanjutnya. Hal ini normal terjadi ketika mereka telah merasa menguasai segala sesuatu terkait pekerjaannya.
Hal ini juga terjadi ketika mereka mulai sadar dan menilai diri mereka sebagai seorang profesional. Sebagian besar karyawan mendapatkan rasa percaya diri ketika telah menguasai keahlian tertentu dan jika mereka tidak dapat menemukan tempat untuk mengembangkan keahlian mereka yang lain, mereka akan mulai untuk mencari wadah yang lain.
Masalah pengunduran diri berdampak pada perusahaan dan juga pada karyawan yang berhenti. Saat Anda kehilangan seorang karyawan, Anda harus bekerja keras untuk menutupi kekosongan yang ditinggalkan.
Hal ini juga berakibat pada keuangan perusahaan karena harus menyalurkan sejumlah uang demi kepentingan perekrutan dan pelatihan. Karyawan yang berhenti juga harus mulai mencari pekerjaan baru (jika mereka belum menemukan perusahaan baru), yang berarti kembali pada proses pencarian kerja.
Jika Anda mendapatkan masalah serupa pada perusahaan Anda, baiknya Anda menilai kembali situasi dan melakukan sesuatu sebelum masalah tersebut tidak dapat lagi diselesaikan.
(izz)