Ini Sektor Penyumbang Pertumbuhan Ekonomi RI Kuartal III
A
A
A
JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ada lima sektor yang menyumbang pertumbuhan ekonomi terbesar di kuartal III yang sebesar 4,73%. (Baca: Ekonomi Indonesia Kuartal III Tumbuh 4,73%).
Pertama, bidang industri pengolahan yang tumbuh 4,33% di kuartal III/2015. Jika dibanding tahun sebelumnya ini mengalami perlambatan yang tumbuh 4,98%. Setidaknya ada tiga subsektor yang mengalami kontraksi.
"Sektor batubara dan pengilangan migas -2,22%. Tekstil dan pakaian jadi minus 6,14%. Kayu -3,83%. Makanan dan minuman dari 10,89% ke 6,95% di triwulan III 2015. Untuk kertas juga turun dari 6,2% ke 0,81%. Hal ini karena tingginya ongkos produksi dan turunnya permintaan industri yang menggunakan kemasan," kata Deputi neraca dan analisis Statistik BPS Suhariyanto di Jakarta, Kamis (5/11/2015).
Kedua, pertanian dengan kontribusi 14,7%. Angka ini tumbuh 3,21% di triwulan III dan turun 3,36% dibanding tahun lalu. Hal ini disebabkan karena kontraksi di sektor kehutanan dan penebangan kayu, perikanan sebesar 8,37% karena ada diversifikasi komoditas. Pada tanaman pangan juga turun dari 2,86% ke 1,06%.
"Ketiga, untuk sektor perdagangan, memberikan share 13,09%. Angka ini tumbuh 1,49 di triwulan III/2015 dibanding 2014 yang sebesar 4,79%. Angka ini turun karena penjualan mobil dan sepeda motor yang turun. Data Gaikindo penjualan mobil turun hingga 17,68%," katanya.
Sedangkan untuk perdagangan besar dan eceran turun dari 4,79% ke 1,48%. Untuk pertumbuhan yang negatif terjadi dibarang impor yakni -7%.
Keempat, sektor konstruksi di kuartal III/2015 mengalami kenaikan menjadi 6,82% jika dibanding sebelumnya 6,53% (2014). Hal ini dikarenakan sektor industri mulai menggeliat.
"Data asosiasi Semen Indonesia melaporkan bahwa produksi semen di kuartal III naik 4%. Hal ini karena didukung naiknya belanja modal pemerintah yang naik 58,9%. Tentu swasta belum sepenuhnya bangkit karena pelemahan rupiah dan karena harga bahan bangunan dari impor masih tinggi," katanya.
Kelima, tambang dan penggalian memberikan share 7,9%. Angka ini terkontraksi 5,64%. Namun, dibanding triwulan III/2014 tumbuh 0,75%.
"Ini karena ada kontraksi juga dari minyak dan gas bumi serta tambang batubara di triwulan III/2014 -3,12% dan sekarangpun -19,51%," pungkasnya.
Pertama, bidang industri pengolahan yang tumbuh 4,33% di kuartal III/2015. Jika dibanding tahun sebelumnya ini mengalami perlambatan yang tumbuh 4,98%. Setidaknya ada tiga subsektor yang mengalami kontraksi.
"Sektor batubara dan pengilangan migas -2,22%. Tekstil dan pakaian jadi minus 6,14%. Kayu -3,83%. Makanan dan minuman dari 10,89% ke 6,95% di triwulan III 2015. Untuk kertas juga turun dari 6,2% ke 0,81%. Hal ini karena tingginya ongkos produksi dan turunnya permintaan industri yang menggunakan kemasan," kata Deputi neraca dan analisis Statistik BPS Suhariyanto di Jakarta, Kamis (5/11/2015).
Kedua, pertanian dengan kontribusi 14,7%. Angka ini tumbuh 3,21% di triwulan III dan turun 3,36% dibanding tahun lalu. Hal ini disebabkan karena kontraksi di sektor kehutanan dan penebangan kayu, perikanan sebesar 8,37% karena ada diversifikasi komoditas. Pada tanaman pangan juga turun dari 2,86% ke 1,06%.
"Ketiga, untuk sektor perdagangan, memberikan share 13,09%. Angka ini tumbuh 1,49 di triwulan III/2015 dibanding 2014 yang sebesar 4,79%. Angka ini turun karena penjualan mobil dan sepeda motor yang turun. Data Gaikindo penjualan mobil turun hingga 17,68%," katanya.
Sedangkan untuk perdagangan besar dan eceran turun dari 4,79% ke 1,48%. Untuk pertumbuhan yang negatif terjadi dibarang impor yakni -7%.
Keempat, sektor konstruksi di kuartal III/2015 mengalami kenaikan menjadi 6,82% jika dibanding sebelumnya 6,53% (2014). Hal ini dikarenakan sektor industri mulai menggeliat.
"Data asosiasi Semen Indonesia melaporkan bahwa produksi semen di kuartal III naik 4%. Hal ini karena didukung naiknya belanja modal pemerintah yang naik 58,9%. Tentu swasta belum sepenuhnya bangkit karena pelemahan rupiah dan karena harga bahan bangunan dari impor masih tinggi," katanya.
Kelima, tambang dan penggalian memberikan share 7,9%. Angka ini terkontraksi 5,64%. Namun, dibanding triwulan III/2014 tumbuh 0,75%.
"Ini karena ada kontraksi juga dari minyak dan gas bumi serta tambang batubara di triwulan III/2014 -3,12% dan sekarangpun -19,51%," pungkasnya.
(izz)